18+ ya. Anak kecil harap menjauh
***
Alea pov
"Sayang... Aku pulang."
Suara Mas Izu memanggilku, Dengan cepat aku menyeka Air mataku. Kulihat pantulan wajahku di depan wastafel. Setelah Wajah ku kembali cerah, aku segera menghampiri dia di ruang tamu.
Dia menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memejamkan mata dan memijat pelipisnya. Tangan ku terulur untuk membantu memijat nya.
"Bagaimana hari mu, Mas?" Tanyaku disertai senyuman.
Dia membuka matanya dan menarikku ke pangkuannya. Dia tersenyum lalu menyembunyikan kepalanya di ceruk leherku.
"Sepertinya capekku akan hilang jika kita bercinta." Ucapnya mesum.
"Akhh..." Aku memekik karena tubuhku sudah merasa melayang. Dia menggendong ku ala bridal style menuju ke kamar kami.
Meskipun Mas Izu terlihat begitu capek tapi dia masih terlihat semangat untuk yang satu itu. Aku sampai kewalahan dan akhirnya ambruk.
Dia menyelimuti tubuh polos kami dan langsung memelukku erat. Diciumnya keningku lama sambil berucap.
"Terimakasih telah menerima ku menjadi suamimu sayang. Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke 6 ya sayang." Ucapnya kembali menciumiku yang dia kira tertidur sehabis pergulatan panas kami.
Aku menangis dalam hatiku, bukan karena aku tidak mencintainya. Bukan. Tapi karena aku sangat mencintai pria disampingku ini. Aku hanya merasa belum menjadi istri yang sepenuhnya karena aku belum tanda-tanda hadirnya si kecil.
Di tambah lagi, baru saja aku mendengar kabar dari media sosial Tante Mas Izu, jika Istri Aryo beberapa hari yang lalu melahirkan membuatku semakin down. Aku tau Mas Izu pasti menyembunyikan kabar itu dariku karena tidak ingin aku down. Dia kembali mengusap pipiku yang sudah basah tanpa aku sadari.
"Sayang.. kamu menangis?" Tanyanya menangkap wajahku.
Aku membuka mataku dan menatapnya yang sedikit buram karena terhalang air mataku. Aku menarik nafasku berat.
"Menikahlah lagi, Mas." Ucapku akhirnya meskipun tertahan.
"Omong kosong Apa yang kau bicarakan, Alea?!" Bentaknya. Dia selalu marah jika aku membahasnya.
"Aku belum juga hamil, apalagi usia pernikahan kita sudah memasuki 6 tahun." Ucapku lirih.
"Baiklah, tapi aku tanya satu hal, apakah kamu bersedia aku madu, Aleanor Daisy Fardhana?!" Tanyanya tertahan.
Aku tau jika dia menyebutkan nama lengkapku, pasti sedang marah. Dan aku tidak bisa berbohong jika aku tidak mau di madu tapi aku ingin Mas Izu bisa merasakan memiliki anak, melihat nya pulang kerja lalu lelahnya hilang saat melihat tawa bayi.
"Ceraikan aku." Akhirnya kata itu terucap dengan berlinang air mata.
Kulihat Mas Izu beranjak dan memakai pakaiannya asal. Dia meninggalkanku di kamar. Aku kembali menangis sambil memeluk guling.
"Ya Allah... Aku egois. Tidak ingin dimadu tapi menyuruh suamiku menikah lagi." Isakku.
Aku menutupi tubuhku dengan selimut lalu beranjak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Disana kembali aku menangis di bawah guyuran shower.
Ceklek
Aku menoleh, ekor mataku melihat Mas Izu menyusulku ke kamar mandi. Tangannya terulur memelukku dari belakang dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirimu Dan Dirinya (End)
Teen FictionSequel dari Aleanor (anak yang terabaikan). "Kak Panji janji ya. Jangan sakitin aku. Kalo Kakak nyakitin aku, jangan salahin aku saat aku udah gak respect ama kakak. Bahkan bisa aja aku benci ama kakak." - Aleanor - "Nyaman banget dan cantik. Gue s...