61. PERSIAPAN
Keluarga bukan hanya tentang ikatan darah. Tetapi keluarga adalah mereka yang selalu bersamamu, bukan hanya untuk membagi setiap luka, tetapi juga tempatmu membalut luka. Keluarga ada bukan hanya di dalam rumah. Pekalah terhadap sekelilingmu, yang mungkin kau abaikan, padahal selalu menyambutmu sehangat keluarga.
Linda mengusap jejak air mata Thalia, tanpa bertanya apapun tentang alasan Thalia menangis. Seperti halnya Billi, putranya. Sosok kuat, cuek dan tangguh namun penyayang, dapat Linda lihat dari bola mata anak cantik ini.
"Besok itu ulang tahun Billi. Dia pasti lupa ulang tahunnya sendiri. Bunda malah heran, ulang tahun Clara mana bisa dia lupa. Tapi ulang tahun sendiri bisa-bisanya selalu dilupain," lontar Linda terang-terangan.
Clara tersipu, rona merah yang mulai pudar di wajah Clara kini kembali muncul lagi. Untunglah Clara sayang bunda, kalau itu adalah daddynya, pasti bibir Clara sudah maju beberapa senti sekarang.
Thalia langsung terkekeh, yang tadinya menangis sekarang menertawakan Clara. Dia tidak bisa lagi menahan tawanya. Clara sangat mudah malu kalau tentang percintaannya. Maklum saja, hal seperti ini sangat baru baginya. Apalagi kenyataan bahwa pacar pertamanya adalah sahabat sendiri, Clara sungguh tidak menyangka.
Linda mengajak mereka bertiga ke dapur, bersiap untuk memasak sambil menunggu bahan-bahan yang lain.
"Billi di sekolah gimana orangnya?" tanya Linda tiba-tiba.
Astaga, pertanyaan macam apa itu? Haruskah mereka jujur? Tapi bagaimana nanti kalau hal itu menyinggung hati bunda? Sungguh dilema seorang teman kelas.
"Billi pintar kok, bunda," jawab Nayla.
"Kalau itu bunda juga tahu, bunda malah bosan tiap dia lihatin raport kok selalu juara satu." Linda menggelengkan kepala usai kalimatnya, raut wajahnya sangat serius membuat Nayla membelalak.
Thalia bahkan tersedak salivanya sendiri. Sifat bundanya Billi ini mengingatkan Thalia terhadap cowok gila yang narsisnya kebangetan.
Namun ada benarnya juga, tidak mungkin orangtua Billi tidak tahu betapa pintar anak mereka.
"Jangan bilang yang baik-baiknya. Buruknya Billi apa?"
Thalia dan Nayla selalu dibuat takjub oleh sifat Linda yang sangat berbeda jauh dengan sifat Billi, anak kandung dari wanita di samping mereka.
"Tante ... eh, maksudnya bunda serius?" Thalia masih terlalu canggung memanggil wanita lain dengan sebutan bunda.
"Emang bunda kelihatan sedang bercanda?" tantang Linda.
Thalia pun langsung menyeringai jahil dan segera dia lepas bungkusan gula pasir yang diminta Linda untuk ditakar, kemudian Thalia makin mendekat kepada Linda.
Clara mengerutkan dahi, mulai curiga dengan tingkah Thalia.
"Bunda beneran mau dengar yang buruk-buruk tentang Billi?"
Tanpa basa-basi lagi, tentu Linda langsung mengangguk bahkan membiarkan alat-alat untuk membuat kue begitu saja.
Sementara Nayla si diam-diam menghanyutkan karena sangat suka menguping, ikut melepas cetakan cupcake dan mulai mendekat ke sumber gibah.
"Ih, Lia, Billi itu anak baik-baik. Mana ada Billi bikin hal yang buruk-buruk," protes Clara mencegah kalimat yang baru saja akan keluar dari mulut Thalia.
Mereka bertigah langsung terkekeh, padahal Clara selalu malu kalau membahas tentang Billi, tapi gilirian pacarnya akan dijelek-jelekan, dia mulai turun tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECOME BEAUTY (END)
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Ini bukan hanya tentang cerita kisah cinta klasik antara sahabat. Tapi ini adalah kisah persahabatan, kekeluargaan dan Self Love. Pernah menjadi korban pembulian, membuat Clara si gadis periang dan pembawa kebahagiaan d...