39. Dihadang

254 22 0
                                    

Tangannya terulur menyingkirkan poni yang mengusik tidur gadis itu, dengan pelan tanganya mengelus lembut pipi gadis itu.

'Cantik, tapi kenapa pura-pura cupu?'

Damar menepuk pelan pipi Vira, jika dia biarkan tidur terus-menerus seperti itu, bisa-bisa mereka akan tinggal di perpustakaan sampai besok.

Vira yang merasa tidurnya terusik pun mengucek matanya dengan kacamata nya yang sedikit ia turunkan karena penglihatannya yang kabur akibat baru bangun.

Setelah pengelihatan nya kembali jelas, hal yang pertama kali ia lihat adalah cowok yang tengah melihatnya lekat-lekat.

Vira yang baru sadar pun langsung mengangkat kepalanya karena teringat kalau halnya ia ketiduran saat selesai mengerjakannya tadi.

"Eh ... maaf aku ketiduran yah," ucap Vira seraya menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.

"Nggak ... seharusnya gue yang minta maaf, soalnya gue yang tidur duluan."

"Terus, tugaya gimana donk?" tanya Damar.

"Udah selesai kok," jawab Vira sambil tersenyum.

Vira bangkit dari duduknya seraya menenteng ransel merah mudah miliknya, entahlah ia hanya merasa gugup duduk di samping Damar dengan jarak yang cukup dekat.

"Jadi lo ngerjainnya sendiri?" tanya Damar ikut berdiri.

Kalau Vira mengerjakan tugas kelompok sendirian bisa-bisa ia tidak memiliki nilai 'kan? Soalnya nggak aktif dalam ngerjain tugas, ayolah ... walaupun Damar malas-malasan dalam belajar nilainya tidak pernah kosong.

Vira hanya merespon pertanyaan Damar dengan anggukan, kemudian gadis itu segera berjalan ke arah pintu perpustakaan, ia bingung berapa lama ia tidur bersama cowok itu?

Vira juga heran, bagaimana bisa ia bisa ketiduran seperti itu? Padahal 'kan setiap pulang sekolah ia sama sekali tidak pernah tidur siang walaupun sebentar, biasanya hanya kembarannya lah yang selalu tidur saat pulang sekolah.

"Vir, kalau lo ngerjainnya sendiri gue gimana donk? Masa gue nggak punya nilai sih?" protes Damar seraya menyamakan langkahnya dengan Vira keluar perpustakaan.

"Aku orangnya nggak kayak gitu kok, biarpun aku ngerjainnya sendiri nama kamu tetep aktif," ucap Vira sambil menutup pintu perpustakaan saat mereka keluar.

"Tapi 'kan gue nggak ngerjain apa-apa, kok lo aktifin gue?" tanya Damar.

Vira tersenyum seraya menggeleng mendengar ucapan cowok itu, tadi protes gara-gara takut tidak memiliki nilai, saat diberi tahu kalau ia akan tetap aktif malah bertanya lagi.

"Nggak apa-apa kok, tadi kamu tidur jadi nggak enak ajah bangunin, lagian kamu ketiduran juga gara-gara nungguin aku 'kan?" ucap Vira yang membuat Damar mengangguk antusias.

Hening

Keduanya sama-sama diam tak bicara sama sekali baik Vira maupun Damar, hanya ada suara langkah kaki kedua remaja itu yang terdengar.

"Gini ajah, sebagai ucapan makasih gue traktir lo makan gimana?" tanya Damar memecahkan keheningan.

"Eh--"

"Nggak ada penolakan pokoknya," putus Damar seraya mendorong pelan Vira dari belakang.

Vira hanya menghembuskan nafas pasrah mengikuti keinginan cowok itu, padahal 'kan ia melakukannya karena tidak mau membangunnya tadi bukan?

"Iya ... aku bisa jalan kok, jangan didorong-dorong gini," ucap Vira saat mereka sampai di gerbang sekolah.

"Heheh sorry-sorry," ucap Damar cengengesan.

Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang