27. DI TITIK INI, AKU MELEPASMU.

1.4K 189 4
                                    

Cinta tidak menuntut, tapi cinta itu memberi. Cinta bukan memaksa kebahagiaan, tapi melepaskan kebahagiaan kita untuk orang yang kita cintai.

♡♡♡

Lilin berangka enam belas dia pasangkan di atasnya. Sambil memejamkan matanya dia berkata, "Aku sadar, aku hanyalah seseorang yang kapanpun bisa tergantikan dalam kehidupan kamu, Clara. Tapi, sampai kapanpun, kamu tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Semoga kamu selalu berbahagia. Selamat ulang tahun, Clara." Billi membuka matanya, kemudian meniup lilin. Air mata pun ikut luruh bersama lilin yang mati itu.

Billi mengambil salah satu bingkai foto yang berada di dalam rumah pohon itu. Ada sosok dua orang anak kecil, seorang gadis kecil bertubuh gendut sangat lucu sedang memegang cokelat di tangannya, dan seorang anak laki-laki dengan bola basket yang dia pegang. Ditatapnya sangat lekat foto yang dia pegang, ada hal yang tidak mampu untuk diungkapkan dengan kata.

Sejak Bagas mengiriminya sebuah pesan singkat, memunculkan perasaan gelisah di hati Billi. Dia tahu, ini semua termasuk pilihannya sendiri untuk melepas Clara seutuhnya.

Billi mengambil sebuah buku yang terlihat sudah usang dimakan waktu. Buku itu sudah hampir berada pada bagian akhir, hanya tersisa beberapa lembar saja. Billi lantas menuliskan sesuatu di dalam buku itu.

Memandang langit malam, dari dalam rumah pohon adalah kebiasaan Billi dua tahun belakangan ini. Sambil memeluk kakinya yang dia jadikan satu, Billi terus menengadah ke atas. Langit tanpa bintang, sepertinya malam ini hujan akan turun.

***

Angin malam ini terasa lebih dingin, mungkin memang benar akan turun hujan. Dengan begitu susah payah, Billi turun dari rumah pohon kembali ke rumahnya.

"AW!!" Billi kembali meringis kesakitan saat tanpa sengaja mengenai tangan kanannya.

Penyangga tangan yang dipakai Billi membuat dia memilih untuk tidak memakai hoodie seperti biasanya. Bulu kuduknya sampai berdiri ketika angin mulai menyapu tubuhnya.

Langkah kakinya tidak mantap seperti biasa. Kalau bunda tahu Billi keluar sampai malam hari padahal tubuhnya sedang demam, pastinya cowok itu akan kena marah.

Sialnya, seolah menjadi pelengkap kegundahan hati Billi hari ini, sudah dekat dengan rumahnya Billi melihat Clara yang baru saja turun dari mobil Dean.

Billi lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya dengan topi yang dia pakai. Namun, Clara sudah terlanjur tahu persis sosok Billi. Percuma saja cowok itu menyembunyikan wajahnya.

Dari depan gerbang rumahnya, Clara berpamitan dengan Dean, tapi matanya tidak bisa berhenti melihat ke arah Billi yang sangat memperlambat jalannya.

"Gue tunggu jawabannya besok," ucap Dean.

"Iya. Sekali lagi, terima kasih banyak, Dean." Dua tangan Clara sudah penuh dengan bunga dan hadiah pemberian Dean. Cowok itu sungguh baik, bahkan Clara sendiri tidak pernah menyangka mendapatkan perlakuan sangat hangat dari sosok yang paling ditakuti di sekolahnya.

"Ya udah, masuk sana. Tidur yang nyenyak, cantik," ujar Dean seraya memainkan lembut pucuk kepala Clara.

Dean sudah berlalu pergi, tapi entah apa yang dia tunggu, Clara belum juga masuk ke dalam rumah sekalipun pintu gerbang sudah sejak tadi dia pegang.

Aku tidak pernah benar-benar yakin, akan baik-baik saja tanpamu. Satu hal yang aku tahu pasti, aku mencintaimu, Clara. Tapi pada akhirnya, kita akan selalu menemukan kehilangan. Ucap Billi, saat Clara akhirnya masuk ke dalam halaman rumahnya.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang