Kebahagiaanmu adalah segalanya untukku, walaupun itu artinya, kebahagiaan sendirilah yang harus aku korbankan. Karena bahagiaku adalah, kamu.
♡♡♡
Bagas lantas segera bersiap untuk menjemput Thalia. Terlebih dahulu dia harus mengantar Billi pulang ke rumahnya, kondisi tangan Billi tidak memungkinkan cowok itu menyetir.
"Mobil lo nanti biar sopir gue yang antar," ungkap Bagas sambil keduanya berjalan menuruni tangga.
"Gak usah, gue bisa sendiri," balasnya ketus.
"Bisa gak, bilang iya sekaliii aja ke gue," keluh Bagas dengan huruf 'i' pada kata 'sekali', yang sengaja dia ucap berlebihan.
Pada akhirnya dengan terpaksa, Billi membiarkan Bagas yang mengantarnya pulang. Bagas telah menyimpan kunci mobil Billi saat dia tidur. Mengenal Billi sudah hampir setahun lebih, membuat Bagas tahu betul sifat cowok itu yang tidak suka meminta bantuan kepada orang lain.
Billi tidak banyak bicara dan hanya menjawab tiap kali ditanya. Sekalipun sakit yang dia rasakan teramat sangat, dia akan tetap diam dan menyimpan semua itu sendirian. Sebagai orang yang lama mengenal tinju bahkan pernah cedera, Bagas tahu betapa sakit cedera tangan yang Billi alami.
"Wajah lo pucat, kita sekalian beli obat aja ke apotek," kata Bagas menawarkan.
"Gak perlu."
Bagas berdecak kesal, "Batu lo ya!"
Selang beberapa menit kemudian, Bagas kembali menoleh ke arah Billi. Sekarang wajahnya tidak hanya pucat, tapi keringat dingin mulai bercucuran.
"Mampir ke apotek bentar, lo sakit itu, bego!"
Billi yang sedang menutup matanya hanya menggelengkan kepala, kembali menolak tawarannya.
"Badan—lo—panas , gila!" ucap Bagas seraya sedikit menyatukan bibirnya, menahan emosi setelah dirabahnya dahi Billi yang panas, masih saja menolak.
Tidak ada gunanya memang, Billi akan terus menolak seberapa sering dia menawarkan. Bisa saja Bagas membelinya tanpa memberitahu Billi terlebih dahulu. Tapi, tentu saja Bagas juga tahu bahwa obat yang dia beli tidak akan diterima oleh cowok keras kepala itu.
"Gue mau temenin Thalia, beli kue sama dekorasi untuk surprise-in Clara," seruh Bagas tiba-tiba saat Billi hendak membuka pintu mobil, "kita surprise-in di rumahnya kok, kalau lo mau ikut nanti gue kabarin." Billi tidak menjawab dan langsung turun, memasuki gerbang rumahnya.
Masalah hati, termasuk salah satu yang akan terus Billi sembunyikan. Sangat sulit mengetahui dan menebak, apa yang sebenar-benarnya dia rasakan. Butuh usaha yang sangat besar hingga Billi bisa menceritakan semua itu kepada Bagas.
***
"Tumben lo bawah mobil, gue malah sempat mikir kalau lo itu gak bisa nyetir," kata Thalia. Bukan sebagai bentuk pujian, tapi nada bicaranya sedang mengejek Bagas.
"Orang lain tuh ya, udah dibantuin bilangnya makasih. Bukan ngajak ribut!"
"Mau lo, gue sujud di kaki lo gitu?"
"Gak lagi-lagi deh gue bantuin lo, cewek aneh!"
"Gitu aja ngambek, laki bukan?"
Memang Nayla doang yang normal, batin Bagas. Bagas tengah memikirkan julukan apa yang harus dia berikan untuk Nayla. Haruskah dia menyebutnya cewek malang? Bukan nama tempat, tapi nasib malang yang harus dia terima karena berteman dengan orang yang tidak normal. Yang satu cewek absurd, satunya lagi cewek aneh. Sungguh malang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Genç Kurgu[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...