Bab 6

224 59 4
                                    

Mendengar hukuman yang diberikan Pak Bakhri, membuat Ina tidak bisa berkutik.

Gila, masalah tidak bawa buku sama ketiduran aja segitu banyaknya. Gimana kalau aku maling coba?

"Gak mau kamu?" tanya Pak Bakhri sinis.

"Baik Pak," jawab Ina pasrah.

"Sekarang juga kamu ke lapangan. Oh ya saya butuh orang untuk mengawasi kamu dan menghitung putarannya," tutur Pak Bakhri membuat Regal langsung maju ke depan.

"Saya saja Pak, saya akan mengawasi dia dengan baik sekali," usul Regal percaya diri.

Bisa mati beneran kalo begal yang ngawasin aku. Ahhh Ibu aku jadi pengen tidur.

"Hm, apa kamu bisa dipercaya?" tanya Pak Bakhri meragukan Regal.

"Bisa dong Pak," jawab Regal yakin.

"Masa sih? Tadi aja di kelas kamu gak bisa bedain mana motherboard dan mana power supply." Jelas Pak Bakhri membuat Regal diam.

Apaan tuh? Motherboard? Papan Ibu gitu?

"Yaa, namanya juga baru tahu komponen PC Pak," bela Regal.

"Yang ngawasin saya Tamara saja Pak, jangan Regal." Ucap Ina berusaha agar Regal tidak mengganggunya lagi.

"Jangan dong Pak, saya saya," ujar Regal tidak menyerah.

"Tamara," Ina ngotot.

"Gue,"

"Tamara,"

"Gue,"

"DIAM!" bentak Pak Bakhri akhirnya.

Menatap kesal, Pak Bakhri berkata, "Ya sudah, Regal sana kamu awasi Inasyha,"

Yes!

"Baik Pak," jawab Regal semangat.

"Inasyha, sekarang juga menuju lapangan," perintah Pak Bakhri.

"Iya Pak," jawab Ina lesu.

Keduanya berjalan sedangkan murid lainnya bubar dengan tawa masing-masing.

Sampai di lapangan, Regal menaruh kedua tangannya di pinggang.

Pantes sih. Kan begal.

"Ayo Ina, lari!" teriaknya melihat Ina sudah berlari di putaran pertama.

"Baru pertama aja udah kaya gini, aku kurang lari apa males lari yah?" beo Ina bertanya sendiri.

"Yang penting gak lari dari kenyataan aja deh," lanjutnya.

Regal melihat Ina sangat lambat dalam berlari, kemudian teriak, "Nanas. Lari lo lambat amat, siput menangis melihat ini."

Emang siput bisa nangis?

"Iya iya," jawab Ina.

"Satu," ucap Regal kala Ina sudah berhasil di putaran pertamanya.

Menunggu Ina berlari, membuat Regal ngantuk. Jadilah dia duduk di bawah pohon pinggir lapangan.

Ademnyaa.

"Sambil nungguin si nanas mending tidur aja ya kan? Rebahan nomer one," kekeh Regal.

Tuh kan si begal pasti tidur.

"Gue ada ide nih," Ina merencanakan sesuatu.

Itung-itung balas dendam.

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang