65. TERUNGKAP

1.1K 119 10
                                    

65. TERUNGKAP

Terkadang, hal menyakitkan menjadi sulit diungkapkan kepada orang-orang yang kita sayangi. Tidak ingin melukai bahkan membuat mereka khawatir, hingga menyembunyikan adalah pilihan terbaik. Walau kebenaran pasti akan menemukan jalannya sendiri untuk terungkap.

-Clara

Langkah Nayla dan Billi terhenti di depan ruangan masuk UGD, sedangkan Robert meneruskan jalannya, masuk ke dalam.

"Kalian berdua kenapa gak masuk temanin Tante Amanda?" tanya Nayla kepada Thalia dan Bagas yang duduk di depan ruangan UGD.

"Tadi ada orangtua Billi juga kok, Nay. Gak enak kan banyak-banyak di sana. Kita lagi nungguin kalian berdua biar nanti bisa gantian sama Tante Amanda," balas Thalia.

Nayla mengangguk paham, kemudian berganti melihat Billi. Raut wajah cowok itu tidak berubah sama sekali, selalu saja datar tanpa ekspresi, sangat sulit untuk ditebak. Sedangkan Nayla tidak berani menanyakan perihal Billi yang tadi menangis.

Billi dan Nayla lantas duduk berderetan dengan Thalia dan juga Bagas. Tidak lama setelah itu Amanda dan Robert keluar dari ruangan UGD.

"Om dan Tante mau ganti baju dulu, titip Clara yah," pinta Robert seraya menepuk pelan lengan Billi, dibalas senyuman tipis darinya.

Nayla, Thalia, Bagas dan juga Billi bergegas masuk ke dalam untuk melihat kondisi Clara.

Clara masih tampak pucat, dengan tangan kanan yang diberi infus.

"Bil, Clara pengen ngomong sesuatu," sergah Clara tanpa basa-basi menyambut kedatangan mereka. Dengan tatapan bingung, mereka berempat lantas saling berpandangan, bingung sekaligus kaget.

"Jadi maksudnya, lo cuman pengen berduaan sama Billi terus kita bertiga harus keluar nih?" lontar Bagas. Tebak apa yang terjadi berikutnya. Tentu saja pukulan di kepala Bagas dari Thalia. Sayangnya cowok itu tidak bisa mengeluarkan tinjunya kepada cewek aneh bin absurd ini.

"Gas," ucap Billi memperingatkan.

"Iya, iya, bercanda kali. Lo berdua sensian amat!" Jujur saja, Bagas seribu persen lebih memilih Billi, yang hanya akan memanggil namanya. Bukan Thalia, selalu saja memakai kekerasan. Sungguh, harusnya kan cewek lebih kalem yah, tapi Thalia jauh dari kata kalem.

"Gak perlu kok Bagas. Kalian di sini aja," balas Clara, tersenyum di balik wajah pucatnya.

"Kenapa, Clara?" tanya Billi.

"Clara cuman mau bilang, selamat ulang tahun ya, Bil," ucap Clara lembut, sambil mengeluarkan bulan sabit yang bagi Billi itu adalah lukisan bulan sabit paling indah. "Daritadi Clara mikir, kayaknya gara-gara gugup, Clara belum bilang selamat ulang tahun ke Billi," lanjut Clara polos.

Gelak tawa mereka langsung pecah, kecuali Billi, sontak mereka bertiga langsung menutup mulut. Bisa-bisanya di tempat seperti ini mereka tertawa.

Sementara Billi, dia terus menatap Clara begitu lekat. Dalam hati Billi berpikir, bagaimana bisa cewek itu tetap tersenyum, padahal sakit yang dia rasakan pasti teramat sangat.

"Ra, kalo gugup jangan dikasih tahu gini lah, nanti Billi makin geer," sindir Thalia. Dasar Clara!

Bagas menyenggol lengan Thalia. "Eh cewek aneh, lo harus jaga kesehatan. Kesannya kan creepy kalo kita berlima gantian keluar masuk UGD."

Thalia memicingkan matanya, seketika bulu kuduknya berdiri. Ada benarnya juga, di antara mereka berlima, Nayla, Billi dan sekarang Clara masuk rumah sakit. Kalau dipikir-pikir lagi, pertemanan yang tidak sengaja di antara mereka berlima, lebih sering menghabiskan waktu bersama di rumah sakit dibandingkan tempat yang lain.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang