58. KOMITE DISIPLIN

684 121 52
                                    

58. KOMITE DISIPLIN

Ketika salah, akuilah kemudian minta maaf. Tidak ada yang buruk dari kata maaf, dan yang terpenting, berkata maaflah kemudian berubah. Bukan berkata maaf dan kembali ulangi.

"Gue penasaran, setelah wajah lo rusak, apa masih ada orang yang bakalan natap lo dengan sorot kagum?" Sabrina menyeringai sinis sambil membuka tutup botol air keras itu.

"Katakan selamat tinggal untuk wajah mulus lo!"

Mata Clara memanas, Clara menutup matanya, bersamaan dengan itu air matanya langsung luruh.

Brak

Dalam satu kali tendangan, pintu toilet itu langsung terbuka. Bagas memang hebat kalau masalah otot.

Sabrina dan juga Clara langsung tersentak hebat begitu pintu terbuka. Tindakan Sabrina terhenti sebelum dia sempat menyiramkan air keras itu ke wajah Clara.

Billi menatap Sabrina dengan sorot tajam, begitu mematikan. Matanya kemudian bergulir ke lantai, melihat wajah memelas Clara yang sudah sangat pucat dan gemetaran.

"Berani lo mendekat, gue pastiin seluruh tubuh cewek ini rusak!" sergah Sabrina saat Billi hendak mendekat ke arah Clara.

"Sabrina stop!"

"Lo gak usah ikut campur!! Dasar pengkhianat!" teriaknya kepada Ketrin.

"Bina, udah, cukup. Gue gak mau di drop out gara-gara ini. Sebentar lagi kepala sekolah dan guru-guru yang lain pasti datang. Ayo kita lari aja," lontar Amel didukung anggukan oleh Irena dan Kaila.

Sabrina memutar bola matanya, dia sudah geram mendengar kalimat-kalimat tidak berguna itu. "Gue gak peduli, asal pekerjaan gue saat ini selesai, baru gue puas!" kelakar Sabrina membuat mereka yang ada di tempat itu tersentak kaget.

"Kalo kalian takut, ya udah sana pergi!! Gak usah ikut campur!!" geramnya.

Kaila cewek manja yang sangat takut dengan papanya itu langsung menarik tangan Amel dan Irena agar pergi dari sana. Tidak ingin terlibat semakin jauh. Dean dan Thalia, yang adalah pendonor dana terbesar di sekolah saja bisa dihukum bahkan pindah sekolah, apalagi mereka.

Jantung Clara semakin berdetak tidak karuan, kepalanya pusing. Tapi Clara tidak boleh pingsan sekarang. Matanya terus tertuju secara bergantian ke botol yang ada di tangan Sabrina dan juga di tempat Billi berada, di sana juga ada Bagas. Clara tidak mungkin membiarkan dua cowok itu dalam bahaya hanya karena dirinya.

Billi mengepal kuat dua tangannya. Dia tidak tahan lagi dengan cewek di depannya ini. "Setetes aja air itu nyentuh tubuh Clara, lo bakal terima akibatnya," tukasnya sambil mengarahkan jari telunjuknya kepada Sabrina. Billi yang selalu menghormati perempuan kini tidak peduli lagi kalau yang dia ancam adalah seorang perempuan.

Sabrina malah menyeringai, detik setelah itu gelak tawanya terdengar. "Lo nantangin gue? Gue selama ini udah baik-baikin lo berdua," Sabrina menunjuk Bagas dan Billi bergantian, "tapi lo berdua selalu mengabaikan gue dan malah bikin gue malu di depan banyak orang!!!"

"Nih cewek udah gila?" Bagas mengumpat dalam hatinya.

"Oke, Billi sayang, kalo emang lo nantangin gue. Bakal gue tunjukin Sabrina yang sebenarnya."

Sabrina kembali mengangkat tangan kirinya hati-hati, bersiap menyiramkan air keras itu ke tubuh Clara, musuh terbesarnya. Sepersekian detik kemudian Billi maju sangat cepat mengambil botol air keras itu, sedangkan Clara sekuat tenaga dia berusaha merangkak ke sisi sebelah kanannya.

"BILLI!!!"

Semua langsung tersentak kaget, termasuk Clara dan juga Sabrina, saat melihat botol itu tumpah mengenai wajah dan tubuh Billi. Clara refleks menutup matanya, seketika jantungnya serasa berhenti berdetak.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang