Suasana hati Jungkook benar-benar buruk. Ia hanya memasang wajah kesalnya sepulang dari berbelanja, membuat beberapa werewolf yang dilewatinya mengerutkan dahi. Sungguh tak biasanya Jungkook memasang wajah masam alih-alih wajah cerianya.
Jungkook terus melangkah tanpa menyapa. Ia sungguh membuat seisi pack merasa sedih. Jungkook memang selalu menjadi pewarna di mansion itu.
"Kau sedang kesal? ada apa?" Taehyung berdiri tepat di hadapannya, membuat Jungkook yang masih dikungkung rasa amarah langsung mendorongnya. Taehyung terpental begitu saja ke arah pilar yang berada tak jauh dari sana.
"Dia sedang kesal." Mindlink itu membuat Taehyung memegangi dadanya. Ia merasa jika tenaga Jungkook terlalu besar hingga membuatnya merasa sesak napas sekarang. "Kau percaya soal yang ku katakan sebelumnya 'kan?"
"Aku rasa Jungkook memang berbeda." Taehyung terus menatap pintu kamar Jungkook yang kini sudah tertutup rapat.
"Apa yang terjadi?" tanya Jeongsu, membuat Taehyung menggeleng. Ia lalu menatap pintu kamar Jungkook, berjalan untuk kemudian mengetuknya. "Jungkook-ah, kau baik-baik saja?"
Prang!
Jeongsu memejamkan matanya kala mendengar suara benda berbahan kaca itu pecah. Ia yakin jika Jungkook sedang benar-benar kesal sekarang. Ia hanya berharap jika wolf yang ada dalam diri Jungkook tak menguasai tubuhnya atau mungkin akibatnya akan sangat fatal. Terlebih karena Jungkook baru bersatu dengan wolfnya. Ia hanya takut nyawa Jungkook juga ikut terancam.
"Kookie, ayo buka pintunya. Ayah ingin bicara padamu." Jeongsu memang tak yakin jika cara ini bisa membuat Jungkook membuka pintunya. Tapi setidaknya ia perlu menyadarkan Caspian agar ia tak semakin menggila di dalam sana. "Kookie, kau suka kelinci 'kan? ayah sudah mencarikannya untukmu. Kelinci putih persis seperti yang kau mau."
"Dia bukan anak kecil lagi." Aldric--wolf dalam diri Jeongsu--mulai geram dengan Jungkook. "Seharusnya dia sudah tiada. Dia bisa membuat permusuhan antara bangsa vampire dan werewolf semakin menjadi."
"Seberapa benci pun kau padanya, dia tetap putraku."
Myung baru saja tiba. Ia mencoba menghirup udara dalam-dalam sebab mengejar Jungkook sama saja dengan membunuh dirinya sendiri. Padahal ia sudah menaiki mobil tadi. Hanya saja mobilnya tiba-tiba mati di tengah jalan dan mau tak mau ia harus berlari menuju mansion Dark Shadow pack.
"Dia hampir menerkam pria yang bersama mate-nya." Myung bertumpu pada dinding sambil mengatur napasnya. "Aku rasa pria itu vampire."
Jeongsu membelalak. Ia terpaksa harus mendobrak pintu kamar Jungkook. Ia merasa jika Caspian akan benar-benar menguasai tubuhnya dan hal terburuknya adalah bisa saja Jungkook nekad menghabisi vampire itu.
"Caspian bukan serigala biasa." Mindlink itu hanya membuat Jeongsu semakin panik saja. Tanpa diberitahupun aura mansion terasa sangat berbeda.
Yieun menyeringai saat mengingat wajah marah dari Jungkook. Ia selalu berpikir jika seandainya Tzuyu merupakan mate dari salah satu werewolf, maka werewolf itu dipastikan bukanlah werewolf biasa, melainkan kalangan elit yang pastinya memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat dibanding werewolf biasa. Tapi aroma Jungkook malah menunjukan yang sebaliknya. Bukan aroma werewolf pack yang berasal dari pack terkuat.
"Kau sedang bahagia?" tanya Yunhee, membuat Yieun yang tadi tengah fokus berpikir kini menoleh.
"Sepertinya kau memang sedang bahagia. Kau menemukan cara untuk mendapat darah Tzuyu?" Yunhee melipat kedua tangannya, berdiri di samping Yieun sambil melihat hamparan pohon di bawah sana. Ia lalu menoleh, menatap Yieun kemudian menyipitkan matanya. "Jangan bilang jika kau jatuh cinta padanya."
Yieun berdecih. "Tentu saja tidak. Aku hanya menginginkan darahnya saja."
"Syukurlah, itu artinya Areum tak perlu merasa cemburu lagi."
Bukan lagi rahasia soal perasaan Areum pada Yieun. Mereka semua sudah tahu. Hanya saja Yieun tak ingin menikah ataupun berkencan dengan Areum sebab ia sudah menganggap Areum seperti adiknya sendiri.
"Selama beberapa tahun kau masih tetap saja menolaknya?"
"Tujuanku adalah mendapat darah itu. Lagipula aku tak ingin menikah karena itu akan--"
"Membunuh Areum secara perlahan? lagipula darah manusia masih mengalir di tubuhmu, jadi sepertinya itu tak masalah."
*
*
*Matahari malu-malu menampakan dirinya, menyapa penghuni bumi untuk kembali melanjutkan aktivitasnya.
Namun Jungkook sepertinya masih belum mau membuka matanya. Suhu tubuhnya benar-benar panas tapi tubuhnya terus menggigil. Dokter yang biasanya menangani pack itu mengatakan jika itu adalah hal wajar sebab Jungkook masih belajar mengendalikan Caspian namun hal itu sepertinya justru membuat energi Jungkook dan Caspian bertabrakan.
Jeongsu berdiri di balkon, memperhatikan keadaan sekitar mansion. Dari sana ia memang jauh lebih mudah untuk melakukan pemantauan.
Sohyun membungkukan tubuhnya, membuat Jeongsu dengan cepat berbalik. "Apa ada yang ingin kau laporkan?"
"Red Moon pack mengajukan peminjaman warriors."
"Untuk saat ini jangan dulu terima permintaan seperti itu. Kekacauan kemarin sudah membuat beberapa warriors kelas A terbunuh. Untuk saat ini kita perlu melatih mereka lagi untuk menggantikan warriors kelas A yang terbunuh."
Sohyun membungkuk sebagai tanda mengerti. Ia lantas berlalu meninggalkan sang Alpha yang masih berdiri di sana dengan perasaan yang terus berkecamuk soal Jungkook. Ia masih khawatir soal putra bungsunya itu.
"Moon Goddes, apa Jungkook melakukan banyak kesalahan di kehidupan sebelumnya? ia terlalu banyak mendapat beban saat ini."
"Astaga! aku terlambat!" Tzuyu melempar selimutnya, berlari menuju kamar mandi untuk kemudian bersiap. Ia lupa jika ia mendapat kelas pagi dan mata kuliah pertamanya akan mengadakan ujian. Ia tak mungkin jika harus tertinggal ujian itu.
Tzuyu bersiap secepat yang ia bisa. Ia harus tiba di kampus sebelum jam 9 atau ia tak akan bisa ikut ujian itu.
"Tzuyu, sarapan du--"
"Aku akan sarapan di kampus, aku sudah terlambat." Tzuyu dengan susah payah memakai sepatu sneakersnya. Ya, apapun yang dilakukan dengan terburu-buru memang tak akan pernah bagus. "Aku berangkat."
Tzuyu mempercepat langkahnya, berharap bus yang biasa membawanya menuju kampus. Biasanya jam 08.45 bus itu sudah melaju.
Tzuyu menghentikan langkahnya. Ia kemudian memegangi perutnya yang tiba-tiba saja sakit. Namun ia tak bisa jika harus menyerah begitu saja.
"Tzuyu-ya, kau pasti bisa." Tzuyu mulai berlari, melewati jalan menurun menuju halte bus.
Matanya membelalak mendapati bus itu sudah lebih dulu melaju. Ia lalu menatap jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Ck, aku bisa sangat terlambat."
Tzuyu tak menyerah begitu saja. Ia memutuskan untuk tetap berlari menuju kampusnya. Ia tahu itu akan memakan banyak waktu. Tapi setidaknya ia perlu berusaha agar datang ke kampus lebih awal.
Tzuyu, kau pasti bisa. Tzuyu mengangguk meskipun pandangannya kini mulai kabur. Ah ia sungguh benci jika hal ini harus terjadi padanya.
Langkahnya terhenti saat seseorang berdiri tepat di hadapannya.
"Sunbae?"
"Mau pergi bersamaku? mobilku sudah diperbaiki."
TBC🖤
18 Sep 2020
Ini harusnya kmaren diup, tpi karena gk ada kuota akunya habis😭 mianhae....
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind
WerewolfTzuyu, gadis yang tak pernah membayangkan sama sekali akan terjebak diantara 2 makhluk mitos yang selama ini hanya bisa dia lihat dari buku-buku fiksi. Hingga pada akhirnya keselamatannya sungguh terancam sebab darahnya bisa memberikan keabadian pad...