53. SALAH PAHAM

828 123 13
                                    

Selamat hari kesehatan mental dunia 🤍
Harapanku, semoga kita semua bisa lebih aware lagi dengan sekitar. Terlebih khusus dengan masalah Mental Illness (Penyakit Mental.)

Kalau tidak bisa menjadi baik kepada semua orang, paling tidak jangan menjadi orang jahat 🤍

Kalau bisa memperkatakan dan menebar hal positif, kenapa tidak?

Selamat membaca, luvyuguys ❤

♡♡♡

53. SALAH PAHAM

"Sudah susah-susah perjuangin dia jadi pacar, terus mau dibiarin gitu aja?"

-Bagas Tjandra (Mas Josela *jomblo sejak lahir*)

"Clara, kamu gak apa-apa?" tanya dokter Deril melihat ekspresi wajah Clara yang nampak sedih setelah Billi pergi. "Gue jadi gak enak. Pasti pacar kamu salah paham. Nanti biar gue aja yang jelasin ke dia."

"Gak apa-apa kak. Masuk yuk, Kak Emma mungkin udah di dalam," ajak Clara seraya mengangkat sudut bibirnya. Sudah menjadi kebiasaan Clara, tersenyum, walau hati sedang tersedu.

"Gue paham kenapa Billi bisa kayak gitu tadi. Kalau kamu udah siap, lebih baik kamu ceritain ke Billi yang sebenarnya. Karena kalau dia memang sayang sama kamu, dia pasti bisa terima apapun keadaan kamu. Bahkan bisa jadi salah satu orang yang support kamu, Clara," ujar dokter Deril kemudian mereka berdua berjalan masuk ke dalam café.

"Mel, Mel. Lihat, itu si cewek ganjen kan?" sergah Irena dari sudut lain café itu. Amel pun langsung memutar kepalanya, melihat arah tangan Irena menunjuk.

"Wah iya si ganjen."

Clara melangkahkan kakinya, namun tiba-tiba pandangannya sedikit memudar. Saat dokter Deril membuka pintu masuk café itu badan Clara oleng, untung saja dokter Deril berhasil menahannya.

"Wah, wah, Mel. Apa-apaan itu mesra-mesraan," seru Irena sambil menepuk pundak Amel berkali-kali.

"Bahan baru nih." Amel tersenyum sinis kemudian merogoh ponselnya dan memotret apa yang baru saja mereka lihat.

"Otak lo tuh yah Mel, bener-bener," cercah Irena, "bener-bener pintar, HAHAHA," lanjutnya.

Amel dan Irena pun segera berpindah tempat dan terus memantau Clara.

"Kamu kenapa, Clara? Pasti masih susah tidur yah?"

Belakangan ini Clara memang sering sakit kepala dan merasa pusing. Soal susah tidur, tidak usah ditanya lagi. Obat tidur dan obat penenang saja tidak berfungsi baginya. Apalagi kejadian tadi, Clara sangat kaget, bingung, takut, campur aduk, membuatnya makin kalut.

"Gak apa-apa, Kak."

Astaga Clara selain gak apa-apa bisa kali yah sesekali bilang aku lagi gak baik-baik aja, pikir dokter Deril.

Padahal yang sedang bersamanya adalah dokter. Tapi dokter Deril tidak bisa memaksa Clara.

Terkadang berkata baik-baik saja memang lebih menenangkan dan menjadi pilihan aman. Daripada harus menceritakan hal yang bahkan sulit untuk kita sendiri pahami.

Di sudut lain café itu, Amel dan Irena sedang bermain petak umpet. Bersembunyi dari Clara, agar cewek itu tidak menyadari kehadiran mereka berdua.

"Gila ganteng-ganteng semua dong yang deket sama tuh cewek!" ketus Irena. "Itu siapanya dia yah?"

"Mana gue tahu. Gih sana tanyain sendiri!" cercah Amel, "tapi kayak udah berumur gak sih?"

"Iya sih Mel, yah tapi gak tua-tua amatlah. Kita aja yang emang masih bocil. Orang bersinar gitu kayak oppa-oppa onlen gue," balas Irena dengan mata berbinar.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang