Dari hari ke hari, Reyna terus mendapatkan teror yang membingungkan.Seperti kemarin, dia mendapatkan video film yang menyampaikan hubungan adik dan kakak yang baik.
Reyna tidak habis pikir, siapa sebenarnya orang dibalik ini semua?
"Huft, lelah," kata Reyna menatap jalanan malas.
Sekarang gadis itu sudah berada di tempat yang peneror maksudkan.
Iya, peneror itu masih mengirimkan Reyna surat, tetapi dalam kalimat yang sebenarnya, bukan kiasan lagi.
"Yakin Rey mau tetap nunggu disini?" tanya Zidan matanya menyipit. Matahari sudah berada di puncaknya, tetapi tidak ada siapa pun di tempat itu.
"Gue kepo deh sama tuh peneror," kata Tamara, biasa dia bersama Ina mengintip dari kejauhan.
Ina menoleh, apa benar Tamara juga kepo? Atau, itu hanya alibi Tamara?
"Gue juga Tam," jawab Reyna seadanya.
Dalam hati Ina, dia masih berpikiran bahwa peneror itu adalah Tamara.
Ina akhirnya memutuskan untuk fokus melihat Reyna.
"Siapa mereka?" tanya Reyna melihat dua anak kecil perempuan.
Reyna mendekatinya, namun tidak mengatakan apa pun.
"Udah Kak, bial aku aja yang bawa," kata sang adik yang sepertinya berumur lima tahun.
"Gak papa Dek, nanti kamu capek," jawab sang Kakak yang mungkin berumur tujuh tahun.
"Kakak inget gak? Kata Ibu, kita itu sesama saudala halus saling menolong," ceramah sang adik.
Reyna termenung, kembali mengingat kenangannya dulu.
"Iya Dek, tapi kamu masih kecil nanti gak kuat lo," kata sang kakak.
"Aku kuat kok Kak, aku kan pahlawan super yang cantik," jawab adiknya.
"Iya pahlawan super yang cantik, yaudah nih bawa. Ayo kita pulang," setelah mengatakan itu kedua anak kecil itu pergi berlawanan arah dengan berdirinya Reyna.
Reyna termenung, mengapa kalimat sang adik tadi persis seperti kalimatnya tempo dulu bersama Ina?
Reyna pernah seperti itu bersama Ina bedanya waktu itu mereka sama-sama sudah menginjak bangku SD.
"Itu kan..." kata Ina jadi ikut termenung.
"Tam, sini gue mau ngomong sama lo," kata Ina lalu menarik tangan Tamara.
"Ini pasti lo kan yang neror Reyna?" tuduh Ina seenaknya.
"Lo nuduh gue? Setelah apa yang udah gue lakuin sama lo?" jawab Tamara terluka.
"Enggak, soalnya gak ada orang lain yang tahu cerita itu selain lo," ujar Ina.
"Cerita apa?" tanya Tamara bingung.
"Lo lihat kan kedua anak kecil tadi? Gue juga pernah mengalami peristiwa seperti mereka dan itu kenangan yang paling gue cinta," jawab Ina frustasi.
"Iya gue masih inget cerita itu. Sewaktu lo debat sama Reyna di pinggir jalan hanya karena Reyna mau membantu lo bawain barang-barang," sarkas Tamara cepat.
"Tapi Na, lo gak ada bukti apa pun untuk nuduh gue seperti itu. Dan, berarti selama ini gue sia-sia ngebantu lo, makasih," setelah menjawab seperti itu, Tamara pergi dengan perasaan yang begitu kecewa.
Maaf yah, hanya bisa sedikit.
Terima kasih sebelumnya♡Oiya, saya mau bilang jangan pernah membantah orang tua yah karena sesalah apa pun orang tua, posisinya tetap benar.
Sebelumnya saya gak pernah membantah orang tua, tapi kemarin untuk pertama kalinya saya ngebantah lalu langsung mendapatkan karma berupa fitnah dunia yang begitu kejam.
Jangan ditiru, dan sebagai pengajaran kalian semua. Minta doanya semoga saya ditabahkan dan bisa meluruskan semuanya.
Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd [END]
Teen FictionAlangkah lebih baiknya follow dulu sebelum membaca yuk😝 "Cita-cita lo apa?" "Ngangkat derajat keluarga." "Hobby lo apa?" "Rebahan." Inasyha Taraquenza, si sulung dari keluarga TaraQueen. Memiliki hobby rebahan, dengan cita-cita setinggi awan. Inasy...