66. PUTUS
Ingatlah, sekuat apapun dunia menjatuhkan dan menyakitimu, kamu tidak pernah sendirian. Aku akan selalu ada di tempatku. Kapanpun kamu membutuhkanku, kembalilah.
-Billi
Pemandangan paling indah langsung bisa mereka lihat begitu Amanda dan Robert membuka pintu ruangan VVIP rumah sakit.
"Sayang, kenapa gak tidur?" tanya Amanda, pasalnya Clara yang baru beberapa jam yang lalu dioperasi, kini sudah membaca buku pelajaran.
"Gak apa-apa, Mom. Besok kan Clara harus ujian di sini," balas Clara.
Kenyataannya Clara memang harus menjalani ujian di rumah sakit, tentu dengan pengawasan wali kelas mereka yang akan datang besok pagi. Sebenarnya Clara bisa saja menjalani ujian susulan minggu depan, tapi Clara lebih memilih untuk menyelesaikannya minggu ini. Dan syukurlah sekolah juga menyetujuinya. Walaupun Robert dan Amanda berat hati, tapi selama Clara nyaman, mereka akan mendukungnya.
"Sweety, kamu udah buang angin kan? Kata dokter kamu harus buang angin dulu," goda Robert. Dasar, bukan Robert namanya kalau tidak menggoda puterinya sendiri.
"Ih, apaan sih Daddy. Mulai lagi nih?"
Robert dan Amanda tersenyum getir melihat Clara yang cemberut. Apakah benar anak mereka adalah orang yang mereka bicarakan kemarin malam dengan Dokter Agus? Rasanya sangat sulit mempercayai gadis seceriah Clara bisa menyembunyikan hal seperti itu dibalik senyum dan tawanya.
"Clara, ada yang mau Mommy dan Daddy bicarakan," ungkap Amanda hati-hati.
Clara menarik napas panjang, tidak kaget lagi. Ia sudah menduga datangnya saat-saat seperti ini. Ketika Clara mengungkapkannya kepada Dokter Agus kemarin, Clara menyiapkan diri untuk hal ini. Bisa menyembunyikan semuanya selama bertahun-tahun saja adalah hal yang tidak pernah ia sangka. Sudah saatnya Clara menghadapi kenyataan ini, ketika orang-orang di sekitarnya mengetahui kondisi dan apa yang dia rasakan selama ini.
"Clara...," panggil Amanda, sudah ada sesuatu yang bening di manik matanya. "Mommy dan Daddy min-minta ma-af." Air matanya tidak bisa lagi tertahan dan langsung jatuh membasahi tangan Clara.
Clara yang mendengar permintaan maaf Mommy-nya pun ikut menangis tanpa bisa dicegah.
Amanda menarik tangan kiri Clara lalu mengusap lembut bekas sayatan di tangan Clara. Clara segera menariknya kembali, namun Amanda langsung mengambilnya lagi dan memberikan kecupan hangat di sana. Hingga Clara makin tidak bisa membendung air matanya.
"Mommy minta maaf tidak bisa menjaga kamu dengan baik. Maafin Mommy yang mungkin kurang perhatian sama kamu. Pasti Clara capek banget yah selama ini? Tolong maafin Mommy, sayang. Mommy gak bisa—"
Clara langsung memeluk Amanda begitu erat, tidak peduli dengan bekas operasi yang pastinya masih terasa sangat sakit. Teringat kondisi Clara, Amanda segera melepas pelukan itu.
Amanda pun mengedarkan pandangannya ke seluruh tubuh Clara yang memang sudah semakin kurus, kelopak matanya bahkan sampai bergetar. "Clara, sayang, kalau kamu mau diet Mommy bisa bawah kamu ke dokter gizi. Mommy akan lakuin apa aja, asal kamu tetap sehat. Mommy gak sanggup lihat kamu kayak gini—"
Robert pun memegang tangan Amanda. Isterinya ini semakin histeris, menangis sejadinya. Padahal ia sendiri yang mengatakan agar terlihat kuat di depan Clara. Namun, Robert mengerti apa yang Amanda rasakan, sesakit itu juga dirinya saat ini.
Clara kini terdiam dalam tangisnya. Wajahnya tertunduk lemas. Clara tertampar dengan kenyataan bahwa apa yang dia lakukan selama ini pada akhirnya telah melukai hati orangtuanya. Clara yang selalu berusaha terlihat kuat, menyembunyikan penderitaannya, tidak ingin melihat orangtuanya menangis karena dirinya. Nyatanya, justru sebaliknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/177038662-288-k783774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...