"Jadi kau lahir tahun 1997?" tanya Tzuyu tak percaya, membuat Jungkook hanya mengangguk. "Aku pikir kita seumur. Jika seperti ini, aku seharusnya memanggilmu Oppa."
"Aniyo, itu malah terdengar aneh. Apa lebih baik panggil sayang saja?"
Tzuyu terkekeh mendengar permintaan Jungkook itu. "Mana mungkin aku memanggilmu dengan sebutan itu."
"Buktinya kau menerima cokelatnya. Itu berarti kau juga menerima cintaku, bukan?"
Tzuyu menggeleng. Ia tak mengerti kenapa Jungkook begitu bersikeras agar mereka berdua bisa berkencan. "Jung-- maksudku, Oppa, aku masih ingin fokus menyelesaikan pendidikanku."
Jungkook mencebikan bibirnya kemudian berdiri di hadapan Tzuyu. "Lalu bagaimana jika aku mencintaimu?"
"Itu sama sekali tak masalah," ujar Tzuyu sambil menangkup wajah Jungkook. "Tapi untuk saat ini, aku tidak mau berkencan."
"Kalau begitu menikah saja," celetuk Jungkook, membuat Tzuyu sampai menyentil bibirnya. "Tzuyu, sakit."
"Mulutmu itu benar-benar menyebalkan."
Tzuyu sebenarnya kagum pada cara Jungkook yang perlahan membuat dirinya nyaman. Padahal setelah kejadian malam itu, Tzuyu benar-benar illfeel pada Jungkook yang bisa dengan berani merebut ciuman pertamanya. Tapi seiring berjalannya waktu, Tzuyu justru merasa sangat nyaman berada di sekitar Jungkook. Apalagi saat Jungkook memeluknya.
"Oppa, bagaimana jika untuk saat ini kita berteman saja? Aku benar-benar ingin fokus pada pendidikanku agar aku bisa lulus dengan cepat." Tzuyu meraih tangan Jungkook kemudian tersenyum. "Bagaimana dengan berjuang bersama? Bukankah dengan begitu kita juga bisa lulus bersama?"
Caspian benar-benar meleleh mendengar ucapan Tzuyu. Bahkan menurutnya, Tzuyu jauh lebih romantis dibanding Jungkook yang benar-benar seperti anak kecil.
Tzuyu sedikit berjinjit untuk selanjutnya mencium bibir Jungkook. Ini kali pertamanya mencium seorang pria. Ia berharap jika ia tak melakukan kesalahan.
"Aku tidak melihatnya, Kookie."
Jungkook menahan Tzuyu saat gadis itu mulai melepaskan ciumannya. Ia merasa jika ia tak boleh melepaskan kesempatan ini begitu saja. Bahkan keduanya sampai menutup mata untuk menikmati sensasi lumatan lembut yang mereka berdua rasakan.
Tzuyu membuka mata ketika terdengar sesuatu melesat di dekat telinganya. Ia begitu terkejut saat melihat anak panah yang sudah berada di genggaman tangan Jungkook.
Rasa panas dan juga perih mulai Jungkook rasakan. Namun ia memilih untuk tak peduli. Itu memilih untuk mencari tahu siapa yang sudah membidiknya dengan anak panah.
"Kau baik-baik saja?" Tzuyu mulai terlihat panik. Apalagi saat melihat darah yang terus mengalir di tangan Jungkook.
Tubuh Jungkook ambruk, ia baru ingat jika perak merupakan kelemahan dari seorang werewolf. Ya, mata panah itu sepertinya memang sengaja dibuat dari perak agar Jungkook bisa dilumpuhkan.
Samar-samar ia melihat wanita berjubah yang kemudian berlari setelah ia tatap. Ia yakin jika wanita itu yang telah mencoba untuk melenyapkannya.
"Oppa, jawab aku."
Darah mulai keluar dari mulut Jungkook. Ya, segala apapun yang berwarna perak memang akan membuat seorang werewolf melemah, atau yang paling parah, mereka akan tiada.
"Aku baik-baik saja, Tzuyu."
"Kau berdarah, Kookie. Aku akan menelepon rumah sakit untuk mengirim ambulance." Tzuyu sudah berniat meraih ponselnya. Namun Jungkook dengan segera mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind
Loup-garouTzuyu, gadis yang tak pernah membayangkan sama sekali akan terjebak diantara 2 makhluk mitos yang selama ini hanya bisa dia lihat dari buku-buku fiksi. Hingga pada akhirnya keselamatannya sungguh terancam sebab darahnya bisa memberikan keabadian pad...