Bab 24

102 36 2
                                    

Tamara dan Kevin saling memandang. Bingung sekaligus kaget mendengar penuturan Regal.

"Beneran lu?" tanya Tamara memastikan.

Regal mengangguk mantap.

"Tapi gue mohon banget sama kalian, jangan bilang ini sama Ina."

Tapi sayang, Ina sudah mendengar semuanya. Tadi, sebenarnya Ina hendak membuka netranya namun ia urungkan setelah Regal mengatakan bahwa dirinya tidak boleh mengerti tentang itu.

Apa si maksudnya Regal? Kok gue gak boleh tahu.

Ina masih membatin beribu-ribu pertanyaan dalam hatinya. Masih terpejam, Ina putuskan untuk terus pura-pura tidur agar mendengar semuanya.

Ina memang tadi sempat tertidur, namun saat matanya hendak membuka, Regal berkata seperti itu.

"Kok gitu?" tanya Tamara heran.

Regal masih fokus dengan mobilnya. Hari mulai petang, sehingga jalanan mulai ramai.

Kevin hanya diam mendengarkan, baginya ini tidak terlalu penting.

"Ya gak papa, cuman jangan kasih tahu aja," pinta Regal tenang.

Tamara hanya diam, bingung harus berbuat apa. Sebagai sahabat, dia tidak enak hati jika menyembunyikan rahasia kepada sahabatnya.

Sebagai manusia, dia tidak boleh mengingkari janjinya. Lantas apa yang harus Tamara lakukan?

Sedangkan Ina, berharap jika Tamara menjelaskan semuanya. Ina akan sangat kecewa jika Tamara mengikuti perintah Regal. Tapi, Ina juga tidak berhak menyalahkan Tamara.

Emang paling bener gue tidur aja. Huahhh masih ngantuk.

Ina akhirnya memutuskan untuk melanjutkan tidur daripada terus memikirkan masalah ini.

***

Pagi telah tiba, mentari tersenyum ceria menyinari bumi. Seorang gadis dengan wajahnya yang manis masih setia di posisi tidurnya.

"Ina, bangun sayang kamu mau sekolah loh," tutur Ibu lembut mengelus kepala putrinya.

Ina tidak menjawab, hanya mengulat tubuhnya saja.

"Sayang, sudah jam tujuh loh," setelah Ibu mengatakan itu, Ina langsung berlari ke kamar mandinya dengan penampilan berantakan.

Ibu terkekeh, sepertinya rencananya berhasil.

Reyna yang melihat itu, menghampiri Kakaknya yang berdiri linglung di depan pintu kamar mandi.

"Ngapain lo Kak?" tanya Reyna.

Ina menoleh, lalu bertanya, "Kok Reyna gak berangkat sekolah?"

Reyna bingung, kemudian tertawa kencang.

"Astaga Kak, lo linglung? Ini minggu, hahahahaha," Reyna terus tertawa, apalagi melihat penampilan Ina.

Ibu menyusul Ina, lalu berkata, "Maafkan Ibu sayang."

Ina hanya menatap Ibunya lesu. Bagaimana bisa Ibu melakukan ini semua? Ini adalah hari yang dinantikan dirinya untuk terus rebahan sepanjang hari.

"Ibu, ngapain bangunin Ina?" tanya Ina kecewa.

"Gak baik sayang anak perempuan sudah siang masih tidur," papar Ibu tersenyum.

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang