31. Khilaf

216 13 0
                                    

Hay hay....

Maaf nih baru update malam. takut dimarahin ama Mas Al dan Mas Dul kalo gak nonton.

Tapi tenang, Alea udah datang. Yang kemarin udah gak sabar, nih aku kasih biar gak penasaran lagi.

Sabar ya...

Maaf ya kalo banyak typo.

Happy reading.❤❤❤

***

"Hey, apa yang kalian lakukan?" Bentaknya mengagetkan mereka.

Alea langsung membuka matanya. Baik Alea maupun Panji langsung menoleh ke arah asal suara.

"Ki.. Kita belum ngapa-ngapain Pak." Ucap Panji gugup.

"Gak ngapa-ngapain gimana? Ini apa? Celananya aja ampe hampir lepas." Cibir petani teh itu.

"Belum katamu? Kalo gak ada saya pasti kalian udah melakukan hal itu!!" Lanjutnya. Sedangkan Alea hanya diam sambil membenarkan pakaiannya dengan wajah datarnya.

"Kami khilaf pak.. Maaf..." Ucap Panji

"Kalian harus saya bawa ke balai-"

"Pak saya mohon, maafkan kami. Kami janji gak akan ngelakuin lagi asalkan Bapak jangan laporin kami."

"Tapi kalian-"

"Saya hanya menghibur dia karena dia di marahin oleh ibunya dan salah saya yang terbawa nafsu. Saya gak mau kalo dia tambah di marahin ibunya lagi. Saya mohon Pak." Mohon Panji, Alea menunduk sambil memainkan jemarinya karena malu dan takut.

"Apa buktinya?!" tanyanya.

"Bapak bisa ambil ponsel saya, asal kami jangan dilaporkan." Ucap Panji meyakinkan bapak petani teh tersebut.

"Hmmm baiklah." Ucap Bapak petani teh sambil tersenyum licik penuh kemenangan. Dia mengambil ponsel Panji.

"Ya sudah silahkan kalian pergi dari sini sebelum ketahuan warga yang lain." Ucapnya lagi.

"Terimakasih pak." Ucap Panji.

"Ayo Sayang, kita pergi." Ajak Panji pada Alea sambil menarik tangannya

Panji langsung menyuruh Alea mengikuti Panji untuk menaiki motornya. Panji langsung mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Panji terus memasuki gang-gang kecil dan sepi, Alea yang kebingungan membuka suara.

"Kok kita lewat jalan kecil Kak?" Tanyanya pada Panji masih diatas motornya.

"Biar kita tau kalo kita diikuti apa nggak. Syukurlah kita gak diikutin."

"Oh. Kak.. Maaf soal Ponsel..."

"Kakak yang minta maaf, seharusnya kakak gak gituin kamu. Kakak minta? maaf ya Alea. Kakak khilaf."

"Hmm."

"Nanti kalo kakak udah ada ponsel lagi kakak janji akan hubungi kamu. Sekarang balik ke kampus ya. Turnamennya udah mau mulai."

"Kak... Soal yang tadi...." Ucap Alea lirih.

"Maafkan kakak. Gara-gara kebawa nafsu ampe lupa diri. Kakak bener-bener kinta maaf, Alea."

***

Di tempat turnamen, Fikri bingung karena keberadaan Panji belum diketahui sedangkan dia akan menjadi wasit pertandingan. Ditelfon pun tidak ada jawaban.

"Panji kemana?" Tanya Fikri.

"Masih ada urusan bentar katanya." Ucap Dwi mencoba melindungi Panji.

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang