32. AISHOKA VS FATSSY

1.2K 199 9
                                    

Hai....

Bagi yang suka cerita ini, tolong dukung aku yah. Gampang kok tinggal vote dan komen aja hehe, vote aja juga gpp kok 😉

Selamat membacaa yahhhh

♡♡♡

32. AISHOKA VS FATSSY

Kamu harus bertahan, agar aku bisa mengucap 'aku mencintaimu' seribu kali sehari.

Pagi hari yang Clara tunggu pun tiba. Sejak semalam, Clara bersikeras untuk pulang melihat rumah pohon yang Billi buat khusus untuknya. Setelah drama memohon kepada bunda di rumah sakit, Clara harus kembali memohon kepada Amanda yang tidak mengizinkan Clara untuk keluar kamar. Apalagi Linda telah memberitahukan bahwa Clara pingsan dan diinfus tadi malam.

Tapi, Amanda dengan terpaksa membiarkan Clara keluar, dia mengerti perasaan putrinya. Dengan memakai jaket rajut pink dan topi pink, Clara mengemudikan sepeda yang sudah lama tidak dia pakai, menyusuri jalanan perumahan hingga tiba di sebuah taman kecil perumahan itu.

Kini Clara tidak lagi mengayu pedal sepedanya, berganti dengan mendorong pelan sepeda itu sampai di bagian belakang taman, tempat rumah pohon berada.

"Selamat pagi, Non," sapa seorang bapak menyadarkan Clara dari kekagumannya.

"Iya, selamat pagi, Pak," balas Clara dengan sudut bibir yang terangkat.

"Temannya nak Billi ya?"

"Iya, Pak. Bapak kenal Billi?"

"Ya kenal dong, non. Masa sama anak pemilik perumahan ini bapak gak kenal."

Benar juga, tapi sejak kapan Billi suka bergaul hingga bapak ini pun seperti kenal dekat dengannya. Pikir Clara.

"Bapak kenal dekat sama Billi?" tanya Clara berhati-hati, walaupun setelahnya ada sedikit penyesalan karena bertanya hal seperti itu.

"Nak Billi itu sudah dua tahun ini jadi teman ngobrol bapak. Nak Billi kan hampir setiap hari datang ke sini. Kadang pas bapak lagi nyapu pagi nak Billi datang, kadang juga sore, bisa juga malam," ungkap bapak itu sontak membuat Clara terbelalak, kaget. "Bapak diminta nak Billi untuk jaga taman dan rumah pohon itu, sama ya paling bersih-bersih kompleks sedikit," lanjutnya, bahkan Clara tidak tahu lagi harus merespon apa.

Clara hanya memberikan anggukan di setiap akhir kalimat bapak itu. "Bapak sudah tahu kondisi Billi sekarang?" tanya Clara dengan suara yang sedikit bergetar, air mata seolah akan keluar setiap kali membicarakan kondisi Billi.

"Iya sudah non, bapak sudah dengar. Bapak selalu mendoakan nak Billi, nak Billi anak yang baik, bapak yakin pasti nak Billi sembuh."

Clara turut mengaminkan setiap doa yang baik itu. Clara pun berharap demikian.

"Makasih ya, pak."

"Kata nak Billi, bapak harus jaga rumah pohon ini, sampai pemilik yang sebenarnya datang," ucapnya. "Pasti non, kan pemilik yang nak Billi maksud?"

Kembali lagi menetes air matanya, namun dengan segera Clara menghilangkan jejak air mata itu. "Panggil Clara aja pak," ucapnya sungkan. "Gak tahu pak, Billi gak pernah bilang ke Clara kalau ada rumah pohon," lanjut Clara. Memang benar Billi tidak pernah memberitahukan fakta ini sejak dia pulang.

"Benar kan kata bapak, ini katanya buat perempuan cantik bernama Clara. Mata nak Clara sama persis seperti yang selalu diceritakan nak Billi. Katanya mata perempuan yang dia sukai itu sangat indah, makanya bapak harus mastiin taman dan rumah pohon ini indah." Penuh kekaguman dan ketulusan di sorot mata bapak yang belum Clara tanyakan siapa namanya.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang