44. Amnesia?

124 12 0
                                    

"Lo siapa?" Tanya Virzu pada Alea.

Deg

Alea terperanjat saat Virzu bertanya siapa dirinya. Begitu juga keluarga Virzu, Panji dan Cindy yang berada di ruangan itu.

"Izu, jangan becanda deh. Gak lucu, Yang" Ucap Alea.

"Gue gak becanda. Lo siapa?"

"Izu, kamu tau saya siapa?" Tanya Rahma menatap Virzu khawatir.

"Ibu." Jawab Virzu

"Saya siapa? Dan ini siapa?" Tanya Azzam lalu menunjuk Aryo.

"Papa nih kenapa? Malah lupa sama diri sendiri. Dan dia itu Aryo, Adeknya Izu." Jawab Virzu.

"Lo lupa ama gue?" Tanya Panji.

"Lo siapa?" Tanya Virzu mengerutkan dahinya

"Izu, jangan becanda ah. Masa kamu lupa ama aku? Aku itu pacar kamu." Ucap Alea tidak Terima karena Virzu melupakannya.

"Gue beneran gak kenal ama lo." Jawab Virzu

"Kamu mau nge-prank aku kan? Sumpah gak lucu." Ucap Alea.

"Beneran, gue gak bohong."

"Izu.." Panggil Alea sambil menggenggam tangan Virzu. Tapi Virzu malah menarik tangannya.

"Lo siapa?" Tanya Virzu

"Ya udah, gue keluar." Kesal Alea lalu keluar dari ruangan rawat inap Virzu.

"Lha, dia kenapa dah?" Tanya Virzu bingung.

"Bentar, Papa panggil dokter dulu biar periksa kamu." Ucap Azzam lalu keluar dari kamar inap Virzu.

"Saya kejar Alea dulu ya, Tante." Pamit Panji.

Sebelum Panji beranjak, Cindy langsung mencekal lengan Panji. Panji menoleh dan menatap Cindy yang hanya menggelengkan kepalanya tidak mengijinkan Panji pergi.

Hal itu tidak luput dari perhatian Aryo, dia yang mengerti langsung membuka suara.

"Biar gue aja yang kejar Kak Alea." Ucap Aryo.

Tanpa menunggu jawaban, Aryo pergi mengejar Alea bersamaan dengan kedatangan dokter untuk memeriksa keadaan Virzu.

***

Alea pov

Aku duduk di kursi taman rumah sakit. Bisa-bisanya Virzu lupa padaku.

Sebel sih, Kok bisa ya?

"Kak Alea..."

Aku menoleh ke asal suara. Disana sudah ada Aryo, adik Virzu. Dia menghampiriku dan langsung duduk di sebelahku. Aku canggung karena kami yang jarang bertemu apalagi bicara berdua sedekat ini.

"Ar-Aryo." Ucapku gugup

"Maafin Abang Izu ya kalo gak inget ama kakak."

"Iya, santai aja. Sakitnya aja yang jatuh cinta ama gue. Makanya milih gue yang dilupain ama Izu." Aku berusaha tersenyum.

"Gue akan bantuin Kakak biar Abang bisa inget lagi ama Kakak."

"Makasih ya, Dek."

"Dek?"

"I-iya. Lo kan adeknya Izu."

"Hmm. Santuy aja kak. Jangan canggung ama gue."

"Gimana gak canggung? Lha kita jarang ketemu apalagi bicara berdua kayak gini." Ceplosku

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang