33. CINTA PERTAMA.

1.1K 179 9
                                    

Jangan jadi pembaca yang sider yah. Makin kalian komen dan vote, makin cepat aku selesain cerita ini juga wkwk

Follow akun wattpad aku juga jan lupa hehe

Selamat membaca semoga terhibur ❤

♡♡♡

33. CINTA PERTAMA.

Bagiku, setiap hari kamu adalah cinta pertamaku. Tidak pernah berubah, dulu, sekarang dan selamanya.

Setelah menaburkan bunga dan meletakkan bucket bunga yang dia bawah, Clara tertunduk lusuh, memandang sebuah batu nisan begitu lekat. Sumur di dalam matanya sudah benar-benar kering kali ini, hingga untuk menetes pun sudah tidak dapat lagi.

Clara masih ingin terus berada di pemakaman keluarga itu, masih banyak yang ingin dia sampaikan.

Thalia menyerahkan payung yang sedang dia pegang untuk melindungi Clara dari sengat matahari kepada Bagas. Kemudian beralih duduk, menjajarkan posisinya bersama Nayla dan Clara.

"Ra, kita balik yuk. Kita semua masih pake seragam sekolah loh ini," ujar Nayla lembut, namun tak ada balasan dari orang yang dia ajak bicara. Clara masih saja terpaku di dalam keheningan yang dia ciptakan sendiri.

"Cewek absurd! Lo gak kasihan sama kulit gue yang gue rawat dengan sebaik mungkin ini? Perawatan gue mahal tahu!" celoteh Bagas dari belakang sambil mengipas wajahnya dengan satu tangan, dan tangan satunya masih sibuk memegang payung untuk para tuan putri di bawahnya.

Thalia langsung mendongak ke arah Bagas, memberikan sorot mata tajam kepada cowok itu. Berani-beraninya dia malah memikirkan kulit.

"Balik yuk, Ra. Katanya kamu mau ke rumah sakit?" ucap Thalia, menyadarkan Clara.

Clara mengusap batu nisan itu, berucap dengan tulus dari hatinya, "Maaf ya, kak, bertahun-tahun Clara baru bisa datang dan menyapa. Terima kasih juga telah menjaga Billi."

Satu yang terpikirkan oleh Clara saat Billi berhasil membuka kembali matanya, yaitu mendatangi makam Beli.

Clara memang sangat bersyukur, semesta tidak jadi mengambil nafas Billi untuk selamanya. Memberikannya waktu untuk berada di bumi yang sama dengan cowok itu.

Kehilangan memang hal yang paling menakutkan bagi siapa saja. Apalagi mengetahui bahwa kemana pun kaki ini mencari, sejauh apa pun mata ini memandang, kehadiran seseorang tidak akan pernah lagi kita jumpai.

Hampir berada pada kehilangan paling menyakitkan itu, membuat Clara lebih ingin menikmati waktu yang diberikan oleh semesta dengan sebaik mungkin. Menemui, menyapa, menghabiskan waktu bersama, sebelum waktu itu tidak akan kembali lagi dalam sebuah kesempatan.

Kesempatan untuk bersama itu lah kehilangan paling berat yang Billi alami saat kepergian abangnya. Clara mengerti sakit seperti apa yang Billi rasakan. Maka dari itu, Clara sangat ingin menyapa dan mengunjungi Beli.

Walaupun Clara kini harus diperhadapkan dengan kenyataan, bahwa Billi tidak ingin lagi bertemu dengannya. Ya, Billi mengusir Clara, dari kehidupannya.

***

Clara menghamburkan dirinya di samping tubuh Billi yang masih terbujur kaku, saat bunyi panjang pada monitor itu memekik di telinga mereka yang ada di situ. Jantung Billi berhenti berdetak.

Alat peyangga hidup Billi kini telah dicabut, setelah segala upaya telah diusakan oleh para tenaga medis saat itu. Kini, dokter sedang sibuk berbisik-bisik dengan seorang perawat. Terdengar pertanyaan tentang jam kematian, membuat tangisan Clara semakin pecah.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang