70. MALAM PERGANTIAN TAHUN (END)
Pelangi yang indah, membutuhkan banyak kombinasi warna. Begitu juga hidup kita yang penuh warna, hati kita pun sangat berwarna. Ada yang namanya kesedihan, sukacita, sakit hati, luka, bahagia. Nikmati semua perasaan itu, wajar untuk terluka dan tidak baik-baik saja. Dan seperti pelangi yang akan datang usai hujan badai, percayalah akan ada hal indah yang datang setelah badai dalam hidup kita.
-Clara
Suasana pagi di puncak Bogor yang begitu sejuk, ditambah sahut-sahutan suara dari serangga dan pemandangan pohon-pohon hijau di sekelilingnya, membuat hati Billi terasa tenang. Sambil menyeruput kopi, ia berdiri dan menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan ini.
Sudah dua minggu ini Billi menghabiskan masa liburannya di Villa milik almarhum Oma dan Opa Billi, orangtua dari Linda. Di bandingkan berlibur ke luar negeri atau ke tempat-tempat lain, Billi lebih senang di tempat ini. Tempat yang dulu sering sekali ia datangi bersama Clara dan keluarga, saat salah satu di antara mereka ulang tahun.
Tapi sekarang, tidak ada lagi Clara. Hanya Bunda dan Ayahnya yang memang sudah berjanji liburan akhir tahun akan mereka habiskan bersama, dan juga Oma dan Opa orangtua dari Cristofel, serta adik Cristofel bersama keluarga mereka.
"Billi, hp kamu bunyi terus itu di kasur," ujar Linda yang datang menemui Billi di teras kamarnya.
"Iya," balas Billi singkat.
"Bukannya kamu sudah mau balik ke Jakarta hari ini? Katanya malam tahun baruan sama Bagas dan yang lain?"
"Males. Mau di villa aja."
Linda langsung membelalak kaget. Dasar putera dingin mereka ini. Padahal dia sudah berjanji kepada Bagas yang rela datang jauh-jauh untuk minta izin, minggu yang lalu.
"Brillian, janji itu harus ditepati. Sejak kapan Bunda ajarin kamu buat remehin janji ke teman kamu?"
"Gak apa-apa, Bunda. Nanti Billi hubungin Bagas. Di sini ada Oma Opa sama Mama Novia dan keluarga, masa Billi malah ke Jakarta?" balasnya. Walau sekalipun cowok itu tetap stay di villa, dia akan terus mengurung dirinya di kamar. Paling-paling sepuluh menit dia akan duduk mengobrol dengan keluarganya di bawah, lalu kembali lagi naik ke kamarnya. Sama saja bukan?
"Semuanya kan udah izinin kamu, lagi pula kamu sudah dua minggu di sini terus. Oma sama Opa kamu pengen liat kamu keluar villa."
Ya. Bahkan Oma dan Opanya setuju mengirim Billi keluar dari villa ini. Apalagi setahu mereka, cucu mereka yang satu ini memang paling tidak suka bergaul. Sesekali main keluar ya tidak apa-apa. Cucu mereka juga masih muda.
"Kak Bil, ada te-mannya nyariin di-di bawah," lontar adik sepupu Billi yang masih ngos-ngosan karena lari-lari ke kamar cowok itu.
"Siapa?"
"Gak tahu, pokoknya ganteng," balasnya polos.
Teman? Ganteng? Siapa? pikir Billi.
"Bentar, Bunda ajak ke sini." Linda pun segera turun untuk memanggil teman ganteng puteranya.
"Yoww!! Gila si kutub betah banget di tempat kayak gini," sergah teman ganteng Billi itu. Siapa lagi kalau bukan Bagas.
"Lo teman ganteng itu?" sambut Billi, meremehkan.
"Hah gimana?" tanya Bagas tidak mengerti. "Iya sih gue emang ganteng, gak usah dikasih tahu juga gue tau kali."
Billi hanya menggelengkan kepala lalu menyeruput kembali kopinya. Tapi detik kemudian Bagas membuat kopi Billi tumpah gara-gara mendorong tubuh Billi saat ia sedang minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...