43. SUATU KETIKA, KALA SENJA TERLUKIS

1.1K 150 12
                                    

43. SUATU KETIKA, KALA SENJA TERLUKIS

Dia tidak seperti terang matahari yang berlangsung lama, tapi hangatnya bagaikan senja yang datangnya singkat namun sangat meneduhkan. Senja dan matahari tahu kapan harus melaksanakan tugas mereka, tanpa harus saling mendahuli atau bersaing. Karena tidak akan ada senja tanpa hadirnya matahari, dan tidak akan ada matahari tanpa hadirnya senja.

Clara melihat jam di dinding kamarnya. Astaga sudah sejak lima belas menit yang lalu dia selesai mandi, sengaja tidak dia cuci rambutnya dan tidak melakukan ritual lainnya agar tidak membuat Billi menunggu lebih lama lagi. Namun nyatanya, Clara malah kebingungan sendiri memilih baju. Tidak dia sangka itu lebih lama daripada waktu mandinya.

Ini salah Billi sendiri tidak memberikan kabar, jalan ke mana saja Clara tidak tahu. Takut salah pakai kostum. Clara pakai dress takutnya malah diajak ke gunung, Clara pakai celana panjang, takutnya diajak ke pantai. Clara terus membatin sambil menjelajahi setiap pakaian yang dia miliki.

Setelah berdiskusi lama dengan dirinya sendiri, Clara keluar, menuruni tangga dengan langkah ragu bercampur kegugupan.

Mata Clara terbelalak langkahnya terhenti, secara bergantian melihat baju yang sedang dia pakai. Pakaian mereka senada, hanya saja kaos hitam Clara dia lapisi dengan cardigan rajut pink peach. Clara memilih untuk cari aman saja, memakai celana jeans panjang, kaos dan cardigan. Kalau sampai Billi mengajaknya naik gunung atau ke pantai, dia akan menolak dengan segera.

Clara menelan ludahnya saat Billi sudah menangkap kedatangannya. Billi selalu saja bisa mengontrol diri, entah itu emosi, bahkan ekspresinya. Sedangkan Clara sangat gelisah mengingat yang terjadi di antara mereka sebelumnya. Ah menyebalkan!!

Tapi Clara tidak bisa berbohong kalau dia bahagia, entah Billi akan mengajaknya ke mana, yang pasti Clara senang diajak jalan oleh si Aishoka cowok kutub ini.

Billi tersenyum hangat menyambut kedatangan Clara. Terselip rasa bersalah setelah semua yang telah dia dengar dari Amanda.

"Billi izin bawah Clara keluar dulu ya, tante. Gak akan lama-lama kok," pamit Billi langsung menyalami Amanda.

"Lama juga tidak apa-apa asalkan sama Billi," balas Amanda – sontak mendapat tatapan memelas dari Clara.

"Jadi cowok itu harusnya kayak Billi. Minta izin langsung ke mommy, gak kayak yang waktu itu. Akhirnya malah nyakitin kamu, sayang."

"Mom..."

"Ya udah, hati-hati nyetirnya yah, Bil. Tante titip Clara."

Billi mengangguk sopan dan langsung pergi diikuti Clara yang berjalan di belakangnya.

Clara memang sudah meminta orangtuanya untuk tidak membahas kejadian yang telah Dean lakukan. Karena setiap kali menyinggung hal itu, maka dia akan terbawa pada saat-saat menegangkan yang hampir membawanya kepada sebuah kehilangan.

Tidak ingin membuat anak mereka terus menetap dalam kenangan itu, Robert dan Amanda pun mengikhlaskan semua yang telah terjadi, membuka pintu maaf bagi orang yang telah melukai putri tercinta mereka.

***

Selama di perjalanan, baik Billi maupun Clara sama-sama membisu. Kecanggungan seolah mencekik mereka berdua. Hingga mulut yang terkatup sulit untuk dibuka.

Clara masih ingat jalanan yang mereka lewati saat ini, sampai akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang sudah Clara duga. Namun masih tidak dipercayai oleh akalnya bahwa Billi akan membawanya ke tempat ini.

Dengan langkah pelan, Clara mengikuti Billi yang memimpin jalan. Tanpa bersuara, Clara terlalu tidak enak hati untuk bertanya tentang hal yang sudah dia ketahui.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang