Tamara mendengus kesal melihat Ina yang masih saja mengejar-ngejar Regal dalam aksi tembak menembak.
"Benar-benar masih anak kecil kalian," lirih Tamara lalu kembali ke kursinya.
Sementara Ina, sudah berkeringat lantaran terus berlari.
"Udah ah, cape." Ina menyerah sendiri, lalu angkat tangan.
"Hahahaha kalah sendiri," jawab Regal tertawa.
"Lagian udah siang, banyak yang udah pada datang tuh," tunjuk Ina, benar ada Kevin dan Rendi yang baru berangkat.
Kevin menatap Regal dan Ina bingung. Sedangkan Rendi tidak mau ambil pusing dengan mereka.
"Kalian habis ngapain?" tanya Kevin setelah menaruh tas hitamnya.
"Ina nembak gue," jawab Regal santai tapi tidak untuk Kevin dan Rendi.
"Serius lu?" tanya Rendi menggelengkan kepala.
Regal menganggukkan kepalanya, sedangkan Ina bingung. Melihat itu, Tamara menengahi, "Enggak seperti yang kalian pikirkan, ini mainan tembak-tembakan biasa kok."
Kevin dan Rendi mendapati Regal yang tersenyum kaku.
"Kasihan lu mas bro," ujar Kevin akhirnya.
Regal hanya bisa membuang nafasnya kasar.
Ina yang tidak mau mendengar perkataan mereka, langsung menenggelamkan wajahnya di atas meja.
Ngantuk.
"Ngantuk Tam," ujar Ina, menguap.
"Habis kejar-kejaran aja ngantuk berat gini. Gimana nanti kalau kerja yah," lanjut Ina menatap Tamara masih di posisi menenggelamkan wajahnya.
"Lo itu yah Na, coba deh olahraga. Biar gak ngantukan mulu, heran gue dimana-mana bawaannya lo nguap mulu," tutur Tamara.
Ina hanya bisa tersenyum garing. Ya mau bagaimana lagi, emang ngantuk bisa dicegah? Nggak.
"Tam gue punya masalah, lo bisa bantu gue gak?" kali ini Ina sudah duduk dengan posisi yang benar.
"Selagi gue bisa bakal gue bantu, lo itu sahabat gue." Ina tersenyum mendengar jawaban dari Tamara, setidaknya ia masih memiliki seseorang untuk berbagi keluh kesahnya.
"Gini, Bapak gue kan jualan sepatu sama pakaian di pasar tuh. Nah kiosnya itu nyewa Tam, di waktu-waktu kaya gini sangat jarang orang yang beli sepatu atau pun pakaian."
"Sekalinya ada orang yang beli, dalam sebulan hanya bisa untuk bayar kiosnya. Lah kita nggak dapat apa-apa."
Tamara mendengar dengan seksama cerita sahabatnya, merasa iba.
"Gue bilang sama Ibu, buat ganti aja jualannya. Daripada kayak gini terus, gak ada pemasukan sama sekali."
"Terus Ibu lo gimana?" tanya Tamara setelah diam mendengarkan.
"Ibu bilang, dia udah pernah mengusulkan ini. Tapi jawaban Bapak katanya mau dikemanain sisanya yang masih lumayan banyak itu," jawab Ina lesu.
Regal mendengarkan itu semua dari bangku belakang. Tamara dan Ina tidak menyadari itu, karena Regal tiduran di atas kedua kursi bangku tersebut.
Tujuannya? Untuk menguping semua pembicaraan Ina dan Tamara.
"Gue bisa bantu," ujar Regal tiba-tiba.
Ina terkejut, begitu pun Tamara. Menoleh, Ina bertanya, "Lo nguping?"
Regal tidak menjawab, karena memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...