Ina dan Tamara pasrah dengan hasil prakteknya. Lagi pula, Ina sudah terlalu ngantuk untuk memikirkan itu semua.
"Udah kan Tam?" tanya Ina menahan kantuknya.
"Udah, tinggal penilaian. Lo kenapa si? Lemes gitu," ujar Tamara heran.
"Huaaah. Ngantuk," jawab Ina sekenanya.
Tamara hanya menggelengkan kepalanya. Sudah menjadi kebiasaan sahabatnya jika jam-jam waktunya pulang.
"Baiklah. Segera bersiap untuk pulang. Nilai akan saya pajang besok pagi di depan ruangan ini," Ina langsung mendelik. Tidak lagi ngantuk.
Tega bener sampe di pajang. Iya misal nilainya bagus sih seneng. Lah kalo bobrok gimana? Batin Ina kesal.
"Tam, gimana?" tanya Ina.
"Ya seadanya aja. Gak papa yang penting usaha kita sendiri," jawab Tamara menenangkan Ina.
Beberapa saat kemudian, bel pulang pun berbunyi. Semua murid sudah siap untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
"Baik sekian untuk hari ini. Asalamualaikum Wr. Wb." Usai mengatakan itu, Bu Mala langsung keluar dengan wajah lelahnya.
Ina hari ini sudah bisa pulang menggunakan motornya sendiri.
Karena kemarin, kitty sudah selesai di service."Yuk, pulang," ajak Ina semangat.
"Udah kangen banget nih sama kasur," lanjutnya merengek seperti anak kecil.
"Rebahan terus," timpal Regal menghampiri Ina dan Tamara.
"Usil terus," ujar Ina mengikuti gaya bicara Regal.
Tamara menatap keduanya kesal. Lagi dan lagi berdebat, persis seperti tikus dan kucing.
"Udah yuk Tam," Ina menarik tangan Tamara yang sedang membereskan alat tulisnya.
"Iya sabar dikit napah," jawab Tamara lalu bergegas cepat.
Regal melihat Ina dengan tatapan mengajak perang. Tentu saja Ina balas dengan tatapan ngantuk.
"Huahhh, ngantuk banget ini. Ayo dong Tamara," ucap Ina sudah tidak kuat.
"Iya ini udah ah," kesal Tamara lalu berdiri.
"Yakin lo mau nyetir dalam keadaan ngantuk gitu?" tanya Regal menaikkan kedua alisnya.
Tamara menoleh, melihat Ina yang tengah menguap menjadikannya khawatir.
"Iya juga Na. Lo yakin bisa nyetir?" tanya Tamara khawatir.
"Huahg, yakin lah," jawab Ina sembari menutup mulutnya.
Melihat ke sekeliling, rupanya kelas sudah sepi. Hanya tersisa dirinya, Tamara dan biskuit begal.
"Udah yuk," Ina menarik tangan Tamara hingga gadis itu meringis.
Lagi ngantuk aja tarikannya kuat gini. Gimana kalo lagi gak ngantuk coba? Batin Tamara heran.
Regal mengikuti langkah keduanya dengan santai sambil bersiul kecil.
Tamara berbalik, dan bertanya, "Lo kenapa ngikutin terus sih?"
Regal menghentikan siulannya lalu menjawab, "Lo pikir parkiran gue beda sama motor lo?"
Tamara malu. Malu sekali.
"Gak usah pede," lanjut Regal lalu melangkah meninggalkan Ina dan Tamara.
Ina menguap, lagi. Rasanya ingin ia tidur sekarang juga.
"Ayo dong Tam. Gak usah perduliin orang itu," ujar Ina malas.
***
Setelah menempuh perjalanan yang padat, Ina akhirnya sampai di rumahnya.
Dengan malas, Ina mengucapkan salam, "Assalamualaikum, huahh."
Ina terus mengetok pintu rumahnya sendiri, dirasa rumahnya sepi, Ina memegang gagang pintunya. Dan,
Ceklek
Tidak di kunci!
Terus gue gedor-gedor tadi buat apa coba? Batin Ina jengkel.
Menghembuskan nafas, Ina masuk ke dalam rumahnya dengan masih sesekali menguap.
"Laper, tapi ngantuk juga. Jadi gimana?" tanya Ina sendiri.
"Makan sambil tidur aja kali yah? Satu dayung dua pulau terlampau," kekeh Ina.
Duduk di bangku tempat makan, Ina membuka tudung saji yang tersedia.
Kosong.
Tidak ada makanan satu pun.
Dari arah belakang, Ibu melihat Ina melamun melihat tudung saji yang hampa tidak ada makanan.
"Kakak, sudah pulang?" tanya Ibu tersenyum.
"Sudah Bu," jawab Ina mencium tangan Ibunya.
"Kamu lapar? Maaf yah belum ada makanan apapun. Doakan saja semoga jualan Bapak hari ini laris manis," tutur Ibu membuat Ina meringis.
"Iya Bu, gak papa kok. Lagian Ina ngantuk banget. Amin, semoga laris manis yah Bu." Jawab Ina, alibi.
Sebenarnya Ina sangat lapar saat ini, namun karena belum ada makanan apapun, dia memilih pergi ke kamarnya.
"Ina izin ke kamar yah Bu, ngantuk banget," pamitnya sopan yang diangguki oleh Ibu.
Maafkan Ibu sayang, Batin Ibu.
Gibran melihat interaksi Kakaknya dengan Ibu. Merasa sedih, Gibran juga sedang menahan rasa laparnya. Karena sedari pulang sekolah, dia belum makan suatu apapun.
Sedangkan Reyna, gadis itu bahkan belum pulang dari sekolahnya. Ibu merasa sangat sedih melihat tingkah laku anak keduanya, sangat berbeda dengan Ina dan Gibran.
Ina masuk ke kamarnya lalu merebahkan diri dengan mengendus-endus.
Siapa tahu bau makanan.
Terkekeh sendiri dengan monolognya. Gila!
"Laper, tapi ngantuk."
"Ngantuk, tapi laper."
"Sedih rasanya melihat Ibu yang merasa bersalah."
Hai!
Apa kabar hari ini?
Oke, jangan lupa bersyukur.
Tinggalkan jejak kalian, terima kasih-Anya
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...