Bab 82

129 29 10
                                    

Bismillah ini update lagi yak wkwkwkw.

Selamat membaca.


♡♡♡♡♡




Ina menantikan jawaban dari Regal, hanya saja, "Eh udah sampe."

Ina menghela nafas, turun dengan raut malas.

Regal hanya mengikuti arah jalan mobil Sukma. Dan gadis itu memilih cafe tempat biasa mereka nongkrong sewaktu SMA dulu.

"Pinter juga lo Suk," ujar Kevin yang dari tadi hanya diam.

"Iya dong, gue," ucap Sukma sombong.

Hanin menggelengkan kepala, sudah tak asing dengan kelakuan Sukma.

"Mau pesen apa nih?" tanya Rendi.

"Samain aja," kata Ina.

Rendi mengangguk lalu pergi.

"Lah tuh orang kenapa malah pergi? Mana daftar menu dia pegang lagi," Regal tidak paham dengan pikiran Rendi.

Rendi kembali dengan wajah tertawa.

"Udah gue pesen," kata Rendi bangga.

"Emang lo pesen apa?" tanya Putra.

"Gue pesen semua makanan dan minuman paling mahal di tempat ini," rahang Regal rasanya langsung jatuh.

Regal menatap sengit ke arah Rendi.

"Kalem bos, duit lo kan banyak," ujar Rendi menepuk bahu Regal.

"Ya gak gitu juga kali," semuanya tertawa.

"Eh Na, hbd yah hehehe," ucap Kevin kaku.

"Iya hbd yah Na."

"Semoga makin sukses Na."

"Sama Mas Regal kesampaian."

Ucapan terakhir itu membuat Ina seketika tidak bersemangat kembali.

Tamara tahu, langsung menyenggol lengan Rendi. Cowok itu memang tidak memiliki otak.

"Eh bro, gue heran deh sama lo. Nyawa lo ada berapa si? Pas kejadian pesawat kemarin, lo selamat. Sekarang lo udah tinggal dikuburin aja, masih tetap hidup," tutur Rendi menggelengkan kepala.

Regal terkekeh. "Terus lo gak seneng apa gue hidup lagi?"

"Ya bukan gitu bro, heran aja gitu," balas Rendi.

Tamara menoleh kesana kemari. "Ini pesanannya mana si?"

"Sabar dong Tam, lagi ngobrol juga."

Tamara mendelik tidak terima.

"Apa lo?" tantang Rendi menatap sengit Tamara.

"Sini lo jomblo," Tamara semakin naik pitam.

Rendi tiba-tiba diam dan bertanya, "Eh kalian ada yang tahu gak sih siapa mantannya TimTam ini?"

Ina dan Regal saling berpandangan.

"Mau apa emang?" tanya Sukma.

"Mau tanya aja, apa yang dia lihat dari Tamara. Cantik enggak, pinter enggak, bawel mah iya banget," Tamara menarik tangan Rendi kemudian gadis itu menyeret Rendi.

"Apa kata lo tadi?! Emang lo ganteng? Nggak. Emang lo pinter? Pinter nyontek mah iya. Dan lo juga bawel padahal lo cowok, sadar gak sih Ren!" Tamara terus menarik Rendi keluar.

Rendi meronta-ronta. "Lepasin gak!"

Ina tertawa lepas. Rendi padahal sangat bisa melepaskan tangannya, namun mungkin karena lawannya Tamara jadi dia pura-pura tidak bisa.

Regal menarik tangan Ina kemudian.

"Apa si!" teriak Ina.

Tamara dan Rendi belum selesai bertengkar sedangkan Ina dan Regal entah pergi ke mana.

"Pesanan udah nyampe pada pergi, yaudah kita santap saja," ujar Sukma senang.

"Gas, jangan beri sisa."

****

Regal membawa Ina keluar cafe, berjalan santai.

"Bunda bilang katanya dia udah merestui hubungan kita. Sindi pun udah maaf sama aku, dia bilang gak masalah kalo aku kembali sama kamu, Na," tutur Regal mulai serius.

Ina menghela nafas lega.

"Tapi masalahnya lo nya mau gak sama gue?" tanya Regal ambigu.

"Ya jelas mau lah," jawab Ina semangat.

Regal tertawa lepas.

"Kata Bunda gue kecelakaan sewaktu kabur dari acara pertunangan dengan Sindi, terus gue kritis dan akhirnya meninggal. Bener Na?" Ina berhenti melangkah.

"Iya, apa yang Bunda kamu katakan itu benar semua. Dan beruntungnya kamu masih diberi kesempatan hidup Re."

Regal tersenyum.

"Apa yang kamu rasakan saat meninggal?" tanya Ina penasaran.

Regal berusaha mengingat. "Sebenarnya aku sendiri lupa."

Ina menepuk dahinya.

"Oiya Re, gimana kalau kita bantuin Tamara buat kembali sama Kak Satria?" usul Ina.

"Skuylah, Kak Satria juga nyesel banget katanya udah mutusin Tamara," balas Regal.

"Oke sekarang kita atur rencana."

Absurd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang