38

3.3K 391 64
                                    

Ana memutuskan untuk langsung bersih-bersih dan istirahat sesampainya dirumah. Ia bahkan menolak Jason untuk mampir. Ya, ia hanya ingin menikmati waktu dengan menyendiri.
Ana masuk ke dalam kamar mandi, berdiri tepat dibawah shower yang mengeluarkan air hangat.

Jason masuk kedalam rumahnya, sepi. Tak ditemui satupun anggota keluarganya disana.  Ia memilih langsung masuk kamar tanpa mencari orang tuanya terlebih dahulu.
Matanya tertuju pada meja belajarnya. Disana terletak dengan rapi beberapa papperbag berwarna hitam, dibukanya satu persatu papperbag tersebut yang berisikan oleh-oleh dari New York.

" ini dari siapa? " tanya nya.

Jason kembali menyimpan barang-barang tersebut dan bergegas untuk membersihkan dirinya.

Usai melakukan aktivitas bersih-bersih, Jason langsung merebahkan dirinya dikasur. Perjalanan jakarta-semarmg benar-benar membuatnya lelah.

" Nyo, mama masuk ya " pintu kamar terbuka.

" ini dari siapa ma? Buat aku? " tanya Jason
" dari tante Ferinda. Iya buat kamu " jawab mama nya.

Jason terlihat berpikir sejenak.

" tante Ferinda sahabat mama waktu SMA itu lho. Sekarang dia di Indonesia. Karna ada kerja sama bisnis sama papa mu " jelas mamanya
" ga inget aku ma " jawab Jason
" yaudah kalo ga inget " sahut sang mama

Jason hanya menganggukan kepalanya.

" ada yang mau mama omongin sama kamu " ucap sang mama

Jason langsung duduk tegak. Perasaan tegang menghinggapi hatinya. Ia teringat bagaimana reaksi mama saat ia izin ke jakarta tempo hari

" gimana keadaan Alana? " tanya mama
" ya gitu ma, dia sedih banget. Namanya juga abis ditinggal papanya. Apalagi mama nya juga udah ga sama dia " jawab Jason
" kamu pulang ke semarang sama dia? " tanya mama lagi
" iya ma. Tapi ga sama temen-temen serumahnya " jawab Jason
" dia sendiri disini!? " kaget mama
" iya ma " jawab Jason.
" Nyo sekarang kita kerumah Alana, kita jemput dia. Bawa dia tinggal disini sampe temen-temennya dateng ke semarang! " perintah mama nya
" hah? Mau tidur dimana ma? " Jason benar-benar kaget dengan respon sang mama
" sama cici. Udah cepetan Nyo " mama nya keluar dari kamar Jason. Jason sudah pasti mengekor

Jason dan mamanya tiba dirumah Ana. Gerbangnya dikunci. Jason membunyikan klakson berkali-kali dan juga mencoba menghubungi Ana, namun tak ada jawaban.

" panjat pagarnya! " perintah mama
" hah? Tar kalo dibilang maling gimana? " tanya Jason kaget
" ga mungkin lah Nyo. Mana ada maling terang-terangan gini. Cepetan! " suruh mama nya
" ma, serius? " tanya Jason meyakinkan
" iya Nyo. Ini mama jagain kan " jawab mama

Jason memanjat pagar rumah Ana, tak butuh waktu lama baginya untuk masuk kepekarangan rumah Ana.

" ma, pintunya juga dikunci " teriak Jason
" coba cek jendela-jendelanya " ucap mama
" Alana.. ini gue, Jason! " teriak Jason sambil mengetuk pintu rumah Ana.

Jason mengelilingi rumah Ana, dilihatnya jendela dapur rumah Ana yang sedikit terbuka.

" sial! " pekik Jason saat mengetahui jendela tersebut ditralis

" Alana! " teriak Jason

Jason kembali ke bagian depan rumah Ana, meminta mamanya untuk mengambil kunci inggris yang ada di mobilnya.
Setelah membawa kunci inggtis, Jason kembali ke bagian belakang rumah Ana. Dengan kuat ia pukul bagian handle pintu belakang. Pintu berhasil dibuka.

" Alana! " Jason berlari ke arah lantai dua.

Suara gemericik air dari kamar mandi mengalihkan perhatian Jason. Diketuknya pintu berkali-kali namun tak ada jawaban.

" Alana, kalo lo ga jawab, gue bakal masuk! " ancam Jason.

Masih tetap tak ada jawaban.

Dengan berat hati Jason membuka pintu kamat mandi, dilihatnya Ana yang duduk memeluk lutut dibawah shower yang masih menyala. Entah sudah berapa lama gadis itu berada disana, kulitnya pucat dan bibirnya sudah membiru. Ana bahkan tak menggubris kehadiran Jason.

" astaga Alana! " dengan sigap Jason mematikan shower dan menggendong Ana, membawanya kekamar.

" tunggu sebentar " ucap Jason lalu turun kebawah

Setelah mendapatkan kunci rumah dan juga kunci gerbang, Jason berlari keluar dan membukakan gerbang agar mamanya masuk.
Tanpa banyak tanya mama langsung mengikuti langkah Jason.

" Jason, kamu buat teh panas. Biar mama yang urus Alana " perintah sang mama.

Jason langsung menuju dapur. Sepeninggalan Jason, mama nya langsung menghampiri Ana dan memeluknya.

Tangisan Ana pecah saat mama Jason memeluknya. Ia mengeratkan pelukannya.

" tante, kenapa aku gapunya mama kayak Jason? Aku juga mau punya mama yang ga ninggalin aku " ucapnya disela-sela tangis
" shh.. Alana, tenang. Tante sama Jason ada disini. Tenang ya " mama Jason mengelus punggung Ana

Jason tak banyak bicara saat melihat Ana mendekap mamanya. Ia tau pasti bagaimana kesedihan Ana saat ini.

" Alana, ikut tante pulang ya " ajak mama Jason
" Aku mau disini aja tan " tolak Ana
" kamu ikut tante aja selama temen kamu belum ke sini. Biar kamu ga sendirian " bujuk mama Jason

Ana berpikir sebentar.

" udah ayo sama tante aja. Tante ga keberatan kok. Kamu bisa tinggal dirumah tante selama yang kamu mau " ucap mama Jason

Setelah mengemasi barang yang Ana butuhkan, mereka langsung kembali menuju rumah Jason. Ana berpikir mungkin ia akan menemukan ketenangan dirumah itu.

Makan malam keluarga Jason terasa hangat. Semua keluarga berkumpul dimeja makan. Ana merasa kehadirannya diterima.

" Alana, jangan sungkan-sungkan ya. Anggap keluarga sendiri " ucap papa Jason.
" iya om " jawab Ana
" Alana tinggal disini? Ini mah keenakan Jason " celetuk Bryan
" iri, bilang bos " sahut Jason
" jelas iri lah. Orang Bryan pacar aja ga punya haha " ledek Evan
" sembarangan banget itu mulut. Tiba-tiba gue gandeng cewe terkejut bathin lo semua " kesal Bryan
" lah, emang ada yang mau sama lo? " timpal Helen
" jangan sembarangan ci. Gini-gini gue punya waiting list " ucap Bryan bangga
" kalah rumah makan " sahut Evan
" lagian ko, lo juga kan jomblo " ungkap Bryan
" yee.. gue emang jomblo. Tapi gue ga iri sama Jason " sahut Evan
" boong banget! " bantah Jason dan Helen bersamaan.
" heii.. udah makan dulu. Rame aja kalian " akhirnya mama Jason angkat suara
" udah makan. Anak papa cakep semua. Cuma belum ada yang mau aja " ucap papa Jason lalu disambut kekehan anggota keluarga.

Sejujurnya Ana iri dengan kehangatan keluarga Jason. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali bercanda dimeja makan bersama keluarganya. Baik keluarga lama, ataupun keluarga barunya.

Ana sudah berada dikamar Helen. Helen menyambut baik kedatangan Ana, membuat Ana merasa nyaman dan tidak canggung saat hanya berdua dengannya.

" anggap aja kamar sendiri. Kamu bisa pake fasilitas kamar ini sesuka kamu " senyum Helen
" iya ci. Makasih " Ana menganggukan kepalanya
" udah lama kenal Jason? " tanya Helen
" dari awal masuk kuliah sih " jawab Ana

Helen membulatkan mulutnya dan mengangguk.

" ci, dia tu emang gitu ya? Cuek banget sama orang-orang sekitar? " tanya Ana
" hmm.. engga sih. Jason itu orangnya baik, peduli juga. Cuma ya emang dia membatasi dirinya saat bergaul. Apalagi sama lawan jenis " jelas Helen
" kok gitu? Kenapa? " tanya Ana
" karma, dia harus fokus sama pendidikan dia. Dan mama emang ga bolehin dia buat pacaran " jawab Helen
" oh gitu ya. Pantesan " angguk Ana
" kamu. Pacarnya? "Tanya Helen
" bukan " jawab Ana cepat
" berarti salah satu manusia beruntung " ucap Helen.

Akhirnya Ana mengerti, mengapa Jason menjadi pribadi yang berbeda antara di kampus dan saat bersama dirinya. Dan mungkin memang benar. Ana adalah salah satu manusia beruntung yang bisa merasakan kepedulian Jason secara langsung











Halllooooooo.. selamat siang kalian. Jangan lupa makan ya.. semangat menjalani aktivitas hari ini..

Terimakasih kalian yang setia dengan cerita ini. Komen dan vote kalian semangatku ♡♡♡

(( maaf jika terjadi ketypoan dan ketidak jelasan cerita. Enjoy the story and see you ))

Savior ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang