Bab 75

97 35 10
                                    

Warning:End semakin dekat!
Dikarenakan saya masih banyak cerita yang saya singkirkan demi cerita ini maka sekarang tinggal gantian cerita ini yang harus disingkirkan hahahaha.

Ayo, siapkan hati yap


♡♡♡♡

Waktu silih berganti, saat ini bulan sudah berada di posisinya dengan ditemani sang bintang.

Ina dan Tamara duduk diantara keluarga Regal. Keduanya saling diam, bingung harus bagaimana.

Pun dengan Regal dan Satria, sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Satria bingung bagaimana caranya menjelaskan semuanya kepada Tamara.

Sedangkan Regal, cemas. Dia sangat tahu jika berkumpul besar seperti ini maka akan ada informasi yang sangat penting.

Bunda Regal adalah anak tunggal. Sehingga tak heran jika dia sedikit mengatur dalam semua hal di rumahnya. Karena sedari kecil dia terbiasa mandiri.

Sebelum diberikan kenikmatan sebanyak ini, Bunda Regal dan orang tuanya sempat hidup serba kekurangan kemudian merantau ke Jakarta sampai berhasil membeli rumah di tempat lahirnya, Pontianak.

Setelah membeli rumah, Bunda Regal putuskan untuk kembali melanjutkan merantau di Jakarta tetapi kedua orang tuanya menetap di Pontianak.

Oleh sebab itu, tak heran jika Omah dan Opah begitu lancar dalam bahasa Indonesia. Karena beliau pernah belasan tahun hidup di Jakarta.

"Assalamualaikum," salam seseorang sembari mengetuk pintu. Bunda berdiri dan langsung menyambutnya.

Yang Ina lihat, terdapat seorang gadis seumuran dengan dirinya yang datang bersama Ayahnya.

"Silahkan, mari kita makan malam dahulu sebelum memulai semuanya," ujar Bunda.

Regal bisa melihat raut tegang dari Opa dan Omah, begitu juga Papi dan Kak Satria.

Hati Regal semakin tidak karuan, pun dengan Ina. Keduanya seperti memiliki ikatan batin yang sama-sama merasakan tidak enak di waktu yang sama hanya saja keduanya tidak saling mengerti.

Makan malam pun berjalan dengan sangat tidak karuan. Regal mengenali gadis yang berada di depannya.

Itu Sindi, anak dari sahabat Bunda yang telah meninggal.

"Bismillah, Bunda mulai semuanya," kata Bunda semakin membuat Ina dan Regal tidak karuan.

"Sebelumnya untuk Ina dan Tamara, perkenalkan gadis di depan Regal itu adalah Sindi, anak dari sahabat Bunda yang sudah meninggal," tutur Bunda menjelaskan.

Ina tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum cemas.

"Dan Sindi, Ina dan Tamara adalah sahabat dari calon suamimu," lanjut Bunda seketika membuat Ina menatap Regal.

Sebentar, calon suami? Ina tidak salah dengar kan?

"M-maksudnya gimana Bun?" tanya Regal begitu cemas.

Bunda tersenyum lalu menjelaskan, "Jadi sebelum Ibu Sindi meninggal, Bunda udah pernah buat janji sama beliau untuk menjodohkan kamu dengan Sindi."

Regal termenung. Bunda mengapa begitu tega?

"Nggak bisa gitu dong Bun, kan ada Kak Satria. Kenapa Bunda jodohinnya aku? Aku kesini untuk minta restu Bunda dan semuanya tentang aku dan Ina. Regal sukanya Ina Bun, bukan Sindi," jelas Regal cukup membuat semuanya terkejut.

Bunda tidak tahu jika Regal dan Ina saling menyukai.

Satria diam saja, dia tahu kenapa Regal yang dijodohkan karena dia bukan anak kandungnya. Lumayan sakit hati, namun hubungannya dengan Tamara selamat.

"Sayang, Bunda mohon kali ini aja kamu turuti mau Bunda. Bunda udah janji sama almarhumah," tutur Bunda tegas.

"Tapi Bun Regal juga belum kuliah," alibi Regal agar tidak jadi dijodohkan dengan Sindi.

"Menikah dulu baru kuliah. Nanti pertunangan dan pernikahan kalian berdua diadakan di Jakarta," setelah mengatakan itu Bunda hendak pergi.

"Bun Regal mohon Bun. Regal sukanya sama Ina," pinta Regal sujud di kaki Bunda.

Ina sudah berkaca-kaca di tempatnya. Ternyata hatinya benar, inilah yang sedari tadi dia rasakan tidak enak di hati.

Opa dan Oma hanya terdiam, mereka tidak tahu harus bagaimana. Karena di dalam keluarga mereka, janji sangat harus ditepati meskipun ada pihak yang tersakiti.

"Regal bangun," kata Papi tegas.

"Papi, bantu Regal Pi. Regal mohon Pi. Kak Satria, bantu Regal Kak," kata Regal sudah tidak karuan di atas lantai.

Sindi dan Ayahnya pun tidak bisa berbuat apa pun. Mereka justeru diberikan kode Bunda untuk mengikutinya.

"BUNDAAAAA REGAL GAK MAU BUNDAAAA," teriak Regal dengan air matanya.

Baru kali ini Ina melihat Regal menangis. Sebesar itukah cinta Regal untuknya?

"Re, bangun," kata Ina, gadis itu sudah di sebelah Regal.

"Kamu jangan bantah Bunda yah, aku gak mau gara-gara aku kamu jadi anak durhaka," sekuat tenaga Ina menahan air matanya. Dia pun mengubah gaya bicaranya agar terlihat lebih sopan.

"Papi, jangan diam aja dong Pi. Regal gak mau nikah sama orang yang gak Regal cinta Pih," Regal kali ini sujud di kaki Papinya.

Papi Regal masih diam, saat Regal tiba dari Jakarta sebenarnya itu Papi sedang berada di rumahnya Sindi.

Memberitahu jika hari ini Regal telah tiba sekaligus mengundang makan malam untuk membicarakan pernikahan Regal dengan Sindi.

Opa dan Oma pergi, Papi pun ikut pergi setelah melepaskan tangan Regal yang terus memeluk kakinya.

Ina luruh, gadis itu ikut menangis. Tamara memeluknya.

"Kita pulang."

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang