Hai hallo my luv.
Semoga tulisanku bisa menghibur kalian semua ya.
Kalau kalian suka ceritaku tolong terus dukung aku dan karyaku ya. Siapa tahu karena suka kalian mau vote ceritaku ini hihi itu sangat berarti loh buat aku.
Ohya aku tunggu komen2 kalian ya 🤗🥰
Tandain ya kalau ada typo 🥰
Happy reading my luv....
♡♡♡
37. CEMBURU?
Harus berapa kehilangan lagi sampai kamu benar-benar yakin dengan perasaanmu sendiri?
Terlalu terbawa suasana, keduanya tidak menyadari ada derap langkah kaki yang mulai terdengar dari belakang.
Clara pun tiba-tiba berdiri. "Clara ambil minum dulu, Billi tunggu di sini," ucap Clara tentu hanya alasan saja.
Clara kaget melihat kehadiran seseorang berjas putih dengan alat Stetoskop yang dia kalungkan.
"Kamu ... Clara, kan?" tanya seseorang yang tampaknya adalah seorang dokter, membuat Billi ikut memalingkan wajahnya, mencari asal suara yang menyebutkan nama Clara.
Clara mengerutkan dahinya, pupil matanya bergerak ke atas, menandakan bahwa Clara sedang berpikir keras.
"Maaf ... siapa ya?" tanya Clara tidak berhasil menemukan jawaban tentang siapa orang di hadapannya ini.
"Masa gak ingat gue?" balas dokter itu membuat Clara makin bertanya-tanya. Sedangkan Billi terus memperhatikan pria itu.
Menyadari Clara yang kebingungan, dokter itu kemudian mengangkat kartu identitasnya yang dia jepitkan di kantung jas putih miliknya.
"Gue Deril, masih gak ingat?"
"Deril?" gumamnya. Clara benar-benar lupa siapa gerangan orang ini.
"Gue anaknya dokter Jimmy, dokter keluarga kamu. Kamu Clara anaknya Tante Amanda dan Om Robert kan?" jelas Deril, seorang dokter muda.
Clara otomatis membuka mulutnya lebar-lebar, begitu juga dengan mata sipitnya yang ikut terbuka lebar.
"Ohhhh... Kak Deril si kakak dokter yang ganteng itu?" ungkap Clara cepat dan sangat polos.
Billi yang mendengar ucapan Clara bahkan ikut tersedak walaupun tidak sedang minum atau makan sesuatu.
Huh, dokter ganteng katanya? Gumam Billi meremehkan.
Deril terkekeh mendengar pernyataan Clara. "Akhirnya kamu ingat juga. Gue lihat foto kamu di Instagram, makanya langsung bisa ngenalin," tuturnya.
Clara menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Maafin Clara ya kak."
"Papa tugasin gue buat jadi dokter pribadi kamu sekarang. Tapi kok sejak balik dari Jepang kamu belum pernah datang check up?" tanya Deril.
Clara tiba-tiba mendekatkan tubuhnya, membuat jarak antara keduanya semakin menipis. Clara yang tingginya kurang sebahu Deril yang tinggi menjulang itu pun berjinjit, hendak membisikan sesuatu. Karena masih tak sampai, Deril harus sedikit menunduk agar bisa dicapai oleh Clara.
"Kak Deril jangan kenceng-kenceng ngomongnya. Jangan bilang Mommy dan Daddy yah kalau Clara belum pernah datang check up," bisik Clara kemudian segera mengambil langkah mundur sambil menyatukan kedua telapak tangannya, memohon dengan wajah memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...