10. Jadian

104 10 0
                                    

Alea pov.

Weekend ini aku hanya berdiam diri di kost. Sendirian. Ya, sendiri. Karena teman-teman kostku pulang semua. Entahlah, akhir-akhir ini aku sudah tidak terlalu penakut. Bahkan sering kali aku sendirian di kost.

Setelah selesai beberes kamar, aku memutuskan duduk di beranda depan  kamarku yang langsung menghadap ke kampus dan jalan.

Perhatianku terfokus pada lambaian tangan yang ada di jalan di depanku. Ku perhatikan lagi, oh rupanya Kak Panji.

"Alea.. Turun." Teriaknya.

Aku menganggukkan kepala. Dan aku baru ingat aku hanya memakai baju tank top. Malunya... Dengan segera aku masuk ke kamar mengambil jacket.

Aku segera berlari menghampiri Kak Panji di bawah dan sesampai di depan pintu, aku segera membukanya. Terlihatlah sosoknya berdiri di depan pintu membelakangiku.

"Ada apa Kak?" Tanyaku. Dia langsung berbalik dengan senyumnya yang khas.

"Kangen."

Deg.

Oh tidak jantungku berdetak lebih kencang lagi, hanya karena dengar Kak Panji bilang kangen. Pipiku rasanya memanas.

"Gue emang ngangenin." Ucapku tetap tenang

"Disuruh berdiri aja nih pacarnya?"

"Pacar? Sejak kapan ya Kakak jadi pacar gue?" Ucapku lagi, menyembunyikan rasa gugup ku.

"Duduk deh, Kak." Lanjutku sambil duduk di kursi teras.

Kak Panji duduk di kursi yang memang tersedia di teras depan, khusus jika ada tamu laki-laki.

"Sejak saat ini." Jawabnya saat sudah duduk di sampingku.

"Enak aja." Ucapku tidak Terima.

"Gue gak terima penolakan. Lo ngehindari gue ya?"

"Eh.. Eng.. Enggak kok." Jawabku gugup.

"Kalo nggak ngapain lo jawabnya gugup?" Tanya Kak Panji.

Skakmat.

Tebakan kaka Panji benar. Karena aku memang menghindarinya.

"Kenapa lo hindari gue, Alea?"

"Nggak kok. Perasaan kakak aja." Kilahku. Masik kekeh mengelak.

"Ato Karena gue bilang kalo gue Suka ama lo? Iya?"

Aku hanya menunduk mendengar semua yang dia ucapkan. Sebenernya, ucapannya benar tapi aku terlalu takut untuk jujur.

Aku takut terluka lagi tapi disisi lain aku tidak ingin jauh dari Kak Panji. Aku merasakan Dia membelai pipiku, sontak tubuhku menegang. Dan aku menatapnya.

"Lo kenapa? Takut terluka lagi? Gue bukan mantan lo ya, jadi gue gak akan ngelakuin hal yang sama. Kalo lo gak percaya, ayo kerumah gue. Tanya ama ortu, gue punya tunangan atau nggak."

"Kak? Tau dari mana masa lalu gue?" tanyaku kaget. Dia menggenggam tanganku.

"Dari Riska. Jangan marah ama dia, gue yang paksa dia cerita. Gue pengen lo bahagia."

"Gue bahagia Kak-"

"Tapi bahagia lo kurang lepas." Kak Panji memotong perkataanku.

"Ada yang lo sembunyikan selama ini. Sesuatu yang besar. Tak bisakah kamu berbagi dengan gue? Gue siap jadi sandaran lo. Gue tau selama ini lo suka ngelamun."

"Ngelamunin Kak Ilham." Ucapku cengengesan

"Iya, kalau hanya deket dia. Gue tau lo kagum ama Kak Ilham biar lo bisa ngelupain mantan lo. Iya kan? Tapi kalo lo sendiri, lo ngelamunin hal lain. Bener?" Dia mengusap kepalaku.

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang