"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tzuyu merasa jika tatapan Jungkook pagi ini benar-benar aneh. Ia merasa jika pria Yoon itu menyembunyikan sesuatu.
"Tidak ada," ujar Jungkook diiringi dengan senyumannya. Ia tak mungkin mengatakan pada Tzuyu jika dirinya sedang dalam bahaya. Meskipun hal itu belum pasti sebab bisa saja Yieun salah.
"Aku pikir ada apa. Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Memangnya aku tak boleh menatap calon istriku?" Jungkook menopang dagunya kemudian menaik-turunkan alisnya guna menggoda Tzuyu. Benar saja, gadis Jo itu mulai salah tingkah karena ucapan Jungkook.
"Aku gemas karena aku masih belum menandainya. Tandai sebelum dia ditandai orang lain."
Aku ingin melakukannya. Tapi Tzuyu terlalu muda. Aku pasti akan menandainya nanti.
Jungkook akui setiap kali ia berada di sekitar Tzuyu, ia benar-benar tak bisa lagi mengontrol dirinya sendiri. Tapi sebisa mungkin ia mengendalikan dirinya agar tak secepat itu menandai Tzuyu. Apalagi perkenalan mereka berdua baru terjadi dalam hitungan bulan.
"Jungkook, bagaimana kabarmu hari ini?" Minji duduk di bagian meja dari kursi yang Jungkook duduki. Bahkan hal ini membuat Caspian berontak ingin menyingkirkan gadis yang bisa-bisanya mengganggu suasana romantis Tzuyu dan Jungkook.
"Bisakah kau berhenti melakukan hal ini? Aku tak menyukainya," kesal Jungkook, membuat Minji akhirnya turun. Ia lantas menarik kursinya untuk duduk di dekat Jungkook. "Aku sudah bilang jangan mendekatiku 'kan?"
"Daripada mendekati Tzuyu, lebih baik kau bersamaku. Kau akan tertular ketidak beruntungannya dalam segala hal," jelas Minji yang tentu saja membuat Hana hampir melemparnya pulpen yang ada di tangannya andai Tzuyu tak menahannya.
"Tapi aku merasa beruntung karena bersama dengannya. Jadi berhenti menggangguku, mengerti?" Jungkook memilih beranjak dari duduknya. Tak lupa ia juga menarik tangan Tzuyu untuk ikut dengannya, membuat Tzuyu hanya menurut untuk ikut dengan Jungkook daripada ia berada dalam masalah.
"Kau mau pergi ke mana? Setelah ini masih ada kelas," ujar Tzuyu, membuat Jungkook menghentikan langkahnya. Ia kemudian berbalik, membuat Tzuyu sedikit bersiap andaikan Jungkook akan marah.
Dugaannya ternyata salah. Jungkook justru tersenyum, membuat Tzuyu hanya mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha mencari jawaban dari tatapan Jungkook. Tapi semua itu sia-sia saja karena ia sama sekali tak bisa membaca Jungkook hanya dari matanya saja.
Jungkook mendekatkan wajahnya, membuat Tzuyu secara perlahan menjauh. Ia hanya tak mau hal sebelumnya terjadi lagi.
Ah tidak, kenangan malam itu mulai masuk ke pikirannya lagi! Padahal Tzuyu sudah susah payah untuk melupakannya. Kali ini ia sadar jika manusia tak punya kemampuan untuk melupakan apa yang sudah dialami ataupun dilihat.
Jungkook menyeringai kemudian terkekeh melihat reaksi Tzuyu tadi. Ia kemudian mengacak rambut Tzuyu sebelum akhirnya kembali menggenggam tangan Tzuyu untuk ikut dengannya. "Yang ku tahu, kelasnya akan dimulai satu jam lagi. Jadi kita masih punya waktu untuk ke perpustakaan."
"Sejak kapan kau suka perpustakaan?"
"Sejak bersama denganmu. Aku ingin baca buku soal werewolf seperti yang biasanya kau baca," ujar Jungkook yang tentunya membuat Tzuyu merasa sangat senang. Padahal biasanya orang-orang akan mengatakan jika ia terlalu berhalusinasi karena membaca hal-hal tak masuk akal seperti itu.
"Sejak kapan werewolf membaca soal werewolf yang merupakan hasil karangan manusia? Jungkook, kau gila?" protes Caspian yang hanya membuat Jungkook tersenyum. Ia memang gila. Terlebih karena bersama Tzuyu. Ia pasti akan melakukan apapun yang akan membuat Tzuyu senang. Termasuk hingga orang-orang menganggapnya memang gila.
Langkah mereka berdua selaras secara tak sadar. Kaki mereka seolah menemukan cara untuk saling kompak tiap langkahnya.
Mereka memang pasangan yang sangat serasi.
Jungkook memilih untuk mengekori Tzuyu sebab ia sama sekali tak tahu di mana ia harus menemukan buku itu. Hingga akhirnya Tzuyu berhenti, membuat Jungkook mulai mencari buku tersebut menggunakan matanya.
"Kenapa berhenti di sini?"
"Nilaimu cukup buruk. Bagaimana jika belajar bersama saja? Dengan begini nilaimu akan lebih bagus."
Jungkook meringis setelah mendengar pernyataan Tzuyu. Hatinya merasa tercubit sebab ia memang tak berniat belajar saat datang ke sana. Ia hanya ingin menjaga Tzuyu sebelum akhirnya ia benar-benar menjadikan Tzuyu sebagai mate-nya.
Jungkook menerima satu persatu buku tebal yang Tzuyu berikan padanya. Buku-buku yang sungguh membuat Jungkook merasa mual hanya dengan melihatnya. Tapi demi Tzuyu, ia sungguh akan mempelajarinya.
"Rasakan itu. Niatmu memang sudah salah sejak awal," ledek Caspian, membuat Jungkook mulai mengumpat. Bahkan hal ini sampai membuat Tzuyu menatapnya.
"Kau mengatakan sesuatu?"
"Ah, tidak. Aku hanya sedang menghapal tadi," jawab Jungkook diiringi dengan kekehan palsunya.
"Kau sedang melihat apa?" Taehyung sedikit terkejut saat Areum tiba-tiba saja berdiri di sampingnya.
"Aku hanya sedang mengawasi latihan para warrior kelas C."
Areum mengangguk setelah mendengar jawaban dari Taehyung. "Apa kau tidak ikut berlatih?"
Taehyung tertawa setelah mendengar pertanyaan polos dari Areum. Ia memang sering berlatih. Hanya saja jadwalnya berbeda dengan para warrior. Taehyung akan berlatih bersama Jungkook, Ayahnya, ataupun Sohyun.
"Aku calon beta. Jadi jadwal latihanku berbeda."
"Beta? Bukankah kau putra sulung?" tanya Areum, membuat Taehyung meng-iyakan hal itu. Ia memang putra sulung. Tapi ia akui jika kekuatan yang Jungkook miliki berada di atasnya.
"Kekuatanku masih kalah. Adikku lebih kuat dariku."
"Ah, itu terdengar tidak adil. Seharusnya kau yang jadi alpha, bukan Adikmu." Areum memang terdengar memprotes hal itu. Namun jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa terlampau senang. Pasalnya, ia merasa punya jalan untuk memecah belah pack yang digadang-gadang sebagai pack terkuat di dunia immortal.
"Tapi Adikku sungguh lebih kuat dariku. Dia memang terlihat seperti anak-anak. Tapi saat dia mulai bersikap sedikit dewasa dan aku merasa tak masalah jika Jungkook yang menjadi alpha."
Areum menggerutu dalam hatinya. Ia benar-benar yakin jika tali persaudaraan antara Taehyung dan Jungkook tak bisa dirusak dengan mudah. Ikatan itu seolah sangat kuat sehingga ia perlu memutar otak agar bisa membuat kakak-beradik itu bertikai atau bahkan saling membenci.
"Kau sangat beruntung karena sebentar lagi hari penobatan itu akan dilaksanakan. Biasanya memang saat full wolf moon. Tapi kali ini dipercepat."
Bagus. Artinya aku bisa lebih cepat membalaskan dendam Ibuku. Areum sedang membayangkan akan sekacau apa hari penobatan itu. Bahkan rencananya itu seolah tersusun begitu saja tanpa ia minta, membuatnya optimis jika ia bisa membunuh Jeongsu.
"Ah, aku sangat bahagia mendengarnya."
"Taehyung, ingat kata Jungkook. Kau harus terus berhati-hati. Meskipun dia terlihat biasa saja, percaya pada orang baru bukanlah hal yang bagus." Taehyung tersenyum setelah mendengar nasehat dari Dominic. Ia sebenarnya hanya sedang memancing Areum. Jika Areum punya niat buruk, ia yakin Areum pasti akan tersenyum sambil melamun. Tapi kali ini sepertinya umpan itu sama sekali tak berpengaruh.
Dominic, aku pasti akan memancing werewolf ini. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah menanyakannya pada Jungkook. Dia bisa membaca pikiran 'kan?
TBC🖤
16 Oct 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind
Hombres LoboTzuyu, gadis yang tak pernah membayangkan sama sekali akan terjebak diantara 2 makhluk mitos yang selama ini hanya bisa dia lihat dari buku-buku fiksi. Hingga pada akhirnya keselamatannya sungguh terancam sebab darahnya bisa memberikan keabadian pad...