"Oh jadi cuma anak pungut toh? Jangan Sok-sok an deh. Cuma anak pungut aja belagu." ucap Putri.
Saat ini Aku, Putri, Della, Debi dan Marcel berada di gudang belakang sekolah yang terkenal sepi, apalagi saat pulang sekolah seperti ini.
"Salah gue apa sih? Kenapa kalian suka banget nyakitin ati gue?" tanyaku.
"Lo gak salah. Lo malah bikin gue suka ama lo tapi sayangnya, lo selalu jaga jarak ama gue" ucap Marcel
"Eh denger ya, lo gak usah sok kecakepan di depan Febri. Dia itu milik gue. Lagian febri juga gak akan mau ama anak pungut kayak lo. Ahahaha. Secara keluarga febri itu orang terpandang." ucap Putri sambil mendorong bahuku.
"Jangan sok sok an deh. Sadar diri napa?" ucap Debi, temen se genk Putri.
"Ya Allah... Gue tuh ya gak pernah gangguin kalian ya. Dan Marcel, gue gak jaga jarak ama lo tapi gue bersikapa sebagaimana ama temen gue. Dan Kenapa juga kalian jahat ama gue?" tanyaku.
"Sayangnya, Gue cuma mau lo jadi milik gue." ucap Marcel.
"Gue tuh benci ama lo karena dengan PDnya lo bilang pacar Febri. Ngaca! Anak pungut kayak lo gak pantes ama Febri." ucap Putri.
"Gue ama Febri emang-"
Plaaaak
Putri menampar pipi kiriku bersamaan dengan kedatangan Eka. Aku meringis merasakan perih di pipi dan rasa asin mulai kurasakan.
Dan betapa terkejutnya aku saat Kulihat Eka mengekor di belakang Putri. Awalnya aku kira dia menolongku tapi aku salah.
Dan baru ku sadari, jika Eka lah memberi tahu Putri bahwa aku hanya anak angkat Ayah dan Bunda.
"Eka... Lo...." lirihku.
"Kenapa? Kaget?" ucap Eka ketus
"Eh lo kira Eka bakalan nolongin lo? Ahahaha sadar, dia itu saudara sepupu gue. Dan asal lo tau, dari Eka lah gue tau bahwa lo anak pungut." ucap Putri.
"Kenapa? Kenapa Eka, lo lakuin ini ama gue?" tanyaku.
"Karena lo sok polos. Gue tuh suka ama Ega tapi apa? Lo sok kecentilan deket-deket ama dia." ucap Eka.
"Kita cuma sahabat.." belaku.
Tapi percuma, Eka langsung menarik rambutku dan menampar pipi kananku. Aku yang akan membalas perlakuannya, dengan cepat Della dan Debi memegangi kedua tanganku.
"Arrrgh..." Pekikku dalam sekejab aku membuka mataku. Kenangan buruk masa SMA kembali menghantui malamku.
Ya, aku memang anak angkat Ayah dan Bunda. Tapi apakah salah jika aku hanya anak angkat? Tidak bisakah aku bahagia, meskipun anak angkat?
Dan karena pembullyan itu, aku menjaga jarak dengan teman-temanku dan aku sulit untuk percaya pada orang lain. Aku harap semoga saja di kampus ini, teman-temanku tidak mempermasalahkan statusku yang hanya seorang anak angkat.
Keringat dingin membasahi dahiku. Aku segera menyeka peluhku dan ku lihat jam sudah menunjukkan jam 4 pagi.
"Huuff perelngjpaan ospek sudah aku persiapkan semalam. Pagi ini aku hanya perlu bersiap dan sarapan." Batinku
Sebagai anak kost, aku harus belajar mandiri. Ya, aku meminta ijin Bunda untuk kuliah di Jakarta karena aku ingin mandiri dan sekaligus ingin bertemu dengan Mama kandungku. Ponselku berbunyi.
"Kak Alea... Kata Bunda, Udah bangun?" suara si bungsu, Elvina.
"Baru aja bangun. Kenapa Elku sayang? Kangen kakak ya?" tanyaku.
El adalah panggilan sayang kami kepadanya. Kenapa? Karena di rumah aku di panggil Al dan dia merengek minta di panggil El.
"Adek kakak yang cantik imyut bin cute ini suangat kangen ama kakak." jawabnya. Aku tersenyum mendengar suara adikku ini.
"Kak kata Bunda jangan lupa sholat. Trus jangan sampe telat makan. Kakak juga jaga diri, jangan keluar malam, ingat kondisi kesehatan kakak." omelnya.
"Sumpah, lama-lama lo kok jadi cerewet sih dek. Iya kakak inget. Nih bentar lagi mau mandi trus sholat lalu cari makan."
"Ya udah. El mau siap-siap sekolah ya. Ntar takut ketahuan Bunda kalo pake Ponsel bunda. Ahahaha."
Tiit.
Belum sempat menjawab, panggilan sudah terputus. Dan bisa ku ketahui dia menggunakan ponsel bunda tanpa sepengetahuan Bunda.
Dasar Elvina, rutukku
Aku segera mandi dan sholat, lalu keluar kost untuk membeli sarapan. Setelah itu aku bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.
Sedikit info, namaku Aleanor dan biasa di panggil Al atau Alea. Seperti yang aku bilang tadi, Aku anak angkat pasangan Fardhan dan Maura, dan aku mempunyai kakak bernama Oliv dan adik Elvina.
Tadi adalah Elvina. Saat ini Dia baru duduk di bangku SD kelas 1. Sedangkan kakakku masih sibuk mengurus skripsinya. Dia kuliah di Jakarta juga tapi hanya beda kampus denganku sehingga kost kami juga beda.
Saat kelas 3 SMA, aku tau kebenaran tentang siapa aku setelah sekian lama aku merasa ada yang di sembunyikan. Aku curiga dengan sikap Oma, Mama Bunda yang terlihat sangat membenciku.
Aku di perlakukan beda dari Kak Oliv dan Elvina. Mereka sangat di sayang oleh Oma sedangkan aku, hanya untuk mendapat senyuman Oma saja harus lewat mimpi.
Sedih? Sebenarnya sangat lah, tapi inilah aku, aku tetap tersenyum karena aku tidak ingin melihat malaikatku bersedih. Ya Bundaku, malaikat tak bersayapku.
Kembali ke kehidupan kampus, aku berharap tidak mendapat pembullyan lagi.
Semoga.Dikit dulu ya
Semoga suka dengan cerita ini ya...
Jangan lupa vote dan koment,
Kasih saran dan masukannya ya...
Happy reading....
Terima gaji. Wkwkwkwk
Rain
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirimu Dan Dirinya (End)
Teen FictionSequel dari Aleanor (anak yang terabaikan). "Kak Panji janji ya. Jangan sakitin aku. Kalo Kakak nyakitin aku, jangan salahin aku saat aku udah gak respect ama kakak. Bahkan bisa aja aku benci ama kakak." - Aleanor - "Nyaman banget dan cantik. Gue s...