EPILOG
"Kenapa harus ada pemakluman pada setiap kalimat menyakitkan yang terucap. Hanya dengan dalih, gitu aja marah, gitu aja tersinggung. Padahal tidak semua hal sesimpel dan semudah seperti kata yang terucap. Itu adalah sebuah pemakluman yang dapat membunuh karakter seseorang bahkan dapat merenggut nyawa orang lain."
Tepuk tangan yang meriah menyambut kalimat akhir yang diucapkan oleh salah satu dari dua orang perempuan yang berada di paling depan toko buku itu. Di belakang mereka terpampang sangat jelas baliho bertuliskan WORLD MENTAL HEALTH DAY.
"Diberikan kesempatan jika ada yang ingin bertanya," ucap seorang pembawa acara.
Tiba-tiba salah satu di antara banyak orang yang duduk pun mengangkat tangannya.
"Terima kasih. Saya ingin bertanya, apakah isi dari buku ini memang diangkat dari kisah nyata penulis?"
"Ya, terima kasih untuk pertanyaannya. Silakan saudari Emma dan saudari Clara untuk menjawab."
Emma dan Clara saling melempar pandangannya, memberikan kode siapakah yang akan menjawab pertanyaan tadi.
"Ini adalah buku kolaborasi saya dan Clara. Karena saya adalah psikolog yang menangani Clara selama ini. Dan isi dari buku ini adalah benar adanya diangkat dari kisah nyata Clara," jawab Emma mewakili Clara.
Banyak dari mereka manggut-manggut paham dan juga terkejut karena memang benar isi buku itu adalah dari kisah nyata sang penulis.
Salah satu toko buku di daerah Jakarta Selatan itu cukup ramai dikarenakan launching buku kolaborasi Emma dan Clara dalam rangka hari kesehatan mental dunia.
Salah seorang kembali mengangkat tangannya dan mengajukan pertanyaan. "Apa alasan penulis berani mengungkapkan identitasnya, mengingat isi dari buku ini mungkin sangatlah sensitif bagi penulis sendiri. Apakah ini hanya strategi marketing saja?"
Clara tersenyum simpul mendengar pertanyaan itu. Beberapa orang juga ikut manggut-manggut, mereka sama penasarannya.
"Kurang lebih sudah satu tahun sejak saya melakukan perawatan. Psikiater saya pernah bilang acceptance atau penerimaan adalah langkah pertama untuk proses penyembuhan. Saya belajar untuk menerima apa adanya keadaan saya dan itu proses yang cukup panjang," balas Clara kemudian matanya bergulir memandang Emma dengan hangat dan tersenyum.
"Bertemu Kak Emma adalah salah satu hal yang saya syukuri. Beliau bukan hanya sebagai psikolog saya, tetapi seorang kakak dan teman berbagi. Kak Emma adalah ketua organisasi Peduli Kesehatan Mental di Jakarta Selatan, dan saya akhirnya ikut menjadi bagian organisasi tersebut. Kemudian Kak Emma mengungkapkan keinginannya untuk membuat satu buku lagi, karena sebelumnya Kak Emma sudah pernah mengeluarkan buku tentang kesehatan mental. Itulah kenapa saya mengajukan diri dan berani mengungkapkan identitas saya."
Tepuk tangan meriah kembali menggema di dalam toko buku itu. Banyak yang kagum dengan keputusan Clara. Pasalnya yang hadir saat itu cukup banyak yang masih seumuran dengannya. Mereka tidak menyangka apa yang mereka dengar pada pembukaan launching, bahwa Clara masih kelas 3 SMA.
"Lalu apakah alasan kalian memberikan judul buku ini Become Beauty?" timpal salah satu orang dari tempat duduknya.
"Judul ini sendiri awalnya kami diskusikan bersama, dan karena ini adalah kisah dari Clara, maka pada akhir buku ini rampung Clara akhirnya mendapatkan judul yang menurutnya mewakili isi buku ini," jawab Emma sambil menaikkan sudut bibirnya menatap Clara.
Detik itu juga Clara bersiap menambahkan jawabannya. "Buku ini mengisahkan tentang seorang anak yang menghabiskan masa sekolahnya sangat berbeda dengan kebanyakan anak seumurannya. Depresi yang dia alami disebabkan oleh lingkungannya sendiri, dan masalahnya terletak pada standar kecantikan yang entah siapa pembuat standar itu. Hingga akhirnya anak sekolah ini menganggap bahwa mengubah dirinya menjadi cantik akan mengubah stigma dalam masyarakat—" Clara menghentikan kalimatnya, ia menerawang, kembali ke masa lalu. Masa-masa yang ketika mengingatnya, Clara sudah bisa tersenyum lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...