30. JANJI MASA KECIL
Karena pertemuan dan perpisahan, saling berdampingan.
"Clara, udah, jangan nangis."
"Gimana Clara gak nangis—" protesnya sambil terus menahan isakan, "—mommy lagi dioperasi, kalo jadi apa-apa sama mommy emang Billi mau tanggung jawab?" rengek Clara seraya menutup matanya.
Billi lantas meraih tangan gadis kecil itu membuatnya jadi satu dalam ruang kosong tangannya. "Tante Amanda sedang ditangani oleh seorang dokter yang jagooooo banget. Jadi Clara gak usah takut, kan ini untuk kesembuhan tante Amanda," ucap Billi lembut, kemudian menghapus jejak air mata di pipi Clara. "Jangan nangis ... kamu kan jelek kalau nangis." Clara menghempas kasar tangan Billi setelah mendengar ejekan cowok itu.
"Dasar ya aishoka! Nyebelin, nyebelin!!" Clara bermonolog sendiri, sedangkan dirinya sudah menjauh dari Billi. "Jangan dekat-dekat ya! Jangan lewatin batas ini!" ketusnya sambil meletakkan sebuah tas pink di antara dia dan Billi.
"Yakin gak mau dekat Billi? Ya udah, aku pergi nih..." Billi melirik Clara yang memangku tangannya, berpura-pura marah dengan Billi padahal air mata sedang keluar membasahi pipinya.
Billi berdiri hendak beranjak pergi, namun tangannya diraih oleh Clara membuat langkahnya terhenti.
"Kenapa? Katanya Billi gak boleh dekat-dekat."
Dengan mata yang masih berair, Clara berusaha menahan isakan tangisnya untuk tidak keluar. Walaupun dapat Billi lihat bahunya yang masih terus bergetar. Tidak sanggup melihat gadis kecilnya sedang berusaha tegar, Billi segera mendekap hangat tubuh Clara, membuatnya dapat bersembunyi dalam dekapan itu.
"Nangis aja, jangan ditahan," bisiknya lembut.
"Kata Billi tadi gak boleh nangis." Clara masih terus berusaha menahannya.
"Mulai sekarang boleh, tapi harus ada Billi kalau mau nangis. Jangan nangis sendirian di tempat yang gak Billi tahu."
Seketika itu juga air mata kembali luruh tak tertahankan. Seperti yang Billi minta, Clara kini menumpahkan semua rasa takut dan khawatirnya dalam bentuk tangisan.
"Clara takut mommy ninggalin Clara."
Tidak ada bahu yang dapat Clara sandarkan lagi sekarang, jika bukan pundak yang selalu disediakan sahabatnya, Billi. Sang mommy yang tiba-tiba harus segera dioperasi untuk mengangkat rahim yang ditumbuhi kista, sedangkan Robert masih dalam perjalanan dari jepang, membuat Billi dan keluarga menjadi tempatnya bersandar.
"Bil?" panggil Clara, menarik kembali kepalanya dari pundak Billi.
"Iya?"
"Bil..."
"Iya? Kamu mau sesuatu?" tanya Billi seraya menoleh ke arah Clara.
"Janji ke Clara yah, kalau Billi gak akan pernah tinggalin Clara."
Billi kaget dengan permintaan Clara yang terdengar aneh menurutnya. Masih duduk di bangku sekolah dasar, tapi Clara memang bisa mengeluarkan kalimat-kalimat tidak terduga dari mulutnya.
"Iya, Billi janji," ucap Billi, bermaksud untuk memberikan seutas senyuman di wajah gadis itu.
Clara mengambil tangan Billi kemudian menyatukan jari kelingking, telunjuk serta jempolnya. Membuat sebuah cap 'perjanjian masa kecil'.
"Bil?"
"Kenapa lagi?"
"Dokternya beneran jago?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...