36

3.2K 383 47
                                    

Hujan deras mengguyur kota jakarta malam itu. Seolah mendukung suasana duka dikediaman Ana. Ana tak berkumpul bersama para kerabat. Ia memilih berdiam diri dikamar.
Ia bangkit dari tempat tidurnya dan berdiri tepat didepan jendela besar yang menghadap balkon.

Dikamarnya Jason sibuk dengan pikirannya sendiri. Memikirkan keluarganya yang entah mengapa mendapat teror seperti ini. Ia masih terus berpikir apakah ada hubungannya dengan surat yang ia terima tempo hari?

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan pintu menyadarkan Jason dari pikirannya. Ia segera bangkit dan membuka pintu.

Bunda

" ada apa bun? " tanya Jason
" nak, tolong ke kamar Ana ya. Dia ga turun dari tadi. Bunda ga enak sama tamu kalo ditinggal " jelas bunda
" iya bun " Jason mengangguk.

Jason menutup pintu kamarnya dan langsung melangkah ke kamar Ana. Ia mengetuk pintunya berkali-kali. Tak ada jawaban. Tak biasanya Ana mengunci pintu kamarnya.
Jason turun mencari sosok ART rumah Ana.

" bi maaf, ada kunci cadangan kamar Alana? " tanya Jason
" ada mas. Tunggu ya saya ambilkan " bibi langsung beranjak.

Tak butuh waktu lama Jason sudah memegang kunci kamar Ana, diketuknya sekali lagi. Tetap tak ada jawaban

" Alana, gue masuk ya " ucap Jason.

Pintu kamar sudah terbuka. Jason mengedarkan pandangannya pada kamar Ana. Kosong.
Jason mengecek kamar mandi, kosong juga.
Perhatian Jason langsung tertuju pada jendela besar yang sedikit terbuka.
Dilihatnya Ana yang sedang duduk memeluk lututnya dipojok balkon.  Tubuhnya sudah basah oleh air hujan.

" astaga, Alana! " Jason langsung menghampiri Ana.

Jason berniat menggendong Ana dan membawanya masuk. Namun Ana meronta dan membuat Jason menahan niatnya untuk membawa Ana.

" nanti lo sakit kalo disini terus " ucap Jason

Ana tak menjawab. Ia hanya menatap Jason. Air matanya terus mengalir , bersatu dengan air hujan yang membasahi mereka berdua.

" Alana.. " panggil Jason lembut.

Saat itu juga Ana memeluk Jason erat. Suara tamgisannya mulai terdengar. Jason membalas pelukan Ana.

" aku takut kak " ucap Ana
" aku harus gimana? "
" setelah ini siapa yang bakal peduli sama aku? "
" apa bunda masih tetap sayang sama aku? "
" kenapa mama papa aku pergi? "

Jason tak menjawab. Saat Ana lengah, Jason langsung menggendongnya dan membawa Ana kembali masuk ke kamarnya.
Diletakkannya Ana diatas sofa. Dengan cepat Jason menutup jendela dan menguncinya.

" tunggu sini jangan kemana-mana " ucap Jason. Ana hanya diam.

Jason meminta bantuan ART untuk mengurus Ana. Setelah itu Jason pergi ke dapur dan membuatkan teh hangat. Tak lupa Jason menyiapkan makan malam.

Jason masuk kekamar Ana dan dilihatnya gadis itu sudah berganti pakaian dan sedang duduk diatas kasurnya.

" makan dulu ya. Lo belum makan dari tadi " ucap Jason.

Ia memberikan gelas teh pada Ana. Ana mengambilnya. Jason mengarahkan sendok yang berisi makanan pada Ana. Ana tak kunjung membuka mulutnya, ia hanya menatap Jason, lalu air matanya kembali turun.

Jason mennyimpan piring diatas nakas dan mengambil gelas ditangan Ana. Didekapnya Ana, Jason mengelus Ana dengan lembut.

"  Alana, ga ada yang perlu dikhawatirkan. Tuhan udah kasih takdir terbaik bagi setiap ciptaanNya. Kita sebagai manusia hanya perlu menjalankan apa yang udah jadi bagian takdir kita dengan ikhlas. Gue ngerti lo sedih, lo ngerasa kehilangan dan takut. Tapi percaya sama gue. Didepan sana ada kebahagiaan yang menanti " Jason mencoba menenangkan Ana

Savior ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang