60. KADAR RASA HATI
Setiap orang memiliki kadar rasa yang berbeda. Ada yang kuat dengan rasa pedas, ada yang tidak suka manis, ada yang suka pahit. Bagi yang suka pedas pun bisa memiliki level berbeda. Kadar rasa hati pun begitu, berbeda di setiap manusia. Ada yang bisa saja sama, tapi pasti ada yang berbeda. Hatimu mungkin kuat, lain halnya dengan dia. Jangan memaksa hatinya agar sekuat hatimu. Mungkin yang kamu paksa, sedang berusaha sekuat tenaga untuk bisa sama kuatnya denganmu.
Suasana kelas XI Binsus sejak tadi ramai, sibuk membicarakan apa yang baru saja tersebar luas di sekolah. Berkat para wartawan tanpa gaji yang telah menyebarkan informasi yang mereka dapatkan.
"Eh, eh, Clara tuh."
Kelas yang tadinya ribut seketika sunyi senyap. Mereka seperti tertangkap basah melakukan kejahatan, saat Clara dan Nayla mulai masuk ke dalam kelas.
"Ra, lo gak apa-apa?" tanya Bakti memecah hening.
Clara mengangkat dua sudut bibirnya. "Makasih Bakti, Clara baik-baik aja kok," ucap Clara dan segera duduk di tempatnya.
Sepersekian detik setelah Clara duduk, teman-teman kelas mereka yang didominasi oleh murid cewek langsung mengerumuni tempat duduk Clara dan Nayla.
"Ra, kenapa lo gak biarin mereka di D.O aja sih?" lontar salah satu dari mereka.
"Iya, Ra. Lo baik banget padahal udah digituin sama mereka," timpal yang lainnya.
"Harusnya gak lo kasih ampun anak-anak tukang bully itu. Udah dibubarin gengnya, masih juga gak pada kapok."
"Reputasi sekolah juga jadi buruk gara-gara mereka. Mana Mami gue nyuruh pindah sekolah lagi semester depan."
"Iya gue juga."
Clara seperti terjebak di antara teman-teman kelasnya yang sedang bergosip.
"Teman-teman yang terkasih, ngegosipnya bisa jangan di sini kali yah? Clara butuh waktu sendirian dulu." Nayla segera bertindak, walaupun tidak bisa dipungkiri Clara sesekali tersenyum dengan perhatian yang teman-temannya berikan.
"Iya, iya, siap waket."
"Ra, lain kali kalau lo diapa-apain lagi sama tuh cewek-cewek sok cantik, bilang ke kita. Dikira mereka kita bakalan diam aja teman kelas kita dijahatin. Belum tahu aja mereka, anak-anak Binsus kayak kita gak cuman tahu belajar doang," kata Lauren, cewek paling tomboy di kelas XI Binsus, sambil menunjukkan otot tangannya.
Mereka pun segera bubar dari tempat duduk Clara dan Nayla, diikuti gelak tawa karena tingkah Lauren.
"Tuh kan, Ra. Gue bilang juga apa. Anak-anak gak bakalan jelek-jelekin lo. Mereka walaupun pintar-pintar tapi gesrek juga otaknya," ujar Nayla.
Clara memang telah mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Selama ini dia tidak pernah berbaur dengan teman-teman sekelasnya. Selain Billi, hanya Nayla saja teman terdekatnya di kelas. Clara terlalu takut, dalam pikirannya semua orang di sekolah ini tidak suka dan membencinya. Salah satu ciri dari orang yang depresi, selalu menganggap diri rendah dan tidak disukai. Ditambah lagi surat-surat kebencian yang dia terima, lengkap sudah.
Padahal, mereka telah menjadi keluarga. Keluarga XI Binsus Permata High School yang akan saling menjaga dan menopang, sampai mereka lulus nanti. Walaupun dalam keluarga tidak bisa dihindari yang namanya pertengkaran dan gesekan-gesekan lainnya. Tapi keluarga tetaplah keluarga.
Beberapa saat kemudian, Billi dan Bagas datang dengan membawa sebuah kantong plastik sedang. Para siswa yang berkumpul di depan kelas XI Binsus itu pun langsung bubar. Mereka anak-anak kelas lain yang sibuk mengintip kondisi Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...