68. SABRINA

995 116 7
                                    

68. SABRINA

Kita tidak akan pernah tahu seberapa besar dampak dari setiap kalimat yang kita ucapkan untuk orang lain. Kalau tidak suka, tahanlah itu dalam hatimu, jangan karena kebebasan berpendapat lantas membuat kita menjadi seenaknya dalam bertutur kata.

Brak...

"KALO JALAN PAKE MATA!!" kelakar Sabrina dan segera berdiri dari posisinya yang sempat terkulai, karena tabrakan kecil dengan seseorang.

"Ma-maaf, Kak," ujar siswi perempuan yang sepertinya adalah anak kelas 10.

"Maaf, maaf!! Cepetan pungutin barang-barang gue!" perintah Sabrina, padahal kejadian tabrakan itu adalah kesalahannya sendiri. Cewek itu sedang mencari sesuatu di dalam tasnya sambil terus berjalan, alhasil dia menabrak adik kelasnya dan dia juga yang pada akhirnya jatuh.

"Stop!"

Tubuh adik kelas itu terhenti ketika hendak berjongkok.

"Lo kapan sadarnya sih?" ketus Lauren, teman kelas Clara yang paling tomboy di antara seluruh siswi kelas 11 Binsus. "Cepetan minta maaf!"

Sabrina memutar matanya. "Maksud lo apa?!"

"Minta maaf sama adek ini!"

"Ngapain gue yang minta maaf!"

Lauren lantas berkacak pinggang sambil berdecak heran. "Lo bener-bener psikopat kali yah?"

Mendengar itu emosi Sabrina langsung mencapai puncaknya, dia mengangkat tangan kanannya hendak menampar Lauren, namun tindakannya terhenti. Tatapan cewek di depannya sama sekali tidak merasakan takut. Sedangkan mereka sudah menjadi pusat perhatian, karena peristiwa itu terjadi dekat lapangan sekolah.

"Gila kasar banget!"

"Padahal dia yang salah!"

"Dia kan yang katanya bikin si anak baru itu masuk rumah sakit?"

"Bukan cuman masuk rumah sakit lagi, tapi katanya si anak baru itu sampe depresi gara-gara dia."

"Udah heboh itu mah di twitter, kasus pembulian yang dilakukan seorang siswi bernama SPS anak dari calon gubernur HS. Siapa lagi kalo bukan Sabrina Pramusita Sanjaya, anaknya Herman Sanjaya!"

"Tau sendiri kan, jejak dunia maya itu sulit banget dihilangin. Mau bokapnya nyewa hacker buat hapus-hapusin juga, gak bakal ilang dah!"

Sabrina langsung menatap tajam ke arah kumpulan orang-orang yang tengah sibuk membicarakan dirinya. Seolah lupa dengan kejadian tadi, cewek itu lantas mengambil tasnya dan menghampiri kumpulan itu.

"Jangan bisanya ngomongin orang dari belakang!" bentak Sabrina.

"Menurut lo ini ngomongin dari belakang?" tantang salah satu di antara mereka.

"Lo bisanya sama adek kelas doang sih. Bisanya nindas orang lain! Gue aja kakak kelas lo biasa aja!" timpal yang lainnya.

"Nikmatin aja deh saat-saat terakhir lo di sekolah ini! Udah bawah aib buat sekolah, gak ada tobat-tobatnya juga ternyata!!!"

Tatapan-tatapan meremehkan itu, sangat menyakitkan bagi Sabrina. Setelah tersebarnya berita tentang apa yang terjadi di toilet, tidak jarang ia melihat tatapan kebencian dari teman-teman sekolahnya. Ditambah lagi berita sakitnya Clara, rasa kagum dan segan yang biasanya dia dapat kini tidak ada lagi.

Pertahanan yang selalu Sabrina buat memang sudah lama runtuh. Bahkan mereka yang katanya sahabat telah meninggalkan Sabrina seorang diri. Geng Beauty benar-benar bubar tanpa tersisa. Hari-hari yang ia lewati sangatlah sepi dan kosong.

BECOME BEAUTY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang