Jungkook masih menutup matanya. Dengan suhu tubuhnya yang semakin panas, tentu saja hal ini membuat semuanya khawatir. Wajar saja, Jungkook sudah menjadi orang kesayangan dalam pack tersebut.
"Dia terlalu keras kepala."
Myung hanya menunduk. Ia menyesal karena membiarkan Jungkook pergi begitu saja tanpa pengawasan. Ia tahu kecerobohannya ini sungguh tak bisa dimaafkan. Tapi saat ia berniat mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai watcher, Jeongsu tak mengizinkannya.
Jeongsu memang marah pada Myung, tapi Myung sudah seperti putranya. Itulah kenapa ia tak meminta Myung untuk pergi.
"Aku tahu kau salah. Tapi Jungkook hanya bisa dikendalikan olehmu. Jadi jangan berpikir untuk mengundurkan diri. Kau sudah bersama pack ini semenjak Jungkook baru belajar berjalan."
Jungkook mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia langsung duduk, membuat beberapa orang yang berada di kamarnya terkejut. Namun Jungkook yang menjadi sumber keterkejutan semua orang justru menepuk-nepuk pipinya.
"Aku masih hidup 'kan? Oh, aku bermimpi bertemu dengan Moon Goddess. Aku pikir aku sudah mati," ujar Jungkook dengan wajah yang sungguh terlihat lucu.
"Syukurlah kau baik-baik saja. Apa yang terjadi semalam?"
Jungkook melihat ke arah jendela kemudian membulatkan matanya saat suasana di luar sudah sangat terang. Itu artinya ia sudah terlambat pergi ke kampusnya.
Jungkook menyingkap selimutnya, berniat untuk bersiap. Namun sang Ayah sudah lebih dulu menahannya. "Kau tidak perlu pergi. Myung sudah mengurus segalanya."
"Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Jungkook diiringi dengan cebikan bibirnya.
"Jungkook, tubuhmu sedang melakukan healing. Mana mungkin Ayah membangunkanmu? Sekarang lebih baik katakan kenapa kau semalam terluka dan tak sadarkan diri?"
Jungkook terpaksa menuruti sang Ayah. Ia melipat kakinya, membuat Jeongsu kembali duduk di tepi ranjang.
"Semalam werewolf menyebalkan itu mengejarku. Ukurannya memang tak terlalu besar dari Caspian. Tapi kekuatan mereka luar biasa."
Jeongsu saling tatap dengan Betanya sebelum akhirnya mengangguk. Mereka berdua sepertinya bertukar pikiran melalui mindlink mereka masing-masing. Bahkan Jungkook sampai menyipitkan matanya sambil menatap sang Ayah. Biasanya ia bisa membaca pikiran sang Ayah. Tapi kali ini benar-benar tak bisa.
Bayangan Tzuyu terluka, membuat Jungkook berniat beranjak dari ranjangnya. Namun lagi-lagi aksinya itu dihentikan. "Tzuyu bisa saja berada dalam bahaya."
"Myung, bisa kau awasi Tzuyu?"
Myung membungkukan tubuhnya sebagai pertanda ia siap. Ia kemudian berlalu dari kamar Jungkook untuk menjalankan tugasnya, membuat Jungkook mencebikan bibirnya.
"Kau belum selesai bercerita."
"Tenang saja, aku dan Caspian tetap menang. Aku rasa mereka werewolf liar."
Hari ini Tzuyu terlihat sangat tak bersemangat. Ia terus memasang wajah murung sambil melirik kursi Jungkook yang sedari tadi kosong. Ia jadi menyesal karena membiarkan Jungkook pulang begitu saja. Ia sangat yakin jika sesuatu yang buruk terjadi pada Jungkook.
"Merindukan Jungkook?" tanya Hana sambil menopang dagunya. Ia tersenyum menggoda, membuat Tzuyu memilih untuk memainkan ponselnya. "Jadi kau memang merindukan Jungkook? Padahal baru hari ini dia tak masuk."
Hana memang sangat senang menggoda sahabatnya yang satu itu. Selain karena wajah Tzuyu yang sering bersemu merah saat digoda, Tzuyu juga sering memasang wajah kesalnya yang justru terlihat lucu bagi Hana.
![](https://img.wattpad.com/cover/235859775-288-k988187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind
Loup-garouTzuyu, gadis yang tak pernah membayangkan sama sekali akan terjebak diantara 2 makhluk mitos yang selama ini hanya bisa dia lihat dari buku-buku fiksi. Hingga pada akhirnya keselamatannya sungguh terancam sebab darahnya bisa memberikan keabadian pad...