13. Rahasia Alea

134 12 0
                                    

Hay....

Jumpa lagi ama Alea.

Happy reading...

***

Alea pov.

Sejak pertemuanku dengan Mama, aku memutuskan untuk menceritakan rahasiaku pada Kak Panji. Aku akan terima apapun keputusannya.

Bahkan jika harus putus dengan Kak Panji sekalipun. Lebih baik saat ini daripada saat cintaku lebih besar.

Sepulang kuliah, aku memutuskan untuk mencari Kak Panji di gedung kuliahnya. Dengan langkah pasti, Aku sudah mengelilingi gedung tapi dia belum terlihat batang hidungnya.

Saat aku rogoh saku mencari ponselku berniat untuk menghubunginya, kurasakan bahuku di tepuk seseorang. Aku menoleh dan kulihat seseorang yang kucari sedang tersenyum jahil.

"Merindukan aku?" Goda Kak Panji.

"Kak?" Kesalku karena kaget.

"Ada apa?" Tanya Kak Panji sambil merangkulku.

"Kak, ini di kampus. Malu ah." Aku melepas rangkulan kak Panji.

"Hmm iya ya ya. Ada apa sayang?" Tanyanya dengan jahil menaik turunkan alisnya sambil mencolek daguku.

"Aku mau bicara ama kakak, bisa?" Tanyaku serius.

"Penting banget ya?" Tanyanya mengubah wajahnya menjadi serius.

"Kenapa Kak? Kakak ada acara?" Bukannya menjawab, aku malah kembali bertanya.

"Iya sih. Kamu setelah ini ada kuliah lagi ato acara?" Ucapnya balik bertanya.

"Nanti aja deh kalo kakak udah selesai urusannya. Aku sih udah free. Kuliahku udah selesai."

"Ya dah ayo."

Kak Panji langsung menarikku menuju ke parkiran. Sesampai disana, dia langsung mengendari motornya sedangkan Aku duduk di belakangnya.

Kak Panji mengendarai motornya dengan gesit dan 5 menit sudah ada di depan sebuah rumah.

Kulihat dia mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sesuatu. Tak berapa lama Ku lihat seorang pria seusia kak Panji keluar dan membuka gerbang. Wajahnya sedikit kaget saat melihatku.

"Maaf Tam, gue bawa pacar. Gak papa kan?" Tanya Kak Panji.

"Gak papa sih, bro. Tapi maaf nih, kita ngerjain tugasnya di teras ya. Soalnya cewek gak boleh masuk ke dalam kos gue." Jawabnya.

"It's ok. Oh iya kenalin,nih Alea pacar gue." Jawab kak Panji.

"Tama. Temen sekelas Panji." Ucapnya mengulurkan tangan untuk menjabat tanganku.

"Alea, kak." Jawabku sambil menerima uluran tangannya.

"Maaf ya, Dek. Diteras aja, gak apa-apa kan?" Ucapnya padaku sambil mengenalkanku.

"Oh gak masalah kak. Maaf ya, gara-gara aku ikut jadi Kak Panji dan Kakak ngerjain di teras." Jawabku tidak enak.

"Udah santai aja. Lagian enak di teras, gak sumpek." Jawabnya.

Pria yang ku ketahui bernama Tama mempersilahkan kami duduk di kursi yang tersedia di teras.

Sementara Kak Tama masuk, tak berapa lama dia keluar dengan camilan, air dan beberapa buku.

"Kenapa gak nyelesein dulu tugasnya kak?" Tanyaku berbisik.

"Biar gak bolak balik dan kakak pengen deket kamu."

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang