25. GARIS TERDEPAN

1.3K 196 4
                                    

Kebahagiaannya adalah prioritasku. Sampai aku lupa, bahwa hatiku sendiri tidak pernah kupedulikan.

♡♡♡

Hari ini, upacara bendera sekaligus apel pagi cukup lama dari biasanya. Setelah diadakannya penerimaan hadiah oleh para pemenang lomba basket sekaligus dance yang sempat tertunda. Kini waktunya sekolah memberikan penghargaan kepada mereka yang berpartisipasi mengharumkan nama sekolah.

Dean selaku ketua tim basket Permata maju paling depan diikuti dengan anggota lainnya. Begitu juga dengan tim dance yang diwakili oleh Sabrina bersama anggota tim lainnya. Sorak sorai tepuk tangan menggema, menunjukan betapa bangganya sekolah terhadap prestasi para siswanya.

Namun ada yang kurang. Kepindahan Thalia yang dianggap tiba-tiba itu membuat banyak orang bertanya-tanya. Pihak sekolah dan mereka yang terlibat dalam insiden jatuhnya Nayla, memang telah sepakat untuk menyimpan masalah ini sesuai permintaan korban.

"Nay, kita jadi kan ketemuan sama Thalia?" bisik Clara yang sudah mulai bosan dan lelah, entah sudah berapa jam dia terus berdiri seperti ini.

"Iya jadi kok, Ra."

***

Kumpulan siswa laki-laki dan perempuan dengan jaket baseball sudah mulai jarang terlihat. Dean yang sedang sibuk dengan tim basketnya, membuat perkumpulan para cowok itu berpindah ke warung yang ada di samping sekolah, agar dapat bebas merokok. Sementara para cewek alias The Beauty masih seperti biasanya.

Clara dan Nayla juga sama, masih sering ke kantin bersama. Kalau dulu selalu saja jam istirahat mereka penuh dengan drama, kini semuanya terasa tenang. Semenjak kejadian waktu itu, baik The Beauty maupun The Wild belum pernah mengganggu satu siswa manapun.

"Pesan apa?" tanya seseorang sambil meletakan kotak bekal bersama satu botol minuman, tepat di depan Clara.

"Dean, ini apa?" sahut Clara bingung.

Dean menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Itu roti sama jus. Lo pasti gak pesan makanan kan?"

"Dean ke sekolah bawah bekal? Tumben," tanya Clara penasaran.

Dean sudah terlalu sering mendapat pertanyaan bukan jawaban. Selama dia mempertanyakan sesuatu, Clara pasti akan balik melemparkan pertanyaan untuknya. Kebiasaan kecil seperti itu, termasuk Clara yang tidak suka makan di kantin sekolah sudah dihafal betul oleh Dean.

"Tadi ada yang ngasih," jawab Dean santai.

"Loh, kalo gitu Dean dong yang harus makan. Kenapa dikasih ke Clara?"

"Gue gak suka makanan kayak gitu kalo lagi basket. Kalau lo gak mau, biar gue buang aja sini." Dean mencoba mengambil kembali kotak bekal dan jus itu, namun dihentikan Clara.

"Kata mommy makanan itu gak boleh di buang-buang," tegur Clara, padahal dirinya sendiri sering tidak menghabiskan makanan yang dia pesan.

"Ya udah, dimakan makanya."

"Iya deh Clara makan, tapi mau dibagi sama Nayla. Clara gak bisa habisin sendirian."

"Asal jangan dibagi ke satu sekolahan aja, gak cukup soalnya," goda Dean, sudut bibirnya pun ikut terangkat.

"Bilangin makasih dari Clara ya, ke orang yang ngasih ini."

"Gue gak tahu siapa yang ngasih. Cuman digantungin pake totebag gitu di loker," ujar Dean, "ya udah gue balik ke lapangan dulu. Jangan lupa dihabisin." Dean berpamitan kepada Clara dan juga Nayla. Namun sebelum beranjak, cowok itu mengusap lembut ujung kepala Clara. Rambut hitam ovalnya yang tergerai indah, begitu sayang jika tidak disentuh oleh Dean.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang