Hai. Aku update juga akhirnya...
Maaf yah, beberapa minggu terakhir ini aku lagi sibuk sama urusan kampus dan urusan lainnya.Langsung aja yah, selamat membaca ❤
Ramein di kolom komentar yah, aku tunggu ❤♡♡♡
64. Diary Depresi Clara
Apa yang lebih menyakitkan dari rindu karena jarak? Yaitu ketika kalian saling berdekatan, tapi tak pernah tahu betapa menderitanya orang terdekatmu.
-BilliUsai menelepon Bagas, Billi langsung menggendong Clara dan meninggalkan taman itu.
"Nak Billi, itu Nak Clara kenapa?" sergah Pak Soni yang sedari tadi menunggu di depan jalan masuk taman, bersiap untuk membereskan tempat itu saat mereka selesai makan malam.
Billi sempat hilang fokus sampai Pak Soni menarik lengannya saat dia hendak berlari.
"Mobil Nak Billi mana?" tanya Pak Soni lagi.
"Pak, saya minta tolong, barang-barang di dekat meja tolong disimpan." Sepersekian detik kemudian Billi langsung berlari dengan Clara yang ia gendong.
"Nak Billi tunggu saja sampai temannya datang. Nanti bisa terluka kalau harus gendong sampai rumah," ujar Pak Soni sedikit berteriak.
Sementara yang diteriaki semakin menjauh. Satu detik seolah terlalu lama untuk Billi tunggu. Billi terus berlari, tidak peduli dengan kondisi kaki dan tangannya yang harusnya belum melakukan aktifitas berat. Baginya, kondisi Clara saat ini lebih penting dari dirinya sendiri.
Dari arah berlawanan, sebuah cahaya mulai menyilaukan mata Billi, membuat langkahnya terhenti.
Tidak menunggu lama sang pengemudi dari mobil yang mengeluarkan cahaya menyilaukan itu langsung memutar balik mobilnya.
"Lo udah gila gendong dia sambil lari-lari?" tanya Bagas bingung.
"Ke rumah sakit sekarang," lontar Billi dari arah belakang.
"Langsung rumah sakit? Gak ke rumah aja?"
"Rumah sakit! Buruan ngebut. Tadi Clara megang-megang perutnya, pasti ada sesuatu. Buruan, Gas!" sergah Billi.
Bagas terkesiap, langsung merubah posisi duduknya. "I-iya iya tenang dong jangan bikin gue panik. Gue gas sekarang nih."
Billi terus mengguncang tubuh Clara pelan, tangannya tidak berhenti gemetaran memegang tubuh Clara. Billi berharap cewek itu segera membuka matanya. Berharap tidak ada hal buruk yang akan terjadi kepada Clara.
"Lo punya minyak angin?" tanya Billi.
"Mana gue tahu, ini kan mobil lo."
"Coba lihat di laci situ, Gas."
Bagas mulai mencari apa yang diminta Billi, ketika ditemukannya sebuah botol kecil, Bagas langsung mengoper ke arah belakangnya.
Billi mendengus frustasi. "Gue gak butuh lawakan lo, Gas!"
Bagas lantas mengerutkan dahinya, bingung. "Lah, si kutub, siapa juga yang lagi ngelawak. Lo kata gue Sule ngelawak terus?"
"Ini parfum bukan minyak angin!"
Bagas terkekeh. Dia tidak bermaksud melakukan hal itu, namanya juga dia sedang sibuk menyetir. Mana sempat matanya melihat dengan benar. Sedangkan sahabatnya di belakang, sama sekali tidak tersenyum. Wajahnya mengeras membuat Bagas lebih melajukan kendaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...