28. SEBUAH KEBENARAN.

1.3K 183 12
                                    

Aku tidak suka hujan, tapi aku tidak mampu membencinya. Karena bagimu hujan adalah teman baik. Bagaimana mungkin aku bisa membenci teman baikmu?

♡♡♡

Clara segera berlari ketika hujan perlahan turun. Tanpa mempedulikan Amanda yang memergokinya pulang dalam keadaan basah, Clara dengan cepat berlalu ke kamarnya.

Teman baik Clara bernama hujan, datang di saat yang tepat. Tidak ada lagi yang mampu dia lakukan selain menangis. Berselimutkan kain berwarna pink, Clara duduk di teras kamarnya, mengeluarkan semua hal yang tak mampu dia ungkapkan dengan kata.

Sementara di seberang sana, tepat di depan Clara, ada seorang cowok yang tanpa dia ketahui menatapnya begitu lekat dari balik jendela yang sengaja dia buka lebar.

Beberapa saat setelah Clara keluar, Billi terbangun, namun dia pikir bunda sempat datang dan membawakannya bubur dan juga mengompresnya tanpa sadar.

Billi menatap Clara tanpa mengetahui kalau di seberang sana, cewek itu sedang menangis sejadinya.

"Clara, kamu tahu apa yang selalu membuat aku rindu akan dirimu? HUJAN ... tapi lucunya, aku yang selalu membenci hujan namun aku selalu tersenyum juga karenanya. Dan itu membuatku sangat kesal. Kamu tahu kenapa? Karena tanpa sadar, aku selalu menunggu datangnya hujan. Kedatangannya selalu berhasil membuat aku merasa sedang bersamamu, menemanimu saat sedang menangis, seperti biasanya. Dan aku benci karena tahu itu semua hanyala imajinasiku saja. Kamu tahu kan aku paling benci fiksi? Perasaan semu yang kita tahu hanyalah pengandaian."

"Beribu purnama telah aku lewati tanpa kehadiranmu. Beribu malam tanpa bintang, juga telah aku habiskan tanpa melihatmu. Dan beribu tangisan tanpa hadirmu, telah luruh membasahi duniaku. Maafin Clara, Bil..."

Keduanya terus mengungkapkan isi hati masing-masing, seakan sedang saling berdialog. Hanya hujanlah pendengarnya, kalau saja hujan ini bisa menyampaikan perasaan mereka masing-masing. Tapi itulah tujuan mereka bermonolog dengan hujan. Hanya mengucap tanpa perlu didengar.

Dengan pandangan lurus, Clara menatap sendu kamar Billi. Softlens yang telah dia buka, membuat Clara tidak bisa mengetahui bahwa jendela kamar cowok itu terbuka, dan sang pemilik sedang menatap lekat dirinya.

***

Clara sungguh kehilangan semangatnya. Dia terus menangis semalaman, entah seperti apa bentukannya sekarang, dia sungguh tidak peduli lagi.

"Ra, lo kenapa lagi? Lo gak suka dikasih banyak hadiah?" tanya Nayla khawatir melihat wajah Clara yang terus ditekuknya lurus.

Clara menggeleng, "Gak kok Nay, bukan gitu. Clara suka, mereka baik," ucapnya tulus.

Loker dan meja belajar Clara memang sudah penuh dengan banyaknya hadiah dari para murid cowok dan dari beberapa adik kelas cewek yang begitu mengaguminya. Walaupun para murid cowok itu dengan hati-hati memberikan hadiahnya. Jangan sampai, pacar Clara tahu atau melihat wajah mereka. Bisa-bisa mereka akan berakhir babak belur. Ya, semua orang di Permata High School mengira bahwa Clara dan Dean sudah berpacaran.

Namun, bukan itu yang mengganggu pikirannya sejak tadi. Hari ini Clara harus memberikan jawabannya kepada Dean, sesuai janjinya.

Sabrina tiba-tiba datang menghalangi Dean yang hampir mencapai ambang pintu kelas XI Binsus, merangkul cowok itu dengan mesrah. Pemandangan tersebut disaksikan oleh banyak murid yang sedang menikmati jam istirahat mereka, termasuk Clara dari dalam kelasnya.

"Apaan sih pegang-pegang," ketus Dean, segera melepaskan rangkulan tangan Sabrina secara kasar.

"Kalian dengerin gue." Dean berbalik menatap Sabrina sang ketua baru The Beauty dan kawan-kawannya. "Mulai sekarang, The Wild sama The Beauty jalan masing-masing. Selama ini gue mau gabung karena Thalia. Jadi sekarang gak ada lagi alasan buat The Wild gabung sama kalian!" Dean segera berlalu setelah selesai mengucapkan kalimat pedasnya.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang