25. Oma

165 14 0
                                    

"Bunda...." Panggilku begitu sampai di depan pintu rumah.

"Ini bukan di hutan! Jadi Gak usah teriak-teriak. Berisik." Jawab Oma dengan wajah tak sukanya padaku.

"Maaf Oma. Alea hanya kangen ama Bunda."

"Jadi anak kok begajulan gitu. Sejak awal Oma gak suka ama kamu." Ucap Oma sarkas sambil menunjuk wajahku.

"Mama... Kok gitu ama Alea. Dia kan baru dateng." Ucap Bunda yang baru keluar dan langsung memelukku rindu.

"Terserah. Saya mau tidur jangan berisik." Ucap oma langsung masuk ke kamarnya..

"Jangan diambil hati ucapan Oma, ya Sayang." Ucap Bunda melerai pelukannya dan mengusap kepalaku lembut.

"Setidaknya Oma masih mau dipanggil Oma sama Alea." Jawabku terkekeh.

"Ya dah kamu istirahat dulu. Nenek masih pergi ama Kak Oliv."

"Ya Bun."

Setelah berpamitan dengan Bunda, aku segera menuju ke kamarku. Aku melihat isi kamarku, masih sama seperti saat terakhir aku meninggalkan kamarku. Kulihat foto yang terpampang di meja belajarku.

Foto ayah Fardhan, Bunda Maura, kak Olivia, aku dan si kecil El. Siapapun yang melihat mengira kami keluarga yang bahagia. Ah, Andaikan mereka keluarga kandungku. Sudahlah. Setidaknya aku bahagia dengan mereka. Jangan terlalu terpaku pada masa lalu.

Tapi kadang aku masih ingat kejadian waktu aku masih kelas 3 SMA. Kala itu aku baru tau jika aku bukan anak kandung dari keluarga Fardhana. Dan sejak itu, aku berubah menjadi sosok Alea yang lain. Yang bahkan aku sendiripun tidak mengenalinya. Aku mendekap foto itu dan kubawa menemaniku duduk bergelung dengan selimut.

Flashback on.

Saat itu aku baru pulang sekolah, dari dalam rumah terdengar suara ribut. Sepertinya suara Oma yang marah-marah. Aku mendekat dan mengintip ke ruangan keluarga. Disana ada Bunda dan Oma.

"Sudah Mama bilang, Mama gak setuju kamu ngangkat dia jadi anak. Kamu gak tau barusan orang-orang bilang apa tentang dia?"

"Anak angkat? Siapa yang Oma maksud?" batinku.

"Ma, dia itu anak yang baik. Dia hanya pergi dengan temannya. Anak seumuran dia emang masih suka main dengan teman-temannya." Ucap Bunda.

"Main kata kamu? Tiap hari pulang sore, anak lainnya udah pulang, Maura!! Masih ngapain?pacaran?!"

"Mama..." Lirih Bunda.

"Tanyakan saja nanti pada anak angkatmu itu. Memalukan. Udah untung diangkat anak malah membuat keluarga ini malu. Mau jadi apa Alea itu?" ucap Oma penuh kemarahan.

"Jadi anak angkat yang Oma maksud itu, aku?" ucapku lirih, entah kenapa aku melangkah mendekati Bunda dan Oma.

"Alea... Kamu salah denger nak..." Ucap Bunda mulai berkaca-kaca.

"Oma.. Jawab Alea. Apa benar Alea anak angkat?" tanyaku pada Oma namun Oma hanya diam sambil memalingkan wajahnya.

"Gak bener nak... Kamu anak Bun-."

"Bun... Alea udah gedhe.... Bunda bisa bilang semuanya ama Alea. Alea tau Bunda sayang ama Alea. Please Bun..." ucapku sambil menggenggam tangan Bunda.

Aku melihat Bunda mengangguk pelan. Aku tersenyum miris dan hatiku perih mengetahui bahwa aku bukan anak kandung Bunda yang sangat aku sayangi.

Pantas saja selama ini, Oma tidak suka denganku. Oma selalu membedakan antara aku kak Olivia dan El. Ternyata ini alasannya.

"Makasih Bunda udah bilang semuanya." Ucapku tersenyum tipis.

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang