Dia, bunga mawar yang sangat indah. Namun kalian hanya boleh memandanginya. Duri yang sengaja ia keluarkan bukan karena dia jahat, itu hanyalah cara dia melindungi diri.♡♡♡
Derap langkah Thalia kini semakin pelan, tidak lagi beriringan dengan Bagas setelah semakin dekat dengan bagian luar restoran tempat Clara dan Nayla duduk. Mereka berdua sedang asik berbincang sembari melihat pemandangan bangunan tinggi yang berdiri kokoh, ataupun menikmati pemandangan langit yang semakin gelap. Sama sekali tidak tahu akan kedatangan Thalia.
"Cewek aneh, nanti gue tinggal bentar ya kalian bertiga," kata Bagas sambil tetap berjalan.
Tidak ada jawaban sama sekali. Menyadari tidak adanya bunyi derap langkah kaki yang mengikutinya Bagas pun menoleh ke belakang.
"Makin aneh ya lo cewek aneh!" ketusnya, melihat yang dia ajak bicara malah terdiam jauh di belakangnya seperti patung restoran.
Bagas pun menghampiri Thalia. "Lo kerja sampingan jadi patung sekarang?" ledeknya.
"Gas gue gugup."
"Ngapain lo gugup sama si cewek absurd? Udah ayo."
"Gue ke toilet bentar deh," sahut Thalia kemudian segera beranjak dari tempat itu, namun tangan Bagas langsung meraihnya menghentikan langkah kaki Thalia.
Setelah tangan Thalia berada di genggamannya, baru lah Bagas dapat merasakan betapa dingin dan berkeringat tangan cewek itu. Menandakan bahwa Thalia benar-benar gugup saat ini.
Bagas semakin memperkuat genggamannya dan menatap hangat Thalia. "Mereka orang-orang yang sayang sama lo Thal. Kalau bukan karena cewek absurd itu minta tolong ke gue, gue pasti gak kepikiran juga buat nyamperin lo ke rumah. Percaya sama gue," tutur Bagas lembut.
Cowok gila ini sangat menyebalkan. Tapi entah kenapa dia selalu berhasil membuat aku merasa tenang dan dilindungi, perasaan yang harusnya tidak membuatku nyaman, pikir Thalia.
Thalia segera membuang jauh-jauh segala pikiran anehnya itu. Sekarang masalah terbesar ada pada kegugupannya untuk bertemu dengan dua orang yang paling dia sakiti selama ini.
Bagas yang masih menggenggam tangan Thalia, langsung berjalan menuju ke meja Clara dan Nayla berada.
"Gimana, bagus kan tempat yang gue pesan?" cetus Bagas tiba-tiba langsung membuat Clara dan Nayla yang membelakanginya tersentak kaget.
Dua cewek itu terbelalak melihat sosok yang berada di belakang Bagas.
"Thalia!" sergah Clara, langsung memeluk Thalia penuh semangat sedangkan Thalia hanya diam membeku tanpa membalas pelukan Clara yang tidak terduga itu.
"Thalia kok bisa lolos dengan selamat dari om-om jas hitam?"
Bagas spontan tertawa. Tidak salah dia memanggil Clara cewek absurd. Kini Bagas sedikit legah, adanya Clara yang mampu mencairkan suasana sangat dibutuhkan oleh Nayla dan Thalia. Benar kata Billi, Clara bisa membawa keceriaan dan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya, pikir Bagas.
***
Thalia yang sudah bertahun-tahun hidup dengan didikan yang keras, berada dalam lingkungan yang tidak pernah mengenal kata maaf membuatnya kebingungan bagaimana harus memulai semua pembicaraan ini.
"Thalia mau pesan apa?" tanya Clara memecah keheningan.
"Makasih, tapi gue datang bukan buat makan," balas Thalia, lantas Bagas langsung menyikut dirinya.
"Lo datang ke sini mau ngajak berantem?" bisik Bagas. Padahal bukan seperti itu maksud Thalia. Dia hanya tidak tau bagaimana bersikap, apakah jawabannya tadi terdengar seperti orang yang sedang mengajak ribut? Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...