48. KENCAN PERTAMA DAN UNICORN
Dia mungkin tidak pandai merangkai kata, atau mengumbar banyak kalimat manis yang membahagiakan telinga. Tapi dia adalah orang yang selalu membuat aku merasa bahagia dengan tindakannya.
-Clara Yamamoto
Thalia tidak henti berdecak kesal, kini mereka sudah berada di escalator tapi Thalia tak kunjung menghentikan ocehannya.
"Lain kali jangan bikin gue duduk bareng manusia ini lagi!" ketus Thalia seraya memijat pelan lengannya.
"Udah Lia, lo udah ngomong itu berapa kali dari tadi," ucap Nayla, kemudian Thalia langsung menggandeng tangan Nayla.
Clara hanya terkekeh, baru kali ini Clara melihat Thalia jadi lebih cerewet darinya. Untung saja Billi tidak protes walau Clara tahu cowok itu juga tidak tenang selama menonton, dan semua itu karena dirinya.
Sedangkan sang pelaku yang merenggut ketenangan Thalia menonton film dan juga membuat lengan Thalia sakit, malah acuh tak acuh. Sebenarnya Bagas sedang menahan rasa malu, gara-gara film horror sialan itu harga dirinya tercoreng hari ini.
"Gas, gue gak tahu petinju takut hantu," ucap Billi tiba-tiba.
"Hah?" kaget Clara dan Thalia.
"Cowok kayak dia petinju?" tanya mereka berdua setelahnya.
Bagas menatap Billi kesal. Kenapa juga manusia kutub yang jarang membuka mulutnya malah membocorkan rahasia itu. Billi hanya membalas Bagas dengan mengangkat bahunya, tidak ingin bertanggung jawab.
"Jawab! Lo petinju?" ulang Thalia penasaran.
"Mantan," jawab Bagas malas.
"Mantan Bagas petinju?" timpal Clara polos.
Bagas berdecak heran. "Astaga pacar lo, man. Pinter tapi kok lemot yah? Dasar absurd!"
Thalia langsung mendorong kepala Bagas mewakili Clara yang kini menghadap ke belakang, siap menyerang Bagas. "Mulut lo pengen gue sambelin!"
Bagas mengusap kasar rambutnya. Tidak ada harga dirinya memang diri ini, gumamnya. Bagas meratapi nasib malangnya, beginilah kalau berteman dengan wanita, tentu sebagai laki-laki sejati dia tidak bisa bertindak kasar. Sedangkan Billi menepuk pundak Bagas, menyemangati sahabatnya.
Tiga cewek itu berjalan di depan mereka, saling merangkul. Billi cukup kagum dengan penyelesaian masalah di antara mereka. Walaupun awalnya Billi tidak terlalu suka Clara dekat dengan Thalia, tapi itu hak Clara, dia tahu mana yang baik dan tidak untuk dirinya. Tugas Billi hanya melindungi Clara, mengarahkan kalau Clara salah memilih jalannya, bukan menentukan arah hidup Clara.
Kini Billi dapat tersenyum legah, citra buruk yang selama ini Thalia tunjukan ternyata hanyalah topeng. Dia sungguh baik dan menyayangi temannya. Menjadi orang yang bisa maju paling depan kalau ada orang berani mengganggu Clara dan Nayla.
"Kalian duluan aja," kata Billi tiba-tiba.
Langkah Thalia dan Nayla terhenti di samping mobil Billi, begitu juga dengan Bagas yang bersiap masuk ke dalam mobilnya.
Clara sama kagetnya dengan mereka bertiga. Apakah Billi ingin ke toilet?
Billi mengerti tatapan aneh mereka. "Gue mau lihat sepatu dulu," ujar Billi memberi alasan.
"Maksud lo kita berempat pulang duluan? Lo nyuruh gue antarin tiga perempuan gila ini?" tanya Bagas seraya mengangkat sebelah alisnya.
Billi sedikit gusar, mulutnya terasa kaku untuk berucap. Clara masih menatap Billi bingung, menunggu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...