Merasa surat itu tidak penting, Reyna pun membuang kertas itu di bawah salah satu pohon yang rindang.
"Gak penting," katanya acuh.
Zidan hanya melihat tanpa berkata. Menurut Zidan, sepertinya surat itu ingin menyampaikan sesuatu.
Namun karena Reyna enggan membahas, jadi Zidan hanya diam.
Di rumahnya, Ina memandang kalimat dalam foto yang Zidan kirim.
Tamara kini juga berada di rumah Ina. Keduanya sepakat untuk terus bersama, bila mana ada serangan dadakan baik dari Reyna atau pun Kevin.
"Melangkah mendekati bulan, kemudian kelopak terarah menuju matahari bersinar," gumam Ina membaca kembali.
"Gue tahu artinya. Maksud dari melangkah mendekati bulan adalah, waktunya malam hari. Dan maksud dari kelopak terarah menuju matahari bersinar, arahnya adalah timur. Jadi jika digabungkan, arah timur di malam hari," terang Ina membuat Tamara takjub.
"Bener banget Na, otak lo cerdas. Dan, berarti arah timur dari tempat surat itu didapatkan?" tanya Tamara.
Ina mengangguk, "Bisa jadi, tapi masalahnya Reyna bakal peka nggak yah sama artinya?"
Tamara tertawa, "Gak bakalan, palingan menurut dia itu orang iseng."
***
Usai pulang dari rumah paman, Reyna bergegas menuju rumahnya. Dengan langkah cepat, ia terus menengok ke bekalang.
Batinnya mengatakan, ada yang mengikutinya. Namun setelah Reyna cek berkali-kali, tidak ada seorang pun di belakangnya.
"Mungkin perasaan gue aja kali," kata Reyna menenangkan diri sendiri.
Tujuan Reyna mendatangi rumah paman, hanya karena ingin menjenguknya. Tidak mungkin ia jelaskan tentang Regal di rumah paman.
"Huft, capek juga," kata Reyna sembari membuka pintu kamarnya.
Ibu dan Bapak belum bisa pulang, karena harus merawat paman sampai sembuh.
Paman belum memiliki istri, meskipun umurnya sudah matang untuk menjalani rumah tangga.
"Panas banget," kata Reyna lalu melangkah membuka jendela kamarnya.
"AAAAAAAA!" teriak Reyna yang langsung membuat Ina, Tamara, dan Gibran menghampirinya.
"Ada apa Kak?" tanya Gibran panik.
Reyna memandang jendelanya dengan rasa takut. Pasalnya, kucing kesayangan yang ia rawat sedari kecil sudah tergantung tak bernyawa.
"Ini ulah siapa?" tanya Reyna berkaca-kaca.
"Ulah lo ya?" tubuhnya kepada Ina.
"Kalo nuduh pake otak dong, gue dari tadi sama Tamara di kamar gue. Tanya aja sama Gibran," bela Ina menatap Gibran.
"Iya Kak, Gibran dari tadi di ruang keluarga nonton televisi, dan gak lihat Kak Ina atau Kak Tamara keluar kamar," jelas Gibran. Kamar Ina memang terlihat dari ruang keluarga.
"Ini apa?" tanya Ina setelah mengambil sebuah benda dari leher Riy, kucing Reyna.
Reyna langsung mengambil benda itu dari tangan Ina.
Ini akibat ulah kamu membuang surat itu. Cepat ambil kembali, dan pecahkan teka-tekinya.
Reyna semakin takut, dia berencana untuk melaporkan ini ke pihak yang berwajib.
"Sebentar," kata Ina menarik tangan Reyna yang sudah melangkah untuk melaporkan ke pihak yang berwajib.
Ina mengambil benda tadi. Sebuah kertas dengan pita berwarna hitam. Persis dengan surat pertama kali yang Reyna dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...