Selamat membaca jangan lupa vote dan komen ❤
♡♡♡
45. PINGKY DAN BIRU
Tapi tidak ada yang pernah benar-benar tahu kedalaman hati manusia bukan? Seringkali apa yang terlihat oleh mata hanyalah kepalsuan.
Ponsel Clara terus bergetar, tapi dia abaikan. Entah sudah berapa kali ponselnya bergetar, entah siapa yang menelepon dan mengirim pesan, Clara tidak peduli, dia hanya ingin sendirian sekarang.
Setelah berhasil mengobati luka dan membalut tangannya secara diam-diam di ruang UKS yang kebetulan kosong, mungkin yang berjaga sedang istirahat makan. Clara seorang diri berteman dengan barang-barang yang tidak terpakai di gudang sekolah, nampaknya ini ruangan bekas kelas, tempat yang berhasil dia temukan untuk bersembunyi.
Clara takut gelap, dia tidak suka tempat ini, namun kakinya masih terlalu lemah untuk berdiri. Bumi tempatnya berpijak seolah tidak lagi aman untuknya. Ke manapun Clara pergi bahkan rumah sekalipun tidak lagi memberikannya rasa aman. Perasaan yang bertahun-tahun dia tahan, sembunyikan dan coba lawan. Karena semua yang terjadi sudah terlanjur membekas dalam dirinya, tidak bisa ditinggalkan di suatu tempat. Sehingga ke mana dia pergi semua kenangan pahit dan masa lalu bahkan hal menyedihkan akan selalu ikut bersamanya.
Mungkin itu juga sebabnya kenapa ada beberapa orang yang memilih mengakhiri hidup mereka, karena sekuat apapun mencoba, melawan, rasa sakit itu akan tetap mereka rasakan. Termasuk Clara, pikiran tentang mengakhiri hidup pernah terlintas dalam benaknya dan pernah dia lakukan.
***
Bel pertanda jam pelajaran selanjutnya telah berdenting, dengan terpaksa Clara harus berdiri menguatkan dirinya lagi. Kalau bukan karena hari ini ada pre test penting, Clara bisa saja pulang. Tapi itu hanya akan menambah masalah baru lagi dan Clara sudah lelah.
Clara terus berjalan tanpa peduli dengan sekitarnya, mata yang memandang, bisik-bisik orang yang membicarakan dirinya, pikiran Clara sedang kosong. Saat Clara hampir mencapai ambang pintu masuk kelas, tangannya ditarik oleh seseorang membuat langkah Clara terhenti.
"Kamu dari mana? Aku telepon gak diangkat."
Detik berikutnya mata Billi terbelalak menyadari tangan yang dia pegang sedang diperban, ditambah wajah lusuh Clara.
"Clara, kamu kenapa? Ini kenapa diperban?" tanya Billi khawatir.
"Maaf Bil, Clara gak sengaja jatoh waktu mau ke halaman belakang. Jadi Clara istirahat di UKS. Clara ketiduran, gak tahu kalo Billi telepon." Clara tersenyum hangat menatap Billi, jelas senyum kepalsuan yang sedang dia perlihatkan. Dan kebohongan yang sedang dia ceritakan.
"Serius? Kamu gak bohong?" Billi masih tidak percaya dengan jawaban Clara.
Clara mengangguk, masih dengan senyuman di wajahnya. "Iya, Bil. Masuk yuk, Ibu Ratna sebentar lagi datang."
"Gak mau ijin pulang aja?"
"Cuman luka kecil kok, Bil. Clara yang kelebihan kasih perbannya."
Clara melangkah pergi tapi tangannya kembali ditahan. Billi menatap Clara dengan penuh kekhawatiran kemudian berkata, "Masih ingat kan? Kalau ada apa-apa, aku yang harus lebih dulu tahu."
"Iya, Bil."
Billi bernapas legah, sejak tadi dia sangat khawatir karena setelah pamit ke toilet, Clara tidak kembali di kantin. Billi telah mencari Clara ke mana-mana, dibantu Nayla tapi tidak mereka temukan keberadaan Clara. Sedangkan Bagas, cowok itu tidak ikut mencari dengan alasan ciloknya lebih penting daripada si cewek absurd.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Подростковая литература[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...