27. Wedding Day's Oliv

123 13 0
                                    

Alea pov.

Pernikahan Kak Oliv dan Kak Hendra akan dilaksanakan jam 10 nanti. Masih ada waktu 1 jam lagi sebelum acara di mulai.

Saat ini aku sedang menemani kak Oliv yang sedang di make up oleh penata rias. Dia terlihat cantik dengan balutan kebaya warna putih gading. Sangat pas dengan kulit kak Oliv yang kuning langsat.

"Kakak cantik..." Ucapku saat kak Oliv selesai di make up.

"Cantik kayak aku.", ucap El tiba-tiba.

"Makasih. Lho kok lo belum ganti baju, Al? Itu si El udah siap aja." kata kak Oliv

"Kalo gue tenang aja kak. Yang penting Kakak yang terlihat Cantik. Kan yang nikah kakak." Ucapku.

Aku? Aku memang sengaja tidak memakai riasan karena aku hanya akan membantu di belakang.

Lagipula Aku tak berniat untuk ke depan, apalagi Oma sudah memperingatkanku untuk tidak mengacaukan pernikahan kak Oliv dengan kehadiranku. Aku tahu diri. Mengingat posisiku di keluarga ini hanyalah anak angkat.

"Kak bentar lagi acara di mulai." Ucapku.

"Gue nervous Alea."

"Berdoa aja semoga lancar, kak." Bersamaan dengan Bunda dan Oma masuk ke kamar kak Oliv yang sudah di sulap menjadi kamar pengantin.

"Oliv... Kamu Cucu oma memang cantik." Ucap Oma. Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya.

"Makasih Oma." Ucap kak Oliv.

"Lho. Al, kok kamu masih pake piyama. Buruan siap-siap. Nanti kamu yang dampingi kak Oliv keluar." Ucap Bunda

"Bunda aja ya. Alea lagi ga enak badan. Mending bantuin yang di belakang. Ini mau ganti baju dulu ke kamar."

"Syukur sadar diri dia." Ucap Oma sinis.

"Oma. Udah. Aku maunya Alea yang dampingi aku keluar. Gak ada penolakan." Ucap kak Oliv telak.

Mau tidak mau aku harus mendampingi dia, permintaan kak Oliv tak pernah bisa ku tolak. Aku segera beranjak ke kamarku dan mengganti baju yang sudah di siapkan oleh Bunda. Kebaya modern warna tosca, senada dengan yang di pakai Bunda dan El tadi.

Tanpa buang waktu, aku ganti bajuku dan memoles wajahku hanya dengan lipgloss dan bedak bayi. Setelah selesai aku kembali ke kamar kak Oliv yang sedang menunggu bersama Bunda dan Oma.

"Sederhana banget Al make upnya. Kamu gak pake lipstik?" Ucap Bunda.

"Kan yang nikah bukan Alea, Bun. Jadi simple aja." Jawabku.

"Kan lo juga bakalan nikah kalo udah waktunya, Al." Timpal kak Oliv.

"Iya, kalo umur Alea bisa sampai ke nikah. Umur gak ada yang bisa nebak." Ucapku asal.

"Ish jangan ngomong gitu, Al. Bunda gak mau kehilangan kalian." Ucap Bunda.

"Sok melow. Mau mati ya mati aja." Ketus Oma.

"Oma jahat. Kemaren nyuruh kak alea pergi, sekarang ngomong gitu. El benci Oma." Ucap El Marah dan cemberut, sambil memelukku.

Mereka semua melihat ke arah Oma dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan.

"El, gak boleh gitu ama Oma. Kemarin kan udah kakak bilang kalo Oma nyuruh kakak pergi buat beli bahan kue." Bohong ku

Tak berapa lama terdengar suara ijab kabul yang lantunkan kak Hendra dari ruang tamu yang sudah di sulap menjadi tempat akad nikah. Aku, Bunda dan El mengiringi kak Oliv menuju ke tempat akad nikah.

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang