Bab 33

112 36 0
                                    

Ina terjungkal dari tempat duduknya disaat semua orang bertepuk tangan.

Meringis, Ina tersenyum getir. Sedangkan Ibu menggelengkan kepalanya melihat sang anak yang sedikit memalukan.

"Silahkan berdiri di samping saya, untuk semua peringkat," perintah Bu Dina.

Ina berdiri dengan membersihkan roknya yang tidak kotor sama sekali. Karena memang semua ruangan di sekolahnya begitu bersih, bahkan hanya ada sampah daun di setiap jalan, itu pun dapat di hitung jumlahnya.

Ini beneran gue peringkat pertama? Gak salah? Batin Ina bertanya-tanya.

Regal menatap Ina bingung, terlihat dari raut wajahnya cowok itu tengah berpikir Ina mendukun dimana.

Sedangkan Tamara, bertepuk tangan bangga. Rupanya rebahan Ina membawa hikmah, pikirnya.

Di samping itu, Sukma melihat Ina sengit. Bagi Sukma, Ina selama ini tidak memiliki kelebihan apa pun hingga bisa mencapai peringkat pertama.

"Baik, untuk peringkat kedua selamat kepada, Imagenza Tamara."

Ina melihat Tamara menutup mulutnya sendiri seperti tidak percaya. Jika Tamara saja yang begitu rajin belajar tidak percaya dirinya mendapatkan peringkat kedua, bagaimana dengan dirinya?

Tamara melangkah dan berdiri di samping Ina. Kedua sahabat itu memang seperti tidak bisa dipisahkan.

***

Tak terasa acara penerimaan rapot telah usai. Semua murid dan orang tuanya masing-masing sudah mulai meninggalkan lingkungan sekolah.

Ina kini duduk bersama Regal, Tamara, Rendi, dan Sukma.
Sementara Ibu dan Bunda Regal pergi entah kemana.

"Gue gak habis pikir, kenapa bisa-bisanya lo dapet peringkat pertama," ujar Regal seperti tidak terima karena dirinya mendapatkan peringkat enam.

"Secara gue aja yang semua nilainya bagus, malah dapet peringkat enam," lanjutnya tidak terima.

Rendi pun menyahut, "Mending bos lu dapet peringkat, lah gue?"

Tamara terkekeh melihat Regal dan Rendi. Sedangkan Ina bingung harus bagaimana, Ina saja tidak tahu.

"Masa gue dapet peringkat lima," ujar Sukma.

Tamara mengerti posisi Ina. Dan hanya Tamara mungkin yang menyadari jika Ina itu sangat tanggap dalam menyerap ilmu pelajaran. Selain itu, dia juga selalu aktif.

"Udah sih, syukuri aja apa hasilnya," ucap Tamara sedikit kesal.

Semuanya diam.

"Mau berapa pun hasilnya, berapa pun nilainya, jika itu hasil sendiri pasti ngerasa bangga," lanjut Tamara semuanya masih diam.

"Kalian gak sadar aja, kalo selama ini Ina itu selalu aktif di kelas dan organisasi juga ekstrakulikuler, ya meskipun minusnya suka tidur. Dan Ina itu tanggap dalam menyerap ilmu pelajaran, mau dia gak belajar, atau pun belajar, tetap aja tuh semua rumus dia hafal," jelas Tamara panjang.

Ina merasa tersanjung dengan pembelaan Tamara. Dan sekarang dia sendiri baru menyadari jika otaknya sangat mendukung dirinya yang begitu menyukai tidur.

Sekali baca, Ina masih bisa mengingat dengan baik apa yang sudah ia baca. Ina teringat dimana dia lupa tidak belajar fisika di hari pertama UKK, dia hanya membaca cepat sebelum berangkat, ternyata masih dapat mengingat rumus dengan baik.

"Makasih banyak Tam," ujar Ina  tersenyum, Tamara mengangguk.

Sedangkan Regal, Rendi, dan Sukma seperti menyadari ucapan dari Tamara.

Ina memang sering ketiduran di uks tapi setelah itu dia tetap mengumpulkan tugas tanpa melihat jawaban siapa pun.

"Iya juga yah Tam, kok gue baru sadar?" tanya Regal heran.

"Iyalah, lo aja yang bego," sarkas Tamara.

"Udah-udah, gak usah berantem," lerai Ina.

Regal dan Tamara pun hanya saling berada tatap. Entahlah mengapa kedua orang itu sangat membenci satu sama lain.

Ina mengambil ponselnya yang bergetar, lalu membaca pesan Ibu yang mengatakan dia sudah menunggu di parkiran.

"Gue duluan yah, makasih banyak semuanya," pamit Ina.

"Eh Nas! Tungguin gue. Ck, suka banget ninggalin," gerutu Regal menyusul Ina.

Ina sedikit berlari karena tidak ingin Ibunya menunggu. Sedangkan Regal sudah dekat dengan posisi Ina.

"Apa sih," ujar Ina menatap Regal.

"Tungguin," jawab Regal santai.

"Gak usah ngikutin, gue mau balik," Ina segera menghampiri sang Ibu yang berdiri di sebelah motornya.

Regal pun ikut menghampiri.

"Bunda mana Bu?" tanya Regal.

"Tuh," jawab Ibu menunjuk Bunda Regal yang sudah duduk manis di motornya.

Kenapa Bunda gak ada malu-malunya? Tanya Regal menjerit di dalam hati.

"Yaudah Bu, Regal duluan yah," pamit Regal lalu mencium tangan Ibu Ina.

"Duluan Nas," ucap Regal yang hanya mendapat deheman dari Ina.

Regal pergi, Ina langsung memakai helmnya. Ibu pun naik ke atas motor.

Ina dan Ibu sama-sama diam di tengah perjalanan sampai di rumah.

Ina bingung harus mengatakan apa, jika Ibu diam karena takut Ina tersinggung.

Ina memarkirkan motornya di depan rumah. Terlihat Reyna sedang membaca novel di teras.

"Asalamualaikum," salam Ibu.

"Waalaikumussalam," jawab Reyna menyalami Ibu.

Ibu langsung masuk, terlihat begitu lelah wajahnya.

Reyna menghampiri Ina, dengan enaknya bertanya, "Gimana? Buruk kan hasilnya?"

"Makanya, jadi murid tuh kayak gue, rajin belajar, jadi pinter deh."

"Lo pasti dapat peringkat terakhir kan?" tanya Reyna yang masih Ina diamkan.

Tidak berkata, Ina membuka bagasi motornya. Memberikan sebuah barang yang terbungkus rapi kepada Reyna.

"Peringkat pertama????"











Hai
Maaf dua hari gak up, bener2 sibuk, hehehe.
Selamat membaca, terima kasih.

-Anya


Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang