23. Marahan

85 11 0
                                    

Warning...!!!

Maaf kalo banyak typo.

Dewasa ya... Anak kecil di larang mendekat.

-----------------------------------------------------------------

Panji berjalan mendekatinya, tanpa senyuman. Ingat, tanpa senyum. Oh iya Alea lupa, tangannya masih di pegang Dika.

Segera dia melepaskan tangan dari pegangan Judika. Begitu Panji berada di samping Alea, tangan Panji langsung terulur menarik  pinggangnya. Alea kaget dengan apa yang dilakukan Panji.

"Sayang, ayo pulang." Ucapnya dengan senyum aneh dan tatapan yang sulit diartikan.

"Eh?" Pekik alea.

"Pu-lang." Ulangnya penuh penekanan.

"Kak Panji ya?" Tanya Dika.

"Lo sapa?"

"Kenalin kak. Nama gue Judika. Panggil aja Dika." Dika mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Panji.

"Gue yang dulu suratmya dibacain di panggung." Lanjut Dika

"Ngapain ama dia?" Tanya Panji pada Alea dengan nada dingin

"Maaf Kak, tadi kita gak sengaja tabrakan, trus tangan kak Alea luka. Makanya gue ngobatin lukanya." Ucap Dika. Sedangkan Alea hanya diam. Dia tau jika Panji sedang marah.

"Makasih. Kita pulang dulu." Pamit Panji.

"Iya Kak, Hati-hati."

"Duluan, Dik." Pamit Alea.

Mereka berpisah, sedangkan Panji meskipun sudah di luar gedung, tangannya masih ada di pinggang Alea.

Alea yang merasa agak risih, berusaha melepas tangan Panji. Namun semakin dia mencoba melepasnya, tangan Panji semakin erat.

"Kak.. Malu, ini di kampus."

"Di pegang Dika mau, dipegang pacar nolak."

"Terserah Kakak."

Alea mengalah dan terus saja berjalan menuju kostnya. Kedekatan mereka tak lepas dari pandangan Dwi dan Virzu.

"Makin mesra aja mereka. Anjiiir ati gue sakit ngeliatnya. Cewek yang gue suka jalan ama temen gue sendiri." Batin Dwi saat melihat kedekatan Alea dan Panji di gazebo bengkel prakteknya.

"Alea kayaknya mesra banget ama Kak Panji. Masa gue harus nyerah?" Ucap Virzu saat di depan gedung kuliahnya hendak pulang.

Entah apa yang Virzu pikirkan sehingga dia mengikuti Panji dan Alea ke kost Alea.

Sedangkan Alea dan Panji mereka sudah sampai di kost Alea. Panji langsung duduk di kursi yang ada di teras depan.

"Duduk." Ucapnya dingin.

Tanpa banyak bicara lagi Alea duduk di samping Panji. Saat Alea melihat wajah Panji, Panji terlihat sedang menahan amarah.

"Siapa lagi dia, Al?" tanyanya.

"Kakak marah?" tanya Alea barusaha tetap tenang.

"Ditanyain malah balik nanya. Gue tanya siapa dia? Kemaren Virzu, sekarang Dia, besok siapa lagi? Wira, Vian ato siapa?."

"Anjiiiir Marah beneran nih" Batin Alea.

"Jawab Al. Jangan diam saja!" Suara Panji agak meninggi.

"Aku mau jawab, kalo Kakak udah gak marah."

"Semakin lo gak jawab, gue semakin marah ama lo."

"Percuma Kak aku jelasin kalo Kakak masih marah. Karena apapun yang akan aku jelasin Kakak gak akan percaya." Ucap Alea tenang.

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang