49

3.2K 428 109
                                    

Zara berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Ia bahkan tak memperdukikan Dalvin yang sedari tadi memanggil namanya.
Sesampainya didepan ruang ICU, Zara melihat Jason yang sedang berdiri didepan jendela dan menatap kearah dalam ruangan.

" Kak Jason.. " panggil Zara lirih

Zara memperlambat langkahnya, ia harus menyiapkan hatinya untuk melihat apa yang sedang Jason lihat.

" astaga Ana.. " Zara menyentuh kaca jendela yang menjadi pembatas antara dirinya dan Ana.

Tangisnya tak mampu lagi ia bendung. Ini pertama kali bagi Zara melihat Ana berada dalam kondisi seperti ini. Banyak alat medis yang menempel ditubuh Ana dan tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa.
Dengan cepat Dalvin menangkap tubuh Zara yang akan terjatuh.

" Vin, Ana Vin.. " ucap Zara disela-sela tangisnya
" ssshhh.. tenang Ra. Ana bakal baik-baik aja kok " Dalvin berusaha menenangkan

Jason hanya memperhatikan Zara dan Dalvin. Ia bahkan tak tahu harus berkata apa.
Dalvin menuntun Zara untuk duduk dikursi ruang tunggu. Jason menyusul Zara dan Dalvin, bergabung dengan mereka dan kedua kakaknya.

" gimana ceritanya sampe kayak gini? " tanya Dalvin

Jason menarik napasnya berat. Menceritakan kembali apa yang terjadi bukanlah hal mudah bagi Jason.
Saat Jason menceritakan apa yang terjadi pada dirinya dan Ana, Zara, Dalvin, Helen dan juga Evan mendengarkan dengan baik

" ini semua salah gue.. " ucap Jason
" ini bukan salah lo " sahut Dalvin
" gue.. gue udah beberapa kali diperingati Kenzo buat jauhin Ana. Tapi gue ga gubris itu sama sekali. " jelas Jason
" diperingati? Kapan? " tanya Zara
" dia teror rumah gue.. " jawab Jason
" bentar. Jadi, pelaku teror dirumah kita itu.. kakak tiri Alana? " tanya Evan kaget
" astaga.. jadi yang mecahin kaca jendela rumah itu.. " timpal Helen

Jason mengangguk memberikan jawaban pada kedua kakaknya.

" lo tau sejak kapan? " tanya Evan
" tadi. Sebelum dia nyerang gue dan Alana " jawab Jason
" gue ga nyangka Kenzo bakal senekat ini " ucap Zara

Zara menghela napas sejenak. Menimbang-nimbang haruskah ia memberi tahu masalah keluarga Ana pada Jason. Tapi Jason pantas tahu bukan? Pasalnya sejauh ini Jason selalu ada bersama Ana.

" sebenernya.. sebelum gue balik ke semaramg gue mampir ke rumah Ana buat ambil barang titipan bundanya " ucap Zara

- flashback on -

Dalvin memarkirkan mobilnya dipekarangan rumah Ana. Zara turun dari mobil saat mobil sudah terparkir sempurna.

" aku ikut turun atau tunggu disini? " tanya Dalvin
" turun dong. Sekalian pamit " jawab Zara

Kedatangannya sudah disambut oleh bunda Ana.

" halo bun " sapa Zara
" hei Ra, Vin " senyum bunda
" bunda mau titip apa buat Ana? " tanya Zara
" hm, kalian buru-buru ga? Ada yang bunda mau obrolin " ucap bunda

Dalvin dan Zara saling bertukar pandang lalu mengangguk. Mereka masuk dan duduk di ruang tamu.

" bunda mau ucapin terimakasih buat Zara dan Dalvin yang udah temenin Ana selama di semarang. Bunda juga mau minta maaf kalo Ana mungkin ngerepotin kalian disana. Dan sekali lagi, bunda titip Ana sama kalian ya " ucap bunda
" bunda mau kasih tau Ana tentang ini, tapi bunda ngerasa waktunya belum tepat. Kalian tau kan, Ana bahkan memilih untuk kembali ke semarang lebih awal "
" kemarin, almarhum papa Ana ada buat surat wasiat. Inti dari isi suratnya adalah selama Ana belum bertemu sama mamanya, papanya minta buat Ana menetap lagi di jakarta. Alasannya karna 70% dari aset perusahaan menjadi milik Ana setelah papanya pergi. Papanya mau Ana belajar mengelola perusahaan sambil lanjut kuliah disini. Papanya mau perusahaan langsung diawasi oleh Ana "

Bunda menghela napasnya sebentar.

" bunda.. bunda bahkan ga tau harus gimana buat sampein ini ke Ana. Setelah papanya meninggal Ana berubah menjadi pribadi yang lebih tertutup " ucap bunda
" kalian bisa bantu bunda buat sampein ini ke Ana? Ga usah buru-buru juga ga apa-apa. Kalian pasti tau waktu yang tepat buat bicarain ini sama Ana " bunda menatap Zara dan Dalvin bergantian
" buat masalah itu, kita ga bisa janji bun " sahut Zara
" tapi kita bakal coba buat omongin ini sama Ana " timpal Dalvin
" makasih banyak ya Ra, Vin. Bunda banyak ngerepotin kalian " ucap bunda
" ga apa-apa bun. Selama kita bisa bantu, kita pasti bantu kok " sahut Dalvin

Setelah menyesap teh dan mengobrolkan beberapa hal, Zara dan Dalvin pun pamit. Tak di sangka sosok Kenzo pun hadir saat mereka berpamitan, pria itu tak banyak berkata.

" jagain Ana baik-baik ya " ucap Kenzo dengan senyum tipis

- flashback off -

Zara menceritkan hal tersebut pada Jason. Pria utu tak banyak memberi tanggapan, kesedihannya membuat dirinya enggan memikirkan banyak hal kecuali keselamatan Ana.

" apa jangan-jangan Kenzo kayak gini ke Alana karna dia iri? " tanya Evan

Zara menatap kearh Evan seolah bertanya ' who are you? '

" gue Evan, ini Helen. Kakak Jason " ucap Evan
" kalo iri, dari dulu gue rasa Kenzo emang udah iri sama Ana " sahut Dalvin
" Ana bahkan milih hidup sederhana dengan fasilitas seadanya supaya Kenzo ga iri sama dia. Ana berharap dengan kesederhanaannya itu bisa balikin sikap Kenzo yang dulu " jelas Zara
" bukan cuma masalah harta, Kenzo juga jelasin masalah dia dan ayahnya kan " timpal Helen
" seharusnya sesama ngerasain jadi anak broken home bisa saling rangkul ya " ucap Evan
" apa yang lo ceritain emang bisa dijadiin alasan kenapa Kenzo nyerang Ana dan ga rela kalo Ana bisa bahagia " Jason akhirnya bersuara
" psikopat sih " ucap Helen
" terus sekarang kita harus gimana? Apa kita harus kabarin bundanya? " tanya Zara
" nanti dulu deh. Gue takut kalo Kenzo tau Ana bisa diselamatkan, dia bakal balik lagi buat nyelakain Ana. Biar ini gue yang urus " jawab Jason

Zara dan Dalvin mengangguk setuju. Mereka takkan pernah tahu, hal gila apalagi yang mungkin Kenzo lakukan.
Dering ponsel Helen memecah keheningan dilorong ruang tunggu.

" mama.. " ucap Helen
" kasih tau aja " sahut Jason

Jam sudah menunjukkan pukul 23.55WIB. Mereka semua masih terjaga tanpa adnya rasa kantuk sedikitpun. Sesekali Jason berdiri didepan jendela ruang ICU untuk sekedar melihat Ana yang masih belum sadarkan diri.
Jason mengurungkan niatnya untuk masuk dan menemui Ana. Ada rasa takut yang mengganggu dihatinya. Bagaimana jika Ana takkan mrmaafkannya?

' gue.. gue bener-bener minta maaf. Andai gue ga egois dan jauhin lo, mungkin lo ga akan kayak gini. Tapi jujur, gue ga bisa lepasin lo semudah itu '

Suara langkah kaki yang tergesa-gera dilorong rumah sakit memecah keheningan malam. Mama papa Jason datang dengan masih menggunakan pakaian formalnya. Mereka datang tak hanya berdua, seorang wanita mengikuti langkah mama dan papa Jason dibelakang. Kekhawatiran tampak samgat jelas diwajahnya.

" ada apa ini? " tanya mama Jason

Tak ada yang menjawab. Jason hanya menundukkan kepalanya.

" Ana.. mama.. mama disini sayang.. " ucap wanita itu dan mulai terisak

Pengakuan wanita tersebut sontak membuat Jason, Zara, Dalvin, Evan dan Helen terkejut. Namun tak ada satupun dari mereka yang angkat bicara.

" maafin mama.. " ucap wanita itu

Mama Jason mendekap wanita itu, dan membiarkan wanita itu menangis dalam pelukannya.

' see? Mama lo ada disini. Lo punya alasan buat bertahan. Please Alana, demi mama lo '










Hooollllllaaaaaaaaaa... senangnya bisa cepet next hihi. Hari ini aku libur gaisss.. jadi kumanfaatkan waktuku untuk melamun mencari inspirasi dipojokkan kamar 😂

Terimakasih kepada kalian yang masih setia dengan cerita ini. Komen dan vote kalian semangatku ♡♡♡

(( maaf jika terjadi ketypoan dan ketidakjelasan dalam cerita. Enjoy the story and see you ))

Savior ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang