Regal terus mengundang Ina, itu tidak luput dari pandangan Tamara. Dan Tamara tahu jika Ina tidak menyukai tindakan Regal kali ini.
"Tapi Na, belum aja dimulai pertandingannya," gerutu Tamara.
Ina mendengus, kemudian mendelik melihat Regal. Sementara Regal, cekikikan sendiri dengan senyumnya yang begitu menyebalkan.
"Udah yuk balik ke kelas aja, malu," lirih Ina menunduk.
"Ouh jadi lo malu karena manusia jadi-jadian itu?" tanya Tamara menunjuk Regal.
Ina mengangguk lemah.
"Bentar," ujar Tamara lalu mengambil sepatu sebelah kirinya.
Pletak
Regal kaget bukan main saat wajahnya terkena lemparan sepatu Tamara.
Ina dan Tamara duduk di bangku urutan kedua, lumayan dekat dengan posisi Regal berdiri.
Sumpah nih kalo aja gue gak mau tanding, Tamara udah gue sleding. Kesal Regal di dalam hati.
"Nah, diem langsung kan?" tanya Tamara tenang.
Ina hanya menatap Tamara aneh, bagaimana gadis itu dengan santainya melempar sebelah sepatunya ke wajah Regal. Dan beruntungnya tidak banyak yang menyadari, karena Regal berdiri di tepi lapangan.
"Gila lo Tam," cibir Ina.
"Tapi berhasil bikin Regal diem kan?" tanya Tamara tersenyum.
Melihat ke arah Regal, ternyata benar cowok itu diam seketika dengan memegang wajahnya yang tampak berwarna merah.
"Makasih Tam," ucap Ina, Tamara mengacungkan jempolnya.
***
Tak terasa semua pertandingan telah selesai. Regal berhasil memenangkan basket dengan poin yang lebih unggul.
Kini, cowok itu mulai dikenal dan banyak yang menyukai.
"Bentar-bentar sabar," ujar Regal saat para siswi berdatangan ingin foto bersama.
Di acara classmeeting sekolah mereka, memang dibolehkan membawa hp.
Classmeeting bertujuan untuk merayakan kesulitan mereka dalam memperjuangkan sekolah satu tahun terakhir.
Semua lomba dari berbagai cabang olahraga ada disini. Jika Tamara mengikuti lomba lari, maka Ina tidak mengikuti lomba apapun.
"Huah, capek," ujar Ina duduk di bangkunya.
Tamara menatap Ina sengit. Bagaimana gadis itu bisa capek saat dia tidak mengikuti lomba apapun.
"Gimana bisa capek orang lo jadi penonton aja dari tadi," kesal Tamara saat mengingat bagaimana Ina tidak menyemangatinya tadi.
"Sahabatnya lagi tanding, bukannya nyemangatin, malah tidur." Lanjut Tamara semakin geram.
Ina memang tadi tidur di bangku penonton saat Tamara bertanding, matanya sudah tidak kuat.
"Maaf Tam, terus lo menang gak?" tanya Ina dengan santainya.
"Gak lah, gak dapet semangat dari siapa-siapa." Jawab Tamara merajuk.
"Kasihan," Regal tiba-tiba muncul dan berdiri di depan pintu dengan kedua tangannya di dada.
"Kayak gue dong, tanpa diminta banyak yang nyemangatin," sombong Regal.
Merasa tidak terima, Tamara maju menghadapi Regal. Sedangkan Ina, lebih baik tidur.
"Kalian tuh lebay, lebih baik tidur daripada berantem gak jelas," ujar Ina.
Tamara menjadi menghentikan langkahnya, ada benarnya juga ucapan Ina.
"Bener juga, buang-buang waktu banget gue ngedepin lo. Sana lo pergi bareng fans-fans lo itu," usir Tamara lalu kembali ke tempat duduknya.
Regal tidak ambil pusing, ia kembali pergi dari hadapan Ina dan Tamara.
***
Menit demi menit terus berjalan, tak terasa hari ini adalah hari penerimaan hasil dari belajar murid selama satu tahun.
Terhitung sudah satu minggu dari acara classmeeting, semua pemenang sudah diberikan hadiah sesuai dengan lomba yang mereka ikuti.
Ina, kini berdiri di depan cermin dengan raut yang malas.
"Kenapa Kak? Lemes gitu?" tanya Reyna.
Ina menoleh, tidak menjawab.
"Ngantuk lagi?" tanya Reyna lagi, mendekati Ina.
Ina kemudian mengangguk malas.
"Harusnya yang ambil rapot cukup orang tua aja, tapi kenapa muridnya wajib ikut coba?" kesal Ina.
"Ya mungkin biar muridnya tuh tahu bagaimana hasil dari belajar mereka selama satu tahun ini, dan biar sadar aja," ujar Reyna bijak.
"Kan kalo pulang juga nanti bakalan tahu," jawab Ina tetap tidak terima.
"Kalo di rumah kan cuma antara murid dan walinya yang tahu. Kalo di sekolah bisa tahu semuanya, jadilah malu. Karena malu itu, para murid yang nilainya kurang bagus bisa jadi tergugah semangatnya," jelas Reyna panjang.
Bener juga sih. Batin Ina.
"Kok adik gue pinter si?" tanya Ina.
"Ya iyalah, emang lo," kekeh Reyna.
"Eh, lo sendiri gimana?" tanya Ina saat Reyna hendak pergi.
"Hasil UNBK gue masih lima hari lagi," jawab Reyna tenang.
Ina diam, kenapa Reyna terlihat sangat tenang dan tidak cemas?
"Kok lo tenang banget?" tanya Ina.
"Ya iyalah, gue kan pinter. Tunggu aja gue di sekolah lo," ujar Reyna pergi.
Hai hai hai
Makasih banyak yang udah sabar nunggu saya up, kemarin sibuk jadi belum sempet.Nah sekarang saya ganti up di hari sabtu yang cerah ini.
Oke selamat membaca.
-Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...