Waktu terus berjalan, hingga tak terasa kini Ina sudah di penghujung kelas 10. Artinya, sebentar lagi dia akan menjadi kakak kelas.
Tidak ada yang berubah. Ina masih bersahabat dengan Tamara, dan Regal, mungkin.
Ina pusing tujuh keliling di saat-saat menuju kenaikan kelas. Akibat sering ngantuk, Ina jadi sering lupa dengan materi yang diberikan.
"Kak, di sekolah lo ada juruzan apa aja?" tanya Reyna, keduanya tengah duduk di depan televisi.
"Ada tujuh kayaknya," jawab Ina sembari mengingat.
"Banyak juga, apa aja tuh?" tanya Reyna semakin penasaran.
Selain sekolahnya yang terbaik, sekolah itu juga memiliki luas yang sangat besar. Kurang lebih lima hektar.
Di dalamnya begitu bersih dan rapi. Yang Ina paling sukai dari sekolahnya adalah minimarketnya. Benar, sekolah Ina memiliki berbagai fasilitas, seperti minimarket.
Hal itulah yang membuat Reyna ingin bersekolah di tempat kakaknya juga.
Ada kak Regal juga, hehehe. Suka deh sama dia. Batin Reyna terkekeh.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Ina heran.
Reyna hanya menggeleng.
"Untuk juruzan si, ada Teknik Komputer dan Jaringan, Otomotif, Arsitektur, Audio Video, Listrik," jelas Ina bingung sendiri.
"Belum ada tujuh tuh," kritik Reyna.
"Gak tahu deh apalagi, lupa." Ina tersenyum malu.
Reyna menepuk dahinya. Benar-benar gila.
"Lo minat di sekolah Kakak?" tanya Ina kemudian.
Reyna mengangguk semangat.
"Kenapa?" tanya Ina lagi.
"Ada kak-" ucapan Reyna terpotong.
Untung gak keceplosan.
"Ada siapa hayo?" curiga Ina menaikkan kedua alisnya.
"Ada Kak Ina lah," jawab Reyna cepat.
"Yakin nih?" goda Ina membuat Reyna malu-malu.
Ina terus menggoda Reyna. Baru kali ini Reyna sedekat itu dengan dirinya, merasa aneh Ina pun berusaha menepis kecurigaannya.
***
Pagi datang menyapa, sinarnya menghangatkan jiwa-jiwa yang lelah dari aktivitasnya.
Ina, masih nyaman dengan tempat tidurnya padahal hari ini hari pertamanya ulangan kenaikan kelas.
"Kak Ina, bangun Kak!" seru Gibran keras.
Ina begitu kaget, langsung terjungkal dari tempat tidurnya.
Mengecek jantung, Ina bernafas lega karena masih berdetak. Gibran menatap Ina aneh, dan bodoh.
"Kak, ngapain?" tanya Gibran membantu Ina berdiri.
"Dek ngapain?" ujar Ina mengikuti ucapan Gibran.
Gibran berusaha keras memahami arti pertanyaan Kakaknya. Namun nihil, Gibran tidak mengerti.
"Maksudnya?" tanya Gibran akhirnya.
Ina menguap, lalu menjawab, "Ngapain bangunin Kakak?"
Gibran mengembuskan nafasnya jengah. Entah apa yang dimiliki Kakaknya ini. Sudah tukang rebahan, mageran, pelupa, bodoh lagi.
Sebentar, kalau bodoh Ina tidak akan mungkin di terima sekolah terbaik itu. Jadi, Ina sebenarnya apa? Ah, Gibran jadi pusing sendiri.
"Kan ini hari pertama ulangan kenaikan kelas Kak," ujar Gibran santai.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Ina masih diam, justru menguap berkali-kali.
Mengabaikan perkataan Gibran, Ina kembali ke kasurnya. Gibran bingung harus bagaimana.
Sekitar beberapa detik kemudian Ina berteriak, "Astagaa!"
Gibran terjungkal kaget mendengar teriakan Ina. Terlambat, kaget Ina sudah terlambat.
"Astaga Gibran kenapa gak bilang dari tadi?" tanya Ina gelisah.
"Kan tadi Gibran udah bilang," bela Gibran.
Ina mondar-mandir bingung harus melakukan apa. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 06.40, dan semalam Ina belum belajar!
"Aaaaaaaaa!"
Gibran kembali ke ruang tamu.
"Bu, Kak Ina baru bangun," ujar Gibran malu.
Regal mendelik tidak percaya. Iya, Regal berniat berangkat sekolah bersama Ina.
Jam segini baru bangun? Ampun!
Regal berusaha tenang mendengar ucapan Gibran, pasalnya Regal sudah lumayan lama menunggu Ina.
"Baru bangun?" tanya Regal miris.
Hai hai
Maaf kemarin gak up, dan hari ini up!
Jangan tiru kebiasaan Ina, gak baik.Berteman dg saya di Instagram: AdeniaAdenium. Terima kasih
-Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...